Pentingnya Inovasi dan Kerja Keras

(Business Lounge – Inspiration) – Siapa yang tidak mengenal produk air minum AQUA? Begitu kita mendengar kata “AQUA” maka otomatis bayangan dalam benak kita adalah produk minuman dengan berbagai jenis ukuran. Aqua  sangat dikenal masyarakat luas, baik yang di kota maupun di desa. Sekalipun saat ini, product air minum sudah semakin marak, namun AQUA sebagai  pelopor produk air mineral kemasan yang pertama tetap selalu yang diingat dalam benak masyarakat apabila berbicara tentang produk air mineral. Hal ini menunjukkan betapa kuat pengaruh nama dari sebuah produk yang tangguh, berkualitas, dan unggul. Siapakah pendiri AQUA dan bagaimana ia memunculkan ide awal untuk memproduksi air mineral kemasan?

Tirto Utomo atau Kwa Sien Biauw dilahirkan di Wonosobo, Jawa Tengah 8 Maret 1930 merupakan anak dari pengusaha susu sapi dan pedagang ternak. Dibesarkan dalam keluarga yang sederhana dan kondisi ekonomi yang belum mencukupi.

Di usia 48 tahun, Tirto memilih pensiun dini untuk menjadi usahawan. Inisiatif bisnis pun datang. Bersama saudaranya, Tirto mulai mempelajari cara memproses air minum dalam kemasan. Usai mengerti cara kerja pembuatan air minum dalam kemasan, Tirto mendirikan pabrik pertamanya di Bekasi dan menamai pabrik itu Golden Missisippi dengan kapasitas produksi enam juta liter per tahun. Untuk merek dagang, Tirto sudah menyiapkan nama Puritas, untuk memberikan kesan air yang Murni, tetapi konsultannya mengusulkan untuk menggunakan nama AQUA karena cocok terhadap image air minum dalam botol serta tidak sulit untuk diucapkan. Tirto kemudian mengubah merek produknya menjadi AQUA.

Meskipun saat itu air mineral dalam kemasan belum ada di Indonesia, Tirto tetap yakin dengan langkahnya. Ia menggunakan konsep delivery door to door dan menjadi cikal bakal sistem pengiriman langsung AQUA. Bisnis yang dimulainya ini tidak langsung meraih sukses. Tahun 1974 sampai 1978 merupakan masa-masa sulit bagi perusahaan yang didirikannya. Apalagi permintaan konsumen masih sangat rendah. Masyarakat kala itu masih “asing” dengan air minum dalam kemasan. Ketika produk mulai diedarkan ternyata bidikan pasar Tirto Utomo (target pasarnya adalah expatriate) tak sepenuhnya jitu. Bukan cuma orang Indonesia yang tidak mau minum AQUA, orang asing pun ragu-ragu. Harga Rp 75,- yang apabila dikurs saat itu hanya bernilai sekitar 20 sen dollar dianggap kelewat murah. Harga rendah menimbulkan kesan kualitas (perceive quality) yang rendah pula.

Hingga 1978 penjualan AQUA tersendat-sendat. Tidak heran bila Tito Utomo sendiri mengakui hampir menutup perusahaannya. Maklum sudah sekitar lima tahun berusaha tetapi titik impas belum juga dapat diraih. Ia tidak tahan harus menombok terus-menerus. Tetapi selalu ada rezeki bagi orang yang ulet dan tabah. Tirto Utomo bersama manajemennya akhirnya mengeluarkan jurus pamungkas dengan menaikkan harga jual hampir tiga kali lipat. Pada waktu itu Tirto sudah menyiapkan antisipasi sekiranya upaya itu bakal menyebabkan penurunan omzet. Namun, pasar bicara lain. Omzet bukannya menurun malahan terdongkrak naik. Agaknya orang menilai harga tinggi sama dengan mutu tinggi. Dan AQUA memang diproduksi dengan standar kualitas yang baik. AQUA pun mulai melayani segmen yang tertarik untuk berlangganan.

Tahun 1981, AQUA berganti kemasan yang semula kaca menjadi plastik sehingga melahirkan berbagai varian kemasan. Hal ini menyebabkan distribusi yang lebih mudah dan harga yang lebih terjangkau sehingga produk AQUA dapat dinikmati masyarakat dari berbagai kalangan.

“Banyak orang mengira bahwa memproduksi air kemasan adalah hal yang mudah. Mereka pikir yang dilakukan hanyalah memasukkan air kran ke dalam botol. Sebetulnya, tantangannya adalah membuat air yang terbaik, mengemasnya dalam botol yang baik dan menyampaikannya ke konsumen,” kata Tirto Utomo.

“Dulu bukan main sulitnya. Dikasih saja orang tidak mau. Untuk apa minum air mentah,” itulah celaan yang tak jarang diterima saat itu. Memang bisa dipahami pada saat itu minuman ringan berkarbonasi seperti Coca Cola, Sprite, 7 Up dan Green Spot sedang naik daun menggeser minuman limun buatan lokal. Maka gagasan menjual air putih tanpa warna dan rasa memang tak salah bila dianggap sebagai gagasan gila.

Pada tahun 1998, karena ketatnya persaingan dan munculnya pesaing-pesaing baru, AQUA menjual sahamnya kepada Danone. Akusisi tersebut dianggap banyak pihak sebagai langkah tepat setelah beberapa cara pengembangan tidak cukup kuat menyelamatkan AQUA dari ancaman pesaing baru. Langkah ini berdampak pada peningkatan kualitas produk dan menempatkan AQUA sebagai produsen air mineral dalam kemasan (AMDK) yang terbesar di Indonesia. Pada tahun 2000, bertepatan dengan pergantian milenium, AQUA meluncurkan produk berlabel Danone – AQUA.

Almarhum Tirto Utomo pun dinobatkan sebagai pencetus air minum dalam kemasan dan masuk dalam “Hall of Fame.” Dan berdasarkan survei Zenith International, sebuah badan survei Inggris, AQUA dinobatkan sebagai merek air minum dalam kemasan terbesar di Asia Pasifik, dan air minum dalam kemasan nomor dua terbesar di dunia. Sebuah prestasi yang mungkin tidak pernah dikira-kira.

Salah satu kata-kata Tirto yang menginspirasi adalah “Anggap saja kegagalan itu sebagai uang sekolah kita semua. Kalau kita takut gagal, kita tidak akan pernah bisa sukses!” Jangan takut dan tidak perlu takut dengan persaingan, selama kita bisa mempertahankan kualitas dan tidak henti melakukan inovasi. Pesaing itu sebenarnya bagus karena kita bisa compare kualitas produk yang kita miliki dengan pesaing.

Dari kisah sukses di atas ada beberapa pesan yang bisa kita ambil, diantaranya:
1.    Kerja keras dan pantang menyerah bahkan terhadap kondisi seburuk apapun
2.    Kalau kita menemukan sebuah ide yang baik, segera realisasikan, jangan menunda-nunda.
3.    Apa pun yang terjadi, betapa besarnya masalah yang kita hadapi, harus kita hadapi dengan kepala dingin.
4.    Belajar itu tidak kenal usia dan tidak kenal waktu. Sampai kapan pun kita perlu belajar (ciptakan inovasi) dari sekolah, buku, kawan, atasan, karyawan, lingkungan, bahkan dari lawan (pesaing).

(rf/ic/bl)

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x