(Business Lounge Journal – Manage Your Business) Sekarang ini banyak inovasi yang dilakukan oleh pebisnis-pebisnis muda, dan apa yang dipikirkan tidak masuk nalar jagoan bisnis yang sudah masuk ke generasi tua. Ambil saja contoh ide GoJek yang membuat gebrakan besar, dan orang masih mengkalkulasi darimana keuntungannya, kalau memberi harga rendah kepada pengguna jasa dengan tetap memberi imbalan kepada pengemudi kendaraan. Lebih aneh lagi bagaimana cara Whatsapp sampai terkenal dan digunakan banyak orang, awalnya mereka memberikan gratis penggunaan applikasi ini. Bahkan setelah banyak orang menggunakan barulah dikenakan tarif 1 dolar Amerika per tahun, dan tidak ada iklan di applikasi ini. Kejutannya tahun 2014 Facebook membelinya dengan harga 222 triliun rupiah, langsung melejit setinggi itu, apakah sebabnya?

Simak lagi bagaimana kisah Google membeli Android. Dalam sebuah rapat, CEO Google Eric menginstruksikan, “tidak usah membeli perusahaan ponsel, buat saja sesuatu yang akan dipakai oleh semua ponsel.” Itulah cikal bakal lahirnya Android, Google lalu membeli dengan jeli membeli sebuah applikasi dari Andy Rubin dengan harga 50 juta dolar Amerika, yang sekarang dikenal dengan Android. Kalau sekarang harga smart phone bisa murah, itu karena jasa Google memberikan free OS bagi pengguna 1,6 miliar lebih ponsel, melampaui iOS dengan 628 juta.

Apakah yang didapatkan Google dari proses ini? Mereka mendapatkan data. Dengan data yang sangat tajam, maka Google dapat menjual iklan dengan presisi yang sesuai dan tidak bisa dilakukan iklan biasa. Google sekarang tahu data anda hingga yang sangat pribadi, hobi anda karena biasanya semua berkaitan dengan ponsel. Google menggunakannya untuk berdagang iklan yang dikenal dengan Google Adsense. Adsense membuat iklan tepat sasaran pada segmen yang dikehendaki pemasang iklan, sebab Googe telah memilahnya hingga sangat detil.

Penghasilan Google dari iklan tahun 2014 adalah sebesar 826 triliun rupiah dan menjadikannya penghasil iklan terbesar di dunia. Jumlah penghasilan iklan Google mencapai separuh dari APBN Indonesia tahun 2014 sebesar 1.800 triiiun rupiah. Bila dikaitkan berbagai fenomena bisnis ini, mereka melakukan kapitalisasi data dan menjualnya sebagai komoditi yang sulit diambil oleh orang lain. Facebook saja misalnya membayar user Whatsapp 42 dolar Amerika setiap usernya. Bisnis konvensional tidak sampai pada penghitungan bisnis yang dilakukan oleh pemain bisnis digital. Umumnya penghitungan bisnis hanya pada data keuangan saja dan menuliskanya sebagai kerugian bila dilihat tidak ada pemasukan didalamnya. Saatnya sekarang memperhitungkan data yang dimiliki sebagai kekayaan perusahaan dan tidak membuangnya.

Hal inilah yang terjadi dalam bisnis digital, mereka melihat jauh ke depan dan menggunakan data sebagai harta yang mereka hitung, sehingga Tokopedia bisa memasang iklan sebesar 6,5 triliun rupiah sementara investasinya 1,2 triliun rupiah. Atau Matahari mall sanggup memberikan diskon hingga 99 persen.

Fadjar Ari DewantoFadjar Ari Dewanto/VMN/BD/Regional Head-Vibiz Research Center, Vibiz Consulting, Vibiz Consulting Group

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x