Menurut kepolisian Thailand, agen perjalanan Grand Horizon di Pattaya menerima pesanan tiket bagi dua penumpang berpaspor palsu.
(Business Lounge – World Today) – Pencarian pesawat Malaysia Airlines memang belum menemukan titik temu. Namun, ada hal lain yang disorot dari peristiwa ini, yaitu mengenai dua orang penumpang yang berangkat menggunakan paspor palsu. Sebenarnya, mengenai bagaimana cara dua penumpang yang menggunakan paspor curian berhasil naik ke pesawat Malaysia Airlines yang hilang dalam perjalanan Kuala Lumpur-Beijing bisa dikatakan membingungkan dan sampai sekarang menjadi teka-teki yang masih belum terpecahkan.
Kedua penumpang masih belum diketahui identitasnya. Namun, mereka bisa lolos menumpang pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 pada Sabtu pekan lalu dengan dua paspor curian atas nama Luigi Maraldi (Italia) dan Christian Kozel (Austria).
Maraldi dan Kozel mengaku bahwa paspor mereka dicuri saat berlibur di Phuket, Thailand. Maraldi kecolongan pada 2012, sementara Kozel 2013. Saat memberikan keterangan kepada wartawan, Maraldi mengatakan paspornya hilang saat ia menitipkannya sebagai jaminan peminjaman mobil di Thailand.
Melakukan perjalanan ke Amerika Serikat dan Eropa dengan menggunakan paspor curian tak mudah berkat prosedur silang-pemeriksaan identitas seperti pemindaian sidik jari dan retina, demikian informasi para pakar. Namun, di Asia, khususnya Thailand, maraknya pasar gelap paspor dan minimnya pemeriksaan di bandar udara memudahkan pemakaian identitas palsu.
Bahkan, walau pemeriksaan dilakukan seksama, dokumen perjalanan yang dipalsukan dengan sempurna takkan terdeteksi, ujar para spesialis urusan pemalsuan. Jika nomor paspor curian berubah, komputer takkan mengenalinya meskipun telah dilakukan pemeriksaan silang ke basis data paspor curian internasional.
Thailand, salah satu tujuan wisata dunia yang paling banyak dikunjungi turis, adalah tempat pasar paspor curian dan palsu yang termasyhur, demikian pendapat para analis keamanan. Para bandit dan pencari suaka kerap bersembunyi di negeri itu dalam lindungan dokumen ilegal.
Paul Quaglia, konsultan keamanan dari PQA Associates di Bangkok mengatakan Thailand telah memainkan peran tersebut selama berpuluh-puluh tahun.
“Permintaan pasar sangat tinggi,” ujar Quaglia. “Belakangan, keamanan bandara sudah banyak mengalami kemajuan. Namun, [Thailand] masih menjadi tempat pilihan untuk membeli dokumen palsu atau curian, yang kemungkinan dimanfaatkan untuk terbang ke negara lain.”
Salah satu pakar dokumen perjalanan Eropa mengatakan beberapa pemalsu terbaik dunia berasal dari Asia.
Senin lalu, Azaharuddin Abdul Rahman, direktur jenderal Departemen Penerbangan Sipil Malaysia berkata di hadapan wartawan bahwa para penumpang yang menggunakan paspor curian tidak memiliki “wajah Asia.” Para penyelidik tengah menelusuri kemungkinan adanya sindikat pencuri paspor.
Menurut para pejabat kepolisian, jumlah warga Suriah yang bepergian memakai paspor curian atau palsu semakin meningkat. Mereka berusaha menghindar dari perang saudara di Suriah melalui Thailand atau negara lain untuk memasuki kawasan Uni Eropa.
Fanny Sue/Businesslounge-WSJ
Foto : WSJ, Antara