Investor Advice Bagi Para Eksekutif di Kondisi Pandemi

(Business Lounge Journal – General Management)

Pandemi Covid-19 telah muncul secara global dan menghadapkan para eksekutif dengan saat-saat paling menantang di dalam karirnya. Dampak sosial dari keputusan mereka menjadi sorotan banyak pihak, saat mereka mencoba menyeimbangkan kebutuhan dari semua stakeholder — pelanggan, mitra, pemasok, dan masyarakat pada umumnya. Kabar baiknya adalah bahwa para investor, pemegang saham, percaya bila para eksekutif melakukan hal yang benar untuk semua stakeholder pada saat ini atau jangka pendek akan menguntungkan investor dalam jangka panjang.

Untuk menempatkan tantangan eksekutif ke dalam perspektif para investor, McKinsey telah melakukan wawancara dengan sepuluh investor jangka panjang. McKinsey menanyakannya secara sederhana pertanyaan: What advice would you give to executives during this difficult time? Semua investor mengakui bahwa eksekutif memang harus membuat keputusan dalam lingkungan yang sangat tidak pasti. “Cash is the king” disaat krisis dan setiap saat perusahaan menghadapi tantangan likuiditasnya sendiri saat ini.

Ada dua kondisi ekstrem perusahaan pada saat ini: pertama, beberapa perusahaan berjuang untuk bertahan hidup dan melakukan apa pun yang mereka lakukan untuk bisa tetap bertahan selama mungkin. Kedua, beberapa perusahaan memiliki kelonggaran dalam tindakan dan keputusan yang mereka ambil, karena cash flow mereka tidak terlalu terpengaruh. Banyak perusahaan kemungkinan besar jatuh di suatu tempat di antara dua ekstrem ini.

Beberapa jawaban common sense muncul dalam wawancara yang dilakukan oleh Mc Kinsey. Misalnya, dalam kondisi sekarang ini komunikasi yang jujur dan transparan diperlukan pada saat krisis ini. Apakah nasehat utama para investor kepada para eksekutif? Pertama, tetap menjaga karyawan agar memiliki motivasi dan semangat kemudian selanjutnya menjaga pelanggan dan suppliers. Ini akan terbayar dalam jangka panjang, karena masing-masing kelompok pasti akan mengingat bagaimana para eksekutif sudah memperlakukan mereka selama masa sulit ini. Keuntungan masa depan akan diterima oleh para eksekutif bila telah melakukan yang benar pada keputusan dan langkah saat ini.

Lindungi Karyawan, Pelanggan, Pemasok, dan Masyarakat

Sebagian besar investor yang diwawancarai berfokus pada pentingnya merawat dengan baik karyawan saat ini, dengan asumsi perusahaan memiliki likuiditas yang cukup untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Penekanannya adalah menjaga karyawan agar tetap bekerja – jika memungkinkan, tetapi hanya di bawah kondisi yang paling aman. Melindungi kesehatan karyawan tidak hanya hal yang manusiawi untuk dilakukan; namun juga dapat membantu bisnis meningkatkan kembali lebih cepat saat risiko mereda. Hal ini juga dapat menimbulkan loyalitas yang lebih besar di antara karyawan — manfaat yang bisa dengan mudah diremehkan. Salah satu investor yang diajak bicara mengutip seorang pengecer yang menempatkan karyawan pada risiko dengan tetap membuka tokonya. Investor memandang ini secara negatif; penekanan perusahaan pada penjualan triwulanan kemungkinan akan datang dengan biaya di masa depan.

Investor juga mencatat pentingnya melindungi pelanggan dan pemasok. Refleks eksekutif saat pandemi adalah mencoba menghemat uang yang bisa mereka lakukan. Misalnya, menunda pembayaran kepada pemasok dan menekan pemasok untuk menurunkan harga. Tindakan ini masuk akal bagi perusahaan, yang mungkin tidak akan bertahan jikalau tidak melakukannya dan para investor menyadarinya.

Tetapi perusahaan dengan likuiditas tertentu harus mempertimbangkan untuk menggunakan likuiditasnya membantu pelanggan, pemasok yang lebih kecil dan lebih lemah. Pemulihan cepat bagi pelanggan berarti peningkatan permintaan barang dan jasa. Tapi jika pemasok tidak pulih dengan cepat (atau sama sekali), perusahaan tidak akan dapat meningkatkan produksi memenuhi permintaan yang meningkat ini dan mungkin kehilangan bagian karena diambil oleh kompetitor.

