(Business Lounge – Global News) Harga obat di Amerika saat ini memang sangat memprihatinkan bagi semua perusahaan farmasi. Tetapi apa yang terjadi di Tiongkok juga patut mendapat perhatian sebab industi farmasi Tiongkok sedang mengalami pelemahan terkait dengan harga obat di Amerika yang semakin meningkat. Hal ini membuat perkembangan sektor pasar yang sebenarnya paling menguntungkan di Tiongkok ini menjadi gelap.
Melemahnya Industri Farmasi Tiongkok
Tiongkok memiliki pasar farmasi terbesar kesembilan di dunia dan merupakan salah satu yang tumbuh paling cepat. Pada tahun 2007, total penghasilannya lebih dari USD 86 miliar; tingkat pertumbuhannya telah merata sekitar 17% selama beberapa dekade terakhir.
Sanford C. Bernstein mencatat penjualan pada perusahaan obat-obatan besar mengalami penurunan sebesar 5,5% dari tahun ke tahun, bahkan pada kuartal kedua penurunana terjadi jauh di bawah rata-rata 9% dari empat kuartal sebelumnya. Tekanan ekonomi makro meningkat. Mata uang yang lemah mempengaruhi penjualan.
Pasar negara berkembang mencatat sebagian besar dari pendapatan farmasi, terutama untuk perusahaan Eropa. Mereka mewakili 34% dari penjualan di Sanofi dan 26% di Novartis. Perlambatan di Tiongkok menimbulkan masalah lain ketika pemerintah mencoba untuk mengatasinya melalui tagihan perawatan kesehatan yang memuncak.
Diakibatkan Permasalahan di Masa Lalu
Tidak hanya dari melemahnya perekonomian, tetapi terjadinya kasus skandal penyuapan GlaxoSmithKline pada tahun 2013 masih berdampak, baik pada tim penjual atau para dokter menjadi lebih waspada. Dalam beberapa kasus, hal ini mendorong para pembeli untuk memilih obat alternatif yang lebih murah dibandingkan dengan obat yang lebih modern dan berkualitas.
Harga untuk obat tradisional Tiongkok juga telah jatuh setiap bulan sejak Mei tahun lalu dan tren ini diperkirakan akan terus berlanjut. Salah satu alasannya adalah ketidakcocokan pasokan dengan permintaan yang salah satunya didorong oleh meningkatnya persaingan untuk produk populer seperti Codonopsis, ginseng generik, dan krisan.
Selain itu, pasar Tiongkok mulai berubah. Pada kuartal kedua, beberapa perusahaan tampak lebih bergantung pada penjualan produk-produk baru. Bayer melaporkan pertumbuhan sebesar 6% dari target setahun sebesar 10%. Bayer mengatakan bahwa kontributor utama pertumbuhan adalah penjualan pengencer darah baru, Xarelto.
Dampak dari Krisis
Sementara itu, pemerintah Tiongkok telah mulai membuat penanganan terhadap pengeluaran perawatan kesehatan yang berlebihan. Pemerintah telah membatasi rumah sakit di Tiongkok agar membeli obat dengan harga di bawah persentase tertentu dari total keuangan mereka. Saat ini, pengeluaran obat Tiongkok sangat tinggi dibandingkan dengan norma internasional.
Akibatnya, rumah sakit Tiongkok harus menghapus pembuatan resep atau pemilihan obat. Rumah sakit sebelumnya menambahkan mark up harga obat, yang dibayar oleh asuransi atau pasien, yang dapat membantu anggaran mereka. Namun hal ini telah diberhentikan.
Kecemasan atas pertumbuhan pasar negara berkembang yang semakin lambat tidak memungkinkan untuk terjadinya pemulihan ekonomi dalam waktu dekat. Dalam kasus Tiongkok, bagaimana pun juga, angka penjualan yang lemah mungkin menjadi awal dari penyesuaian struktural.
Alvin Wiryo Limanjaya/VMN/BL/Contributor
Editor: Ruth Berliana
Image: wikipedia