(Business Lounge Journal – News and Insight)
Tahukah Anda, salah satu moda transportasi terbaik di dunia, terdapat di Singapura?
Ya, Sistem MRT (Mass Rapid Transit) Singapura yaitu kereta cepat dengan 134 stasiun tersebar di 6 jalur yang melintang sepanjang 231 km di atas pulau Singapura adalah salah satu sistem moda transportasi terbaik di dunia.
Seberapa canggih moda transportasi ini? Sebagai wisatawan asal Indonesia, sangat menarik untuk menyusurinya. Dimulai dari bandara Changi, Singapura yang langsung terintegrasi dengan stasiun MRT. Di sini kita langsung dapat berpergian ke seluruh penjuru kota dengan nyaman, aman, praktis, dan terjangkau.
Ada beberapa kartu yang dapat digunakan untuk menikmati MRT, yaitu, kartu Ez Link, kartu Singapore Tourist Pass yang dapat dibeli di kantor tiket TransitLink di stasiun MRT tertentu atau di kantor penggantian kartu konsensi (Concession Card Replacement Office) di stasiun Somerset. Namun, paling mudah buat wisatawan Indonesia dengan menggunakan kartu BCA yang sudah diaktifasi untuk fasilitas MRT.
Hanya dengan menempelkan kartu pada gerbang masuk penumpang, maka pintu penumpang akan terbuka secara otomatis dan kitapun dapat memasuki area MRT Singapura yang lebar, dilengkapi pendingin ruangan serta WI FI, bahkan dirancang tahan terhadap serangan teroris.
Taat Peraturan
Suasana tertib dan nyaman, langsung kita rasakan. Misalnya ketika menaiki eskalator, semua orang wajib berdiri dibagian kiri tangga, karena bagian kanan hanya diperuntukan bagi yang ingin mendahului atau terburu buru. Hal yang perlu diingat ketika berada di Singapura adalah jangan pernah sekali-kali melanggar peraturan di sana, Negeri ini terkenal dengan ketertiban dan dendanya yang tidak main-main mahal. Misalnya ada peraturan tidak boleh makan atau minum di dalam kereta. Pelanggar akan dikenakan denda sebesar SGD500 (setara dengan Rp. 5,850,000 – perkiraan kurs Rp.11,700). Merokok sembarangan akan dikenakan denda hingga SGD1000 (setara dengan Rp.11,700,000) dan membuang sampah sembarangan akan dikenakan denda SGD300 (Rp. 3.510.000).
Sebagai seorang wisatawan, sudah pasti ketentuan denda itu membuat kita selalu waspada, berhati-hati dan berjaga-jaga super ekstra. Jangan sampai tidak sengaja melanggar. Namun kesan yang didapat ketika memasuki stasiun MRT dan keseluruhan negeri Singa ini, memang bersih, nyaman, dan serba teratur.
Di setiap stasiun selalu terpampang jalur MRT. Garis jalur rute ditandai dengan 7 warna yang berbeda untuk memudahkan para penumpang membaca rute.
– Garis hijau dengan nama East-West line
– Garis merah dengan nama North-south line,
– Garis ungu dengan nama North-east line,
– Garis orange dengan nama Circle line
– Garis biru dengan nama Danton line
– Garis Cokelat dengan nama Thomson-East Coast line
Sedangkan garis berwarna abu-abu adalah jalur untuk LRT, yaitu versi kecil untuk MRT yang hanya menghubungkan wilayah lokal.
Misalnya, ketika kita baru tiba dari Bandara Changi dan mau mengunjungi Merlion Park, kita dapat mengambil jalur berwarna hijau atau merah dan turun di Rafles Place. Dari sana dapat berjalan kaki menuju Hotel Fullerton. Di depan hotel tersebut, terdapat penyeberangan, menyeberanglah bersama orang-orang banyak, maka kita tiba di icon negeri Singa, “Merlion Park”.
