(Business Lounge – World News) Singapura mengalami bulan terkering terparah sejak tahun 1869. Menurut Badan Lingkungan Nasional Singapura, di bulan Februari, hanya ada tujuh hari hujan dengan intensitas kecil 0.2 mm.
Bahkan, kekeringan telah melanda wilayah yang lebih luas dalam beberapa pekan terakhir. Hal itu pun mengancam terjadinya kenaikkan harga makanan dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Terkait dengan masalah ini, Malaysia mulai mengirimkan air pada bulan Februari. Untuk informasi, 60 persen kebutuhan air Singapura adalah hasil impor dari Malaysia.
Para ahli mengatakan, bahwa upaya Singapura untuk mengembangan teknologi desalinasi dan teknologi daur ulang air telah membuat ketergantungan mereka terhadap air dari Malaysia menjadi jauh berkurang.
Menteri Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Air Singapura, Vivian Balakrishnan, mengatakan bahwa teknologi baru itu bisa menyediakan sekitar 55 persen kebutuhan air Singapura di samping dari curah hujan.
Meskipun demikia , badan air publik Singapura telah memulai kampanye yang mendesak warga untuk menghemat air, karena cuaca kering ini diperkirakan akan bertahan sampai bulan Maret.
Selain mempengaruhi Singapura, kekeringan juga bisa mempengaruhi produksi minyak sawit dari Malaysia dan Indonesia. Untuk informasi, 86 persen kebutuhan minyak sawit global berasal dari kedua negara itu.
Akibat masalah ini, banyak investor cemas harga minyak sawit akan melonjak dalam beberapa hari terakhir, bahkan bisa mencapai tingkat tertinggi dalam 17 bulan terakhir.
Menteri Perdagangan Internasional Malaysia, Mustapa Mohamed, juga telah memperingatkan bahwa kekeringan bisa memperlambat pertumbuhan produksi sawit. Tapi dia bersikeras masalah ini tidak akan mengubah target pertumbuhan ekonomi Malaysia tahun ini yang sebesar 5 persen.
Menurut Mohamed, produksi sawit hanya sebagian besar dari komoditas yang dihasilkan Malaysia. Selain itu, Wai Ho Leong, ekonom senior dari Barclays, mengatakan dampak kekeringan di wilayah ini tidak akan mempengaruhi harga pangan.
“Namun, jika kekeringan terus berlanjut dalam waktu lama, maka hal itu dapat meningkatkan jumlah kebakaran hutan di Indonesia dan dapat memperburuk kualitas udara di negara tetangga,” ujar Leong.
(Nemi/Journalist,VM,BL)
Editor : Rimba Laut
Pic : wikimedia