(Business Lounge Journal – News and Insight)
Kita pernah membahas bagaimana startup yang telah stabil dan semakin berkembang dapat sampai pada tahapan mengakuisisi startup lainnya. Hal inilah yang juga dilakukan oleh Ruangguru, sebuah startup yang bergerak di bidang pendidikan nonformal. Belva Devara, CEO sekaligus Co-founder Ruangguru baru saja mengumumkan bahwa startup yang dipimpinnya telah mengakuisisi penuh dua startup edtech, Schoters dan Kalananti dengan nominal yang dirahasikan. Akuisisi Schoters sebenarnya sudah dimulai sejak November tahun lalu, namun baru berbuah kesepakatan pada akhir Juni ini. Sedangkan proses akuisisi Kalananti sudah selesai lebih cepat yaitu pada Maret 2022.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pandemi telah memaksa semua pelajar, guru, juga para orang tua, untuk menjadi lebih familiar dengan teknologi pendidikan online. Tumbuhnya startup edtech pun seakan mendapatkan peluang yang sebesar-besarnya. Hal ini juga dialami oleh Schoters dan Kalananti sebagai startup edtech. Schoters hadir dengan menawarkan bimbingan bagi mereka yang mau melanjutkan kuliah ke luar negeri. Sejak 2 tahun setelah pandemi merebak, angka pertumbuhan pengguna Schoters telah bertambah secara significant sebesar 500%. Beda lagi dengan Kalananti yang lahir di masa pandemi. Kalananti menawarkan keterampilan masa depan yang hingga kini sering digaungkan oleh Mendikbud Nadiem Makarim, yaitu coding.
Ruangguru sendiri pada tahun 2020 telah membukukan pendapatan sebesar US$63 juta serta berhasil mencetak laba operasional US$1,8 juta. Sedangkan pada tahun 2021 Ruangguru telah mendapatkan pendanaan sekitar 800 miliar rupiah yang dipimpin oleh Tiger Global Management.
Memperbesar komunitas
Kedua edtech ini pun tentu saja menjadi kebanggaan bagi Belva. Dengan yakin, Belva menyatakan bahwa Schoters kini menjadi yang terbesar di Indonesia untuk bimbingan yang ditawarkannya. Dapat dikatakan yang terbesar sebab sejak berdiri para tahun 2018, Schoters mengakui telah mendukung ribuan pelajar Indonesia untuk lulus dan melanjutkan studi ke lebih dari 400 universitas di 43 negara. Selain itu, ada ratusan pelajar telah berhasil mendapatkan beasiswa. Karena itu Schoters juga menyediakan kelas bahasa asing, persiapan dokumen, hingga membantu mencari akomodasi.
Sedangkan Kalananti menawarkan keterampilan coding yang difokuskan untuk anak berusia 5-12 tahun. Uniknya, bagi Kalananti tidak perlu menunggu seorang anak dapat membaca untuk belajar coding. Sebab melalui program yang berfokus pada konsep dan kompetensi, anak berusia 5 atau 6 tahun dapat mulai dikenalkan dengan coding membuat game/animasi secara sederhana dengan warna dan ikon.
Mempertahankan brand
Schoters dan Kalananti hingga kini dipastikan tidak akan melebur ke dalam Ruangguru, namun melengkapi rangkaian ekosistem produk K-12 di Ruangguru. Masing-masing pemimpin dari kedua startup tersebut akan tetap fokus pada apa yang sebelumnya mereka tawarkan kepada para penggunanya. Bahkan brand Schoters dan Kalananti pun dipastikan akan tetap ada sehingga keduanya kini memiliki pengguna yang berasal dari komunitas Ruangguru selain penggunanya yang sudah ada sekarang.
Sebagai perbandingan, jika Ruangguru menyajikan kurikulum untuk membantu para siswa masuk ke PTN dan PTS, maka Schoters akan membantu mereka yang mau melanjutkan kuliah di luar negeri untuk S1, S2, bahkan membantu mereka yang ingin mendapatkan beasiswa. Lalu Kalananti akan tetap fokus pada pengembangan produk pembelajaran coding untuk anak.
Inovasi Ruangguru
Namun tentu saja akan ada pembaruan fitur di Ruangguru. Terutama sehubungan tahun ajaran baru yang akan segera berlangsung. Akan ada Ruangguru for Kids, sebuah ekosistem belajar yang terpadu bertujuan mengembangkan potensi serta kemampuan akademik dan non-akademik anak sejak dini. Bukan hanya mulai dari usia 5 tahun, bahkan anak berusia 3 tahun sudah dapat mulai belajar dari bahasa, coding, baca, tulis dan hitung, hingga sekolah online. Di sinilah Kalananti akan ikut melengkapi solusi yang ditawarkan.
Selain Ruangguru for Kids, ada juga tambahan fitur Adapto X, yaitu video belajar adaptif yang alurnya dapat menyesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa. Sebenarnya fitur ini sudah dirilis sejak tahun lalu namun terus dikembangkan.
Penting untuk diketahui bahwa Ruangguru semakin dekat mendapatkan titel unicorn. Mengutip Tech in Asia, valuasi startup ini kini telah melampaui US$800 juta dan untuk menyandang status unicorn hanya dibutuhkan US$200 juta lagi.