Milikilah through-cycle mindset pada investments dan operations

Through-cycle mindset adalah keyakinan bahwa krisis adalah sebuah siklus yang akan berakhir sehingga justru pada saat krisis bisa ditemukan hal-hal yang inovatif untuk membawa pemulihan lebih cepat. Para investor percaya bahwa perusahaan yang kuat dengan likuiditas yang baik harus terus berlanjut mengejar peluang bisnis yang paling menjanjikan dan menggunakan krisis untuk memperkuat jangka panjang mereka dalam posisi kompetitif. Perusahaan yang berinvestasi pada saat terjadinya downturns akan lebih kuat dan mampu menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dari kompetitor saat krisis sudah berlalu.

Perusahaan yang beroperasi dalam kondisi turun sebagai akibat dari pandemi Covid-19 mungkin juga ingin melihat peluang baru — misalnya, membawa ide untuk memasarkan lebih cepat atau memperoleh kekayaan intelektual dari penemuan-penemuan yang tidak terduga. Para investor memperhatikan bahwa ini sangat penting untuk memelihara momentum dengan R&D sehingga perusahaan dapat mempertahankan top talent dan meningkat lebih cepat selama pemulihan. Mengenai top talent ini saatnya yang tepat untuk merekrut mereka yang berbakat.

Pada masa sekarang ini menurut investor saat yang tepat untuk memiliki berbagai asset. Perusahaan yang lebih kuat mungkin bisa untuk membangun kapasitas dengan lebih murah atau membeli asset dengan harga yang wajar dari perusahaan yang lebih lemah. Selama periode ini, perusahaan bermodal besar bisa secara agresif mengejar M&A dengan penilaian yang menarik. Saat ini juga saat yang bagus untuk perusahaan memikirkan bentuk operasional perusahaan yang baru. Mungkin lebih banyak karyawan bekerja dari rumah, dan perusahaan sekarang memiliki banyak bukti tentang efektivitas video conferencing. Google misalnya memutuskan untuk karyawannya kerja dari rumah dari tahun 2021.

Bangun shareholder value dan tetap untuk membagi dividends and tidak repurchases saham

Para investor juga menyampaikan bahwa banyak perusahaan memotong dividen mereka dan membeli kembali saham karena harus bertahan hidup, khususnya perusahaan yang mengalami turunnya bisnis secara besar. Keputusan untuk apa yang harus dilakukan dengan dividen memang lebih sulit, namun bagi perusahaan yang masih punya kemampuan tetap bisa membayarnya. Para investor mendukung pemotongan dividen jangka pendek contoh di mana ketidakpastian jangka pendek tinggi dan memotong dividen adalah hal yang bijaksana untuk dilakukan. Tetapi jika perusahaan memiliki cukup likuiditas untuk membayarnya dividen reguler di bawah semua skenario stres, seharusnya terus membayar dividen. Melakukannya akan mengirimkan file sinyal positif kepada investor tentang kesehatan finansial perusahaan dan dapat menyediakan uang tunai yang sangat dibutuhkan kepada investor ritel. Saran menyeluruh dari investor kepada perusahaan tentang pembelian kembali saham adalah -melanjutkan pembelian dengan hati-hati.

Komunikasikan pada masa pandemi

Setiap komunikasi dari perusahaan selama krisis akan sangat diawasi oleh semua stakeholders, masing-masing dengan agenda mereka sendiri. Investor jangka pendek menunggu informasi dari perusahaan untuk peluang melakukan trading. Investor jangka panjang menunggu informasi perusahaan untuk bagaimana kekuatan perusahaan jangka panjang. Mereka butuh kejelasan pemahaman tentang likuiditas dan cash position perusahaan. Jika perusahaan sedang stres, investor mau untuk lebih sering mendengar dari mereka tentang caranya mengelola likuiditas dalam jangka pendek.

Shareholders dan kepentingan perusahan sudah sejalan, keduanya akan sukses bila eksekutif dapat menavigasi melalui pandemic ini tanpa masalah likuiditas dan bisa membangun nilai-nilai jangka panjang, melalui krisis dengan posisi yang lebih kuat dari para pesaing.

Fadjar Ari Dewanto/Editor in Chief VMN/BL/Coordinating Partner of Business Advisory Services Division, Vibiz Consulting. Penulis Leadership