Indonesia Masih Kurang Literasi Digital, Cepat Percaya Hoax – Lakukan Solusinya

(Business Lounge Journal –

Tentu kata literasi digital sudah tidak asing lagi kita dengar. Terlebih di masa sekarang ketika semua informasi serba instant dan mudah dicari di internet. Mari kita mulai mengupas dari pengertian literasi digital, yaitu keterampilan dan kecakapan kognitif maupun teknikal untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Contohnya saja media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, membuat informasi, mengkomunikasikan dan memanfaatkannya secara bijak, cerdas dan patuh hukum dalam interaksi kehidupan sehari-hari.

Literasi digital sama pentingnya dengan kemampuan dan disiplin ilmu lainnya. Namun tiap-tiap orang harus dapat bertanggung jawab dan beretika dalam memperoleh dan menggunakan teknologi informasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Di zaman serba canggih dan high end technology ini, literasi digital menjadi sangat penting untuk dikembangkan karena bisa membuat individu mampu untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif dalam memecahkan masalah, berkomunikasi, dan berkolaborasi lebih lancar dengan lebih banyak orang.

Banyak sekali manfaat literasi digital dalam kehidupan sehari-hari, antara lain menghemat waktu. Kalau dahulu kita mencari referensi pengetahuan melalui buku sampai berburu ke perpustakaan dan toko buku loakan, sekarang mencari referensi apa saja sangat mudah ditemukan melalui internet. Selain itu dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Dengan adanya informasi digital tidak perlu mencetak buku, lebih hemat bukan? Bahkan pengarsipan dapat dilakukan secara digital. Pasti hal ini memudahkan untuk mendapatkan informasi lebih lengkap dan membuat kita dapat memiliki data perbandingan kualitas, harga, jumlah untuk pengambilan keputusan yang lebih cermat dan menguntungkan. Ibu-ibu jadi pintar memasak, membuat kue ala chef terkenal karena sudah banyak tutorial memasak yang membagikan ide resep masakan pilihan.

Para pemudik dan traveler pun sangat terbantu untuk mengetahui update kondisi kemacetan lalu lintas, berita yang terjadi di berbagai negara dengan cepat dan akurat. Dengan media sosial kita juga dapat terkoneksi dengan teman masa kecil yang sudah lama loss contact maupun bertemu teman baru di berbagai daerah bahkan negara lain. Tak jarang kita memperoleh klien bisnis dan penawaran harga diskon lewat aplikasi gratis dan web di internet. Semua kemudahan dapat kita peroleh melalui internet, namun diperlukan etika dan budaya dalam menggunakan media informasi digital.

Etika dan Budaya Digital

Sebagai salah satu negara dengan jumlah pengguna internet terbesar di dunia, perkembangan dunia digital di Indonesia punya dua sisi yang berlawanan dalam kaitannya dengan pengembangan literasi digital.

Di satu sisi, mudahnya akses informasi memudahkan kita memenuhi kebutuhan dan rasa ingin tahu, sebaliknya dengan tidak memiliki keterampilan di dunia digital, maka hal ini akan berdampak negatif untuk kehidupan kita.

Berikut ini 4 (empat) hal yang diperlukan dalam ber-literasi digital, yaitu:
1. Kecakapan digital (digital skills)
2. Etika digital (digital ethics)
3. Keamanan digital (digital safety)
4. Budaya digital (digital culture)

Tantangan dan Solusi

Dibandingkan negara ASEAN lainnya, masyarakat Indonesia pada umumnya masih kurang literasi digital, sehingga cenderung mudah percaya pada berita hoax dan menyerap tanpa lebih dahulu mencari tahu kebenaran berita yang ditemukan tersebar di media sosial. Berdasarkan riset Kominfo, Indeks Literasi Digital Indonesia tahun 2022 adalah 3,54 dan hanya 32% masyarakat merasa yakin dapat mengidentifikasi berita hoax. Terlebih di masa pemilu seperti sekarang ini, misinformasi, disinformasi, dan malinformasi dikhawatirkan dapat meningkat. Penyebaran informasi hoaks dan ujaran kebencian menjadi tantangan yang harus diantisipasi di era media digital saat ini. Dalam hal ini, Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), media, dan para pakar sepakat untuk melawan berbagai isu hoax ini, salah satunya lewat literasi digital melalui jurnalisme berkualitas.

Dalam seminar “Inception: Literasi Digital melalui Jurnalisme Berkualitas” di Ruang Seminar Timur FISIPOL UGM, DI Yogyakarta pada tahun lalu, Direktur Pemberdayaan Informatika Ditjen Aptika Kominfo Slamet Santoso mengatakan: “Kemenkominfo melalui Indonesia Makin Cakap Digital (IMCD) melakukan berbagai inisiasi untuk dapat menjangkau 50 juta masyarakat Indonesia mendapatkan Literasi Digital hingga tahun 2024”.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pun berupaya memberikan edukasi terhadap masyarakat, melalui flyer Literasi Digital yang memberikan penjelasan mengapa literasi digital menjadi penting, bermanfaat, serta memberikan contoh kegiatan literasi digital di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Dikutip dari Materi Pendukung Literasi Digital bahwa setiap orang semestinya dapat bertanggung jawab dalam menggunakan teknologi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Khususnya bagi generasi muda saat ini yang tumbuh dengan akses yang tidak terbatas dalam teknologi digital mempunyai pola berpikir lebih kritis berbeda dengan generasi sebelumnya.

Namun selain tantangan, media digital juga sangat memungkinkan adanya peluang, seperti meningkatnya keuntungan dalam bisnis e-commerce, lahirnya lapangan pekerjaan baru berbasis media digital, dan pengembangan kemampuan literasi tanpa menegasikan teks berbasis cetak, misalnya kegiatan menulis di blog pribadi bisa diarahkan untuk mengumpulkan tulisan yang kemudian bisa dicetak menjadi buku berisi kumpulan tulisan dengan tema tertentu.

Mari kita kembangkan etika dan budaya dalam literasi digital sehingga dapat menjadikan media informasi digital sebagai peluang yang memberikan keuntungan dalam kehidupan kita.