(Business Lounge Journal – News)
Saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa negara sedang diperhadapkan dengan krisis pangan global. Sehingga menyebabkan harga bahan pangan pokok seperti telur sangat melonjak tajam dan mengakibatkan kesusahan bagi banyak negara.
Efek dari ketegangan antara Rusia – Ukraina, juga masa pandemic Covid-19 mengakibatkan perubahan iklim/cuaca dalam perdagangan global, yang membuat harga pakan ternak pun ikutan melonjak tinggi.
Sehingga dengan perubahan cuaca yang tidak menentu membuat ayam-ayam ternak para peternak harus mengalami kerontokan bulu pada musim dingin yang lalu. Belum lagi wabah influenza avian (flu burung) secara global yang efeknya berdampak pada kurangnya pasokan daging ayam di seluruh dunia, termasuk negara Jepang dan Taiwan.
Dalam hal ini waralaba internasional muali dari McDonald’s hingga 7-Eleven dan produsen mayonais Kewpie juga mengalami kesulitan dalam untuk bersaing dalam menawarkan menu favorit mereka. Misalnya saja Jepang yang mengalami krisis hingga tahap yang lebih serius, dikarenakan wabah flu burung global terparah yang pernah terjadi.
Tidak disangka dari 100 perusahaan restoran yang terdaftar di Jepang, ada 18 di antaranya yang telah memberhentikan penjualan produk mereka dikarenakan tingginya harga telur.
Teikoku Databank berpendapat bahwa menurunnya ketersediaan ayam di pasar akhirnya berdampak atas meningkatnya harga jual ayam dari peternakan hingga 2x lipat, yaitu sebesar 327 Yen (US$2,38) dari tahun yang sebelumnya. Sehingga sangat berdampak kepada menu- menu makanan yang ada di McDonald’s Holdings Co Japan Ltd, salah satunya penghentian penjualan produk Teritama Muffin serta Sandwich yang merupakan menu sarapan pada musim semi.
Tidak hanya menu di atas, tetapi menu burger juga terancam untuk sementara waktu di hentikan karena mengandung telur, padahal burger adalah menu andalan dalam makanan cepat saji.
Sementara toko terbesar 7-Eleven di Jepang, telah menghentikan beberapa penjualan produk telurnya dari bulan Januari.
Dengan kondisi global pangan ini, produsen bumbu Kewpie Corp dan Ajinomoto Co juga telah mengumumkan kenaikan harga mulai dengan bulan depan untuk produk seperti mayo dan saus tartar dikarenakan naiknya harga bahan baku.
Dari salah satu negara penghasil telur yaitu Taiwan, mengalami penurunan jumlah telur sekitar 12,88% dari 44,92 juta menjadi 32,04 juta diakhir bulan lalu. Semua ini adalah akibat dari invasi Rusia – Ukraina juga pandemi Covid-19, sehingga mengakibatkan gangguan pangan global terjadi.
Meskipun jumlah ayam petelur ini masih dapat dicapai sampai 30 juta ayam dan jumlah ini diperkirakan masih dapat mencukupi permintaan dari konsumen, tetapi memang tidak dapat dipungkiri bahwa terpangkasnya lebih dari 10 juta ayam sangat berdampak pada pemasok telur tentunya.
Ini jelas membuat harga telur menjadi naik dan menu-menu di restoran akan mengubah atau mengurangi menu yang memakai telur.
Menurut Democratic Progressive Party Legislator, Su Chih-feng, telah diajukan supaya pemerintah dapat menggunakan dana impor untuk dapat membantu para peternak ayam serta dapat membantu memperbarui alat-alat dan perlengkapan prosuksi yang mereka punya sebelumnya.
Ada baiknya pemerintah mengandalkan pasar bebas dan terus melakukan adaptasi. Juga ada baiknya masyarakat sangat perlu diberi bimbingan supaya siap menghadapi naik – turunnya harga di pasaran.
Dengan demikian di saat kondisi sulit untuk dikendalikan, maka keamanan pangan global ini harus menemukan solusi yang tepat, dengan cara meningkatkan kerjasama dan saling memberikan solusi untuk dapat terus bertahan.