(Business Lounge – World Today) – Kondisi politik Thailand yang tidak aman sepertinya membuat para pihak merasa khawatir. Dikabarkan bahwa nasabah ramai-ramai menarik hampir $1 miliar dari Government Savings Bank (GSB), demikian menurut bank Thailand itu Senin kemarin. GSB belum lama ini memberi pinjaman kepada program subsidi beras pemerintah yang gagal. Ini mensinyalir kebuntuan politik Thailand yang telah berlangsung selama berbulan-bulan mulai berdampak pada ekonominya.
Kondisi pemerintahan juga sepertinya semakin tidak memungkinkan, dimana Perdana Menteri Yingluck Shinawatra kini kian tertekan. Pasalnya, Badan Ekonomi Nasional dan Pembangunan Sosial (NESDB), Senin kemarin juga mengumumkan laju pertumbuhan ekonomi akan melamban dalam beberapa bulan ke depan akibat kericuhan politik. Selain itu, Perdana Menteri Yingluck Shinawatra juga dipusingkan oleh demonstrasi di jalanan menuntut pengunduran dirinya sejak November lalu.
CEO Government Savings Bank, Woravit Chailimpamontri, mengatakan bahwa nasabah menarik 30 miliar baht, atau sedikit di bawah Rp11 triliun, dalam tiga hari terakhir. Ini lantaran bank itu memberikan pinjaman sebesar 5 miliar baht kepada Bank for Agriculture and Agricultural Cooperatives (BAAC) yang terlibat dalam program subsidi beras pemerintah.
Bank for Agriculture and Agriculture Cooperatives (BAAC) sendiri membeli beras dari petani dengan harga sampai 50% di atas harga pasar. Bank koperasi ini kini menjadi sasaran demonstrasi massa anti-pemerintah, lantaran dianggap sebagai contoh kebijakan populis yang merusak Thailand. Pihak oposisi menilai kebijakan ini dibuat oleh PM Yingluck guna meraih dukungan warga desa, agar partainya dapat meraih mayoritas kursi di Parlemen. Woravit sendiri mengatakan bahwa pihaknya tidak akan memperpanjang pinjaman bagi BAAC, mengingat penarikan tabungan di GSB yang terlihat kian memburuk.
Beberapa minggu terakhir, pemerintah Thailand kesulitan meminta kredit dari bank komersial untuk membayar petani beras. Para petani ini turun ke jalan, menuntut pembayaran atas beras yang telah mereka serahkan kepada pemerintah.
Perekonomian Thailand sendiri sampai belum lama ini, masih sanggup bertahan dari kericuhan politik negara itu setelah mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, kakak Yingluck, digulingkan oleh militer pada 2006.
Thailand memang sulit meraih kembali laju pertumbuhan yang cepat seperti tahun 1980-an dan 1990-an, hal yang juga dialami oleh Malaysia dan Indonesia. Meski demikian, Thailand sukses menarik investasi asing dalam jumlah besar, terutama dalam industri otomotif. Akan tetapi, dalam beberapa minggu belakangan, kepercayaan konsumen turun drastis sehingga proyeksi ekonomi Thailand jangka panjang terlihat suram.
NESDB mengatakan protes yang berlangsung lama itu akan mengurangi pertumbuhan dalam enam bulan pertama 2014. Badan pemerintah tersebut memprediksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) 2014 akan berkisar antara 3%-4%, didorong menguatnya permintaan ekspor Barat. Industri pariwisata, yang tumbuh ke rekor 20% pada 2013, juga dinilai sanggup menambal dampak negatif akibat kericuhan politik Thailand.
(FJ/FJ/BL-WSJ)
Foto : Antara
