(Business Lounge – Business Today) – Berita dari dunia ekonomi, laju inflasi meningkat hingga level tertinggi selama empat tahun pada Agustus. Kenaikan tajam inflasi kali ini didorong peningkatan musiman dalam harga bahan makanan, transportasi, dan pakaian sepanjang Lebaran.
Depresiasi rupiah sebesar 13% terhadap dolar Amerika Serikat juga mendorong kenaikan inflasi, sehingga memperdalam tekanan terhadap Bank Indonesia (BI) untuk kembali menaikkan suku bunga.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin melaporkan laju inflasi tahunan pada Agustus naik menjadi 8,79% dari 8,61% untuk periode Juli. Laju inflasi pada Agustus menandai kenaikan tertinggi sejak Januari 2009. Saat itu, tingkat inflasi mencapai 9,17%.
Sedangkan dibanding bulan sebelumnya, indeks harga konsumen naik 1,12% pada Agustus. Angka ini melemah dibandingkan laju inflasi bulanan pada Juli yang tercatat 3,29%. Kepala BPS, Suryamin, dalam konferensi pers mengungkapkan biaya makanan, pakaian, dan pendidikan merupakan pendorong utama inflasi Agustus.
Sebelumnya, median proyeksi inflasi secara tahunan dari sembilan ekonom yang disurvei Dow Jones Newswires adalah 8,94%. Median proyeksi oleh delapan dari sembilan ekonom itu untuk inflasi bulanan 1,23%.
Inflasi