(Business Lounge – Business Today) Perusahaan penerbangan AirAsia Bhd, pada Rabu lalu melaporkan kenaikan laba bersih di kuartal II berkat pendapatan dari valas. Laba bersih grup dalam triwulan II naik menjadi 367,2 juta ringgit, lebih tinggi dari 58,3 juta ringgit setahun sebelumnya. Sementara pendapatan naik 5% ke 1,31 miliar ringgit.
Meski demikian, laba operasi turun 17% ke 174 juta ringgit akibat terus meningkatnya harga bahan bakar dan kerugian yang dicetak maskapai afiliasi. Pengeluaran terbesar AirAsia adalah untuk bahan bakar, yang pada kuartal II melonjak 17% menjadi 582 juta ringgit.
Seperti dilansir The Wall Street Journal, pendiri dan Group CEO AirAsia, Tony Fernandes, mengatakan tengah menyusun rencana guna membangkitkan maskapai-maskapai afiliasinya. Ini seperti mengurangi skala operasi dan menghentikan penerbangan di rute-rute yang membuatnya rugi. CEO Air Asia ini sangat optimistis kerugian ini tidak akan berlangsung lama karena sebagian besar disebabkan oleh faktor eksternal seperti melemahnya mata uang lokal, iklim geopolitik, dan fluktuasi harga bahan bakar.
Maskapai murah terbesar di Asia Tenggara berdasarkan pangsa pasar ini mengaku optimistis bahwa afiliasinya di Thailand, Indonesia, dan Filipina akan berkinerja lebih baik pada enam bulan terakhir 2014. Selain itu, harga tiket di pasar Malaysia juga akan kembali mencerminkan ongkos sebenarnya, terutama saat maskapai mengurangi laju pertumbuhan kapasitas.
Banyak maskapai di Asia dalam beberapa tahun terakhir agresif membeli pesawat dan menambah rute penerbangan. Ini guna mengantisipasi lonjakan permintaan dari turis dan konsumen bisnis di Asia Tenggara, yang relatif tak tersentuh krisis ekonomi global. AirAsia dan Lion Air dari Indonesia, maskapai budget yang dominan di Asia Tenggara, telah memesan lebih dari 1.000 pesawat untuk diantar dalam 10 tahun ke depan.
Namun, permintaan gagal melonjak dan margin semua maskapai di Asia justru tertekan. AirAsia juga mengeluhkan harga tiket yang tak rasional, terutama di Malaysia. AirAsia harus bersaing dengan maskapai pemerintah, Malaysia Airlines, yang menawarkan potongan harga bombastis guna merebut hati konsumen yang masih merasa trauma akibat dua kecelakaan maskapainya pada tahun ini.
Bisa dikatakan AirAsia alami kerugian di semua saham yang dimilikinya di beberapa maskapai di Thailand, Indonesia, Filipina, dan India. Di Indonesia AirAsia merugi akibat persaingan yang ketat dari Lion Air dan melemahnya rupiah turut membebani afiliasinya di Indonesia, sementara di Thailand banyak terjadi kisruh politik yang pada akhirnya menimbulkan kerugian bagi Thai AirAsia.
Tania Febe/Journalist/VM/BL
Image: wikipedia

