Marzuki Usman, Pendobrak Pasar Modal Indonesia (#1/2): Masa Kebangkitan Pasar Modal Indonesia

(Business Lounge – Achievement)

Pada kesempatan yang baik ketika tim businesslounge.co Vibiz Media Network berbincang-bincang dengan Marzuki Usman, mantan Kepala Badan Pengelola Pasar Modal (Bapepam) periode 1988 – 1992 ini menuturkan pengalaman bagaimana mendorong Pasar Modal untuk benar-benar menjadi “Pasar”. Ketika itu Marzuki mendapatkan kepercayaan menjabat sebagai Kepala Bapepam, kondisi Pasar Modal Indonesia saat itu sedang ‘mati suri’ demikian ia menggambarkannya.

Mungkin agak susah bila dibayangkan sekarang ini, namun ketika itu secara officially perdagangan di lantai bursa tercatat berlangsung selama 2 jam. Tetapi dalam prakteknya, perdagangan di Pasar Modal Indonesia hanya berlangsung 15 menit, kondisinya tidak banyak perusahaan ataupun perseorangan yang tertarik untuk meramaikan pasar bursa.

Pasar Modal Indonesia Mati Suri

Marzuki pun melukiskan kondisi Pasar Modal Indonesia yang ‘mati suri’ tersebut dengan agak mengenaskan. Bangunan yang diperuntukkan mengakomodir kegiatan jual beli saham ini nyaris tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Lampu-lampunya yang mulai redup, AC yang tidak lagi berfungsi dengan baik, belum lagi para pegawai yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain ‘gaple’. Dengan merogoh koceknya sendiri dan bantuan teman-temanya, Marzuki pun bersegera mengadakan perbaikan dengan mengganti lampu-lampu yang sudah mati bertahun-tahun, memperbaiki AC serta membeli beberapa jam dinding untuk menggantikan lambang kenegaraan pada waktu itu. “Ini Pasar Modal loh!” demikian ia menjawab para pegawainya yang mempertanyakan mengapa memindahkan barang-barang tersebut. Gantinya, ia memajang beberapa jam dinding dengan waktu New York, Frankfurt, Tokyo dan lainnya. Marzuki berupaya membuat image yang baru dari Pasar Modal Indonesia.

Tidak mudah mendapatkan mereka yang memiliki uang banyak sebelumnya. “Pada waktu itu, kalau kita tanya orang yang punya uang sebanyak 10 juta, mungkin tidak ada yang mempunyainya. Tetapi pada tahun 1988, sudah banyak orang yang mempunyai uang tunai sebesar 100 juta. Bahkan dengan mudah kita akan menemukan mobil Mercedes-Benz,” demikian Marzuki bertutur. “Demand already there,” ia menambahkan. Oleh karena sudah banyaknya mereka yang memiliki perekonomian yang baik, maka Marzuki pun berantusias untuk memulai era yang baru dari Pasar Modal Indonesia. Dengan yakin ia bertindak bahwa sang investor telah siap untuk berinvestasi. Seiring dengan menyala terangnya lampu gedung Bapepam maka ia pun berslogan, ” Masa gelap sudah lewat, sekarang masa terang benderang!”

Melakukan Deregulasi

Ketika itu, perdagangan luar negeri belum lagi dibuka. Maka Marzuki pun mengajukan deregulasi kepada menteri keuangan saat itu. Permohonan bersambut dan titik balik Pasar Modal Indonesia dimulai. Investor asing diijinkan untuk masuk, sehingga harga saham tidak lagi diatur sendiri tetapi pasarlah yang menggerakkannya. Tanpa diduga, terjadi krisis keuangan, tetapi oleh karena pasar modal kita telah terbuka untuk luar maka pasar modal kecil ini pun dilirik oleh investor luar. Keberuntungan berpihak kepada pasar modal kita, dimana harga naik dan terus naik, jantung Pasar Modal Indonesia kembali berdegup dengan kencang.

Lalu apa yang Marzuki butuhkan untuk menggairahkan pasar ? Perlu orang yang mau menjual saham. Kemudian sebuah perusahaan asuransi diberikan ijin untuk menjual sahamnya. Serta merta, sahamnya pun laku terjual. Para investor melihat lalu berbondong-bondong hendak membeli saham. Maka terjadilah sebuah antrian panjang hendak membeli saham. “Dalam satu hari, belum pernah terjadi dalam sejarah ekonomi Indonesia jalan Sudirman macet karena orang memarkir mobilnya di jalan untuk antri membeli saham.” Luar biasa!

Kegiatan pasar modal pun semakin sibuk, perbandingan menyolok dibanding kegiatan sebelumnya dapat dirasakan. Marzuki terus bercerita dengan antusias. Ketika ia mulai memimpin Bapepam pada bulan September 1988, jumlah perusahaan yang terdaftar di pasar bursa hanya 20 perusahaan dengan transaksi per hari hanya Rp 20 juta. Pada waktu itu, nilai tersebut sama dengan harga 1 mobil kijang, sangat kecil sebenarnya untuk ukuran sebuah pasar modal. Coba saja membandingkannya dengan kegiatan sebuah show room mobil di Pecenongan yang bisa bertransaksi mencapai Rp 200 juta dalam sehari. Maka nilai transaksi Rp 20 juta belum apa-apa, tetapi wajarlah demikian mengingat perdagangan yang hanya berlangsung selama 15 menit dari 2 jam yang dicanangkan, belum lagi indeks hanya di bawah 100.

20 Emiten Menjadi 130 Emiten

Namun ketika Pasar Modal Indonesia sudah mulai menggeliat, kira-kira pada Juli 1989, perdagangan pun semakin panjang hingga mencapai 4 jam dalam sehari. Jumlah perusahaan bertambah hingga melebihi 40 perusahaan. Nilai perdagangan juga semakin bertambah hingga 90 juta per hari.

Di satu sisi, Marzuki dengan aktif terus berupaya meyakinkan perusahaan-perusahaan untuk go public. Setiap hari ia membuat seminar untuk meyakinkan banyak orang. “Pernah dalam satu hari, saya mengijinkan go public 6 perusahaan. Empat pada siang dan dua malam.” Marzuki bertutur dengan antusias. Kemudian ia menyampaikan mimpinya, “Mimpi saya Pasar Modal Indonesia bisa menjadi one of the best Stock Exchange in the world.”

Kerja keras dan kegigihan Marzuki mulai terwujud, dalam waktu 3 tahun perusahaan terdaftar yang tadinya hanya 20 perusahaan terus bertambah menjadi 130. Sebuah pencapaian yang luar biasa dari Marzuki Usman.

Back to Marzuki Usman  – Pendobrak Pasar Modal Indonesia

coverA

 

 


pak YoKristanto Nugroho
Editor in Chief Vibiz Media Network

ruth_revisiRuth Berliana
Editor in Chief businesslounge.co