Peluang Industri Ritel di Indonesia

(Business Lounge – Business Insight) Berdasarkan indeks ritel global tahunan yang dirilis firma konsultasi A.T. Kearney, Indonesia berhasil naik tiga peringkat menjadi posisi 12 untuk saat ini. Mereka melakukan survei atas 30 negara berkembang. Mereka menyusunnya berdasarkan perhitungan faktor daya tarik pasar, risiko, kejenuhan pasar, serta laju pertumbuhan.

Untuk pertama kalinya sejak tahun 2010 Tiongkok menguasai puncak dari posisi yang ada dengan proyeksi pertumbuhan pasar ritel senilai $8 triliun pada 2022 serta melewati Amerika Serikat sebagai pasar ritel terbesar pada 2018. Negara Malaysia dan Mongolia berhasil masuk dalam 10 besar juga.

Hambatan yang cukup besar dalam industri ritel di Indonesia adalah keterbatasan infrastruktur. Semakin tidak dibenahi hal tesebut, maka biaya distribusi barang maupun SDM-nya akan semakin tinggi. Selain itu parahnya kemacetan Jakarta termasuk faktor utama yang menghambat calon pembeli. Selain itu hambatan non-tarif dan kepabeanan juga merupakan halangan bagi peritel masuk ke Indonesia. Semua masalah logistik ini menyulitkan industri ritel karena rendahnya marjin operasional.

Peluang besar dalam sektor e-commerce merupakan peluang bisnis bagi peritel masuk di Indonesia. Dari sekitar 75 juta pengguna Internet di Indonesia tahun lalu, 5,9 juta berbelanja secara daring, demikian laporan dari firma logistik global SingPost. Indonesia E-commerce Association, juga memperkirakan bahwa transaksi e-commerce di tanah air akan berlipat tiga kali dari US $ 8 miliar pada 2014 menjadi US $ 25 miliar pada tahun 2016.

Selain itu pertumbuhan ritel modern Indonesia sebagian besar didorong oleh adanya minimarket seperti Alfamart. Ada beberapa brand asing yang mulai masuk ke Indonesia seperti H&M dan Uniqlo. Sangat ditekankan juga kesiapan  warga Indonesia melakukan transaksi via ponsel serta mempercayakan transaksi pada e-commerce.

Arum/Journalist/VMN/BL
Editor: Iin Caratri

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x