(Business Lounge Journal – Human Resources)
Beberapa perusahaan baru saja mengeluarkan bonus awal tahunnya, tetapi ada juga yang saat ini masih mempersiapkannya. Salah satu faktor yang sering kali menjadi acuan adalah seberapa besar keuntungan secara finansial yang diberikan oleh seorang karyawan kepada perusahaan. Hal ini tidak salah. Namun ada ada faktor lain yang sebaiknya juga menjadi pertimbangan bagi Anda.
Sekarang mari kita coba bayangkan, jika ada dua orang sales yang bekerja di perusahaan Anda namun pada wilayah penjualan yang berbeda. Sebut saja Mario dan Ricky. Mario adalah seorang pekerja keras. Ia seorang profesional, kompeten, dan selalu siap membantu klien serta rekan kerjanya. Namun, karena faktor di luar kendalinya, ia tidak mencapai target penjualan pada semester terakhir kemarin. Hal ini disebabkan klien terbesarnya bangkrut serta aktivitas ekonomi di wilayah penjualannya yang sedang lesu.
Sebaliknya, Ricky adalah karyawan dengan performance rata-rata, bahkan dalam beberapa kesempatan nampak kurang kompeten. Ia jarang berusaha lebih untuk membantu klien atau koleganya. Namun, karena “keberuntungan”, ia justru mencapai target penjualan dalam setahun kemarin. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi di wilayah penjualannya yang sedang meningkat.
Lalu, siapa yang lebih pantas mendapatkan penghargaan dan pengakuan? Mario yang bekerja keras tetapi gagal mencapai target, atau Ricky yang kurang usaha tetapi berhasil karena faktor wilayah penjualannya?
Secara logis, menghargai mereka yang benar-benar berusaha lebih adalah hal yang lebih adil, lebih baik, dan lebih menguntungkan bagi perusahaan dalam jangka panjang. Sayangnya, banyak perusahaan justru melakukan sebaliknya dan hanya menghargai hasil, karena hasil lebih mudah diukur. Selain itu, manusia cenderung meremehkan faktor keberuntungan dalam pencapaian seseorang.
Peran Keberuntungan dalam Kesuksesan
Daniel Kahneman, satu-satunya psikolog yang pernah memenangkan Hadiah Nobel dalam bidang ekonomi, pernah membahas bahwa manusia cenderung mengabaikan peran keberuntungan dalam banyak situasi. Kita sering kali menganggap bahwa keberhasilan adalah murni hasil dari usaha dan keputusan kita sendiri, padahal dalam banyak kasus, faktor keberuntungan turut berperan besar.
Hal ini dapat berdampak buruk pada motivasi karyawan. Mereka yang bekerja keras tetapi tidak mendapatkan apresiasi akan merasa tidak dihargai, sementara rekan kerja yang sebenarnya kurang kompeten tetapi karena faktor “keberuntungan” justru mendapatkan penghargaan dan bonus.
Mengapa Menghargai Usaha Lebih Penting?
Beberapa perusahaan mencoba mengatasi masalah ini dengan membuat sistem bonus yang lebih kompleks. Namun, pengalaman menunjukkan bahwa skema bonus cenderung tidak efektif. Jika terlalu sederhana, pasti ada yang merasa tidak adil. Jika terlalu rumit, sulit untuk dipahami dan diterapkan dengan baik. Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa skema bonus sering kali justru menurunkan motivasi dan hasil kerja secara keseluruhan.
Karena itu, salah satu solusi yang dapat Anda ambil adalah dengan lebih menekankan penghargaan terhadap usaha daripada hanya melihat hasil. Kita perlu mengakui tidak hanya mereka yang mencapai target, tetapi juga mereka yang benar-benar bekerja keras dan membantu rekan kerja lainnya untuk berkembang. Beberapa alasan mengapa Anda perlu menghargai usaha dengan lebih baik:
- Usaha Tidak Bergantung pada Keberuntungan
- Hasil bisa dipengaruhi oleh faktor eksternal, tetapi usaha selalu mencerminkan keterampilan dan sikap karyawan. Mereka yang terus mengasah keterampilan dan menunjukkan dedikasi layak mendapatkan pengakuan.
- Usaha yang Kuat Akan Menghasilkan Hasil yang Lebih Baik dalam Jangka Panjang
- Jika hanya fokus pada hasil kuartal ini, perusahaan bisa kehilangan fokus pada pertumbuhan jangka panjang. Sebaliknya, menghargai usaha akan menciptakan fondasi yang lebih kokoh untuk keberhasilan dalam 20–30 kuartal mendatang.
- Menghindari Suboptimalisasi
- Jika hanya hasil yang dihargai, maka karyawan akan cenderung melakukan segala cara untuk mencapainya, tanpa memperhatikan kepentingan klien dan tujuan jangka panjang perusahaan. Sebaliknya, dengan menghargai usaha, budaya kerja akan lebih sehat dan kolektif.
Salah satu terobosan yang dapat Anda adopsi adalah ketika penghargaan diberikan bukan berdasarkan pencapaian individu, melainkan kepada mereka yang paling banyak membantu orang lain. Hal ini menciptakan budaya kerja yang lebih suportif dan memotivasi karyawan untuk bekerja sama demi kepentingan jangka panjang perusahaan.
Pemimpin harus lebih banyak memberikan penghargaan pada usaha dibandingkan hanya melihat hasil akhir. Dalam jangka panjang, pendekatan ini akan menciptakan lingkungan kerja yang lebih adil, meningkatkan motivasi, dan justru menghasilkan performa yang lebih baik.
Di tempat kerja Anda, mana yang lebih dihargai: usaha atau hasil? Bagaimana hal itu memengaruhi motivasi dan keterlibatan Anda?

