(Business Lounge – World Today) – Kebijakan pemerintah yang dimaksudkan untuk melindungi petani lokal justru pada akhirnya merugikan harga saham perusahaan unggas Indonesia. Valuasi tiga produsen unggas yang tergolong besar di Indonesia hilang sekitar 7,5 triliun Rupiah atau hampir $650 juta di saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru sedang berjaya di pasar Asia Tenggara.
Dalam sebuah surat pemerintah yang dikirim ke produsen-produsen unggas besar Indonesia, pada tanggal 15 April lalu, 26 perusahaan diminta agar “bersedia” untuk menjual anak ayam berusia satu hari dengan harga maksimal 3.200 Rupiah. Dengan demikian, harga jual berarti akan tetap terhitung murah bagi peternak yang hendak membeli anak ayam untuk dibesarkan.
Di dalam suratnya, Kementrian Perdagangan menyatakan, harga unggas hidup dan telur di level peternak lebih rendah ketimbang biaya produksi, sehingga peternak tak mendapat pemasukan yang berimbang Kemendag tidak secara tegas memerintahkan perusahaan membatasi harga jualnya. Meski demikian, investor tampaknya menimbang surat itu dengan serius, terbukti dari jatuhnya harga saham produsen unggas.
Satu minggu usai pengumuman, saham PT Japfa Comfeed Indonesia – produsen pakan ayam dan anak ayam terbesar kedua di Indonesia mengalami penurunan sebesar 9,2% di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Sementara itu, saham produsen nomor satu, PT Charoen Pokphand Indonesia, jatuh sebesar 7,5%. Saham pesaing mereka, PT Malindo Feedmill, turun sebesar 8,8%.
Ketiga saham kini diperdagangkan di level yang dicapai saat Januari atau sebelumnya. Ini kontras dengan performa IHSG yang telah naik 14,6% tahun ini, yang menjadikannya indeks acuan berkinerja terbaik di Asia.
Fanny Sue/VM/BL
Editor : Fanya Jodie
Foto : commons.wikimedia.org