Selalu Siap Membantu
Jika mengalami kesulitan, jangan ragu untuk bertanya. Memang tidak banyak kita temukan petugas di stasiun MRT. Bisa jadi kondisi ini disebabkan dengan para penduduk yang sangat taat pada hukum. Namun para warga Singapura, biasanya dengan senang hati memberi arahan jalur yang harus kita tempuh.
Salah satu pengalaman mengesankan, ketika harus bertanya arah menuju Bugis Market dari Rafles Place. Sebagai orang yang baru tiba, tentu saja banyak sekali mengalami berbagai adaptasi. Ketika bertanya kepada salah satu pemuda yang sedang memegang telepon pintarnya, dengan senang hati ia memberikan arah MRT yang harus dinaiki. Bahkan ketika kami sedang menunggu MRT yang dituju, pemuda tersebut tidak segan-segan menghampiri kami lagi, hanya untuk memastikan bahwa kami menaiki kereta yang tepat. Rasanya hati ini sangat terkesan dengan karakter warga Singapura yang murah hati.
Berbagai Budaya
Kereta datang hampir setiap 2 sampai 3 menit sekali secara teratur. Para penumpang keluar lebih dahulu dengan tertib. Sedangkan penumpang yang hendak masuk, dilarang berdiri di depan pintu MRT. Mereka harus menunggu di samping garis kuning. Pintu tertutup secara otomatis ketika semua penumpang memasuki kereta.
Ada kereta yang dilengkapi dengan tempat duduk secara menyamping, ada pula yang tanpa tempat duduk. MRT melaju dengan kecepatan sekitar 42 km/jam. Kecepatan maksimum MRT bisa mencapai hingga 79-90KM/jam. Di lain kesempatan, Jalur East-west yang saya tumpangi, melaju dengan kecepatan 42 km/jam menempuh 49 km dan 35 stasiun dalam waktu 70 menit. Sangat cepat dan efisien.
Didalam MRT, kami melihat para warga Singapura yang selalu terlihat sibuk dengan telepon genggamnya dan ada pula yang membaca buku. Mereka datang dari 3 suku bangsa yang berbeda: Tiongkok, India, dan Melayu. Busana mereka juga sangat dinamis, pakaian kerja formal kantoran, casual, dan juga bisa pakaian Sari India. Tak jarang, terdengar celotehan orang berbicara dalam bahasa Tamil, Hokian, Inggris, maupun melayu di dalam gerbong MRT.
Sejarah MRT Singapura
Ide membangun sistem MRT Singapura tercetus pada tahun 1967, diawali dengan adanya suatu prediksi bahwa di tahun 1992 kondisi lalu lintas Singapura akan membutuhkan moda transportasi lain selain bus, yaitu moda transportasi di atas rel. Ide ini tidak langsung disambut baik, sempat terjadi perdebatan. Namun Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew mengambil keputusan untuk membangun MRT.
Pada 22 Oktober 1983, Pemerintah Singapura menggelontorkan dana sebesar 5 miliar dolar singapura sebagai biaya awal pembangunan konstruksi MRT. Ini merupakan biaya yang sangat fantastis untuk proyek gemilang kelas dunia.
Jalur kereta ini dibangun oleh Land Transport Authority, sebuah badan milik pemerintah yang bekerjasama dengan SMRT Corporation dan SBS Transit yang berintegrasi dengan pengelolaan transportasi umum Singapura.
Layanan MRT Singapura mulai beroperasi pada pukul 05.30 pagi hingga tengah malam. Bahkan bisa diperpanjang bila ada perayaan di hari libur. MRT Singapura diperkirakan membawa 2,7 juta penumpang per harinya.
Kini MRT Singapura telah menjadi tulang punggung negara singa itu dan menjadi inspirasi bagi moda transportasi negara lainnya termasuk Indonesia.
Sekedar informasi, MRT di Indonesia pertama kali dibangun pada tahun 2013 dan diberi nama “Moda Raya Terpadu Jakarta (MRT)”. Mulai dioperasikan pada 24 Maret 2019.
Foto: Ferdinan Raff