Ilmuwan Pesisir Lakukan Simulasi, Indonesia Salah Satu yang Diperingatkan

(Business Lounge – News & Insight) Proceedings of the Royal Society A, sebuah jurnal yang dipublikasikan pada Rabu (5/11) menyajikan penelitian yang dilakukan terhadap pulau-pulau lepas pantai serta pengaruhnya pada gelombang tsunami.

Pada awalnya para peneliti merasa bahwa pulau-pulau kecil lepas pantai dapat melindungi masyarakat daratan dari dampak terburuk yang ditimbulkan oleh angin atau gelombang. Tetapi simulasi menunjukkan bahwa efek-efek protektif menghilang ketikan gelombang tsunami menerjang. Pulau-pulau kecil lepas pantai malahan akan memperkuat gelombang besar yang sedang menuju garis pantai.

Terinspirasi Tsunami yang Melanda Sumatera

Sebuah penelitian dilakukan sebagai hasil inspirasi dari kerusakan parah yang diderita Pulau Sumatera bagian utara khususnya propinsi NAD yang berbatasan dengan Samudera Hindia pada saat gempa bumi berkekuatan 9,1 sr menciptakan gelombang tsunami setinggi 80 kaki (sekitar 24 meter) pada tahun 2004. Padahal ada banyak pulau-pulau lepas pantai yang menghiasi pulau Sumatera ini. Demikian pula, tsunami yang melanda Kepulauan Mentawai, Sumatera pada tahun 2010 yang menyebabkan banjir yang paling parah.

Melakukan 200 Simulasi

Para ilmuwan pesisir pantai melakukan studi dengan membuat 200 simulasi komputer dengan pulau yang bervariasi, lereng pantai, kedalaman air, jarak antara pulau dan pantai, dan panjang gelombang tsunami.

Sebagai hasilnya, tidak satu pun dari simulasi yang dapat membuktikan bahwa pulau-pulau kecil lepas pantai akan melindungi daerah pesisir. Ini menandakan bahwa beberapa komunitas yang telah menetap di daerah-daerah pesisir memiliki resiko tinggi bila gelombang tsunami terjadi. Tsunami yang terjadi di Samudera Hindia pada tahun 2004 serta tsunami yang terjadi di Laut Timur Jepang yang disebabkan oleh gempa berkekuatan 9 sr pada tahun 2011, telah membuktikannya.

“Energi tsunami akan bertambah kira-kira 70% ketika gelombangnya menemui pulau-pulau kecil lepas pantai,” demikian disampaikan penulis Frederic Dias dari France’s Center for Mathematical Studies and their Applications (CMLA) seperti dilansir oleh AFP. Dia pun menambahkan bahwa sebuah pulau sering kali justru berperan sebagai sebuah “lensa” yang memfokuskan kekuatan destruktif dari gelombang tsunami tersebut.

Peringatan Untuk Yunani dan Indonesia

Dias mengatakan masyarakat pesisir di negara-negara seperti Yunani dan Indonesia secara khusus memiliki resiko seperti apa yang telah dibuktikan dalam studi mereka. Dias pun menyarankan agar penduduk pesisir dapat memikirkan kembali resiko yang dapat mereka hadapi kemudian serta diperlukan adanya sistem peringatan yang akurat sehingga ada kesempatan bagi penduduk untuk dapat memperoleh perlindungan yang tepat.

BMKG dan Aksi Tanggap Tsunami

Peristiwa tsunami yang menghantam NAD pada tahun 2004 masih sangat membekas dan belum dapat dilupakan. Itulah sebabnya berbagai lembaga sosial bekerja sama dengan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) terus mengadakan berbagai sosialisasi kepada masyarakat untuk dapat tanggap kepada kemungkinan terjadinya tsunami. Bahkan Jepang melalui Wakil Menteri Rekonstruksinya, Koichi Tani, pada kunjungannya beberapa bulan yang lalu menyarankan supaya Pemerintah Aceh secara rutin menggelar simulasi dan sosialisasi penyelamatan diri dari gempa bumi dan tsunami. Bahkan simulasi ini juga diberikan kepada anak usia dini dan generasi muda sehingga tidak ada yang lupa atas ancaman yang dapat terjadi.

Disarankan juga untuk pemerintah memberikan anggaran khusus untuk program tanggap tsunami yang dapat dilakukan.

uthe/Journalist/VMN/BL
Editor: Ruth Berliana
Image: Wikipedia

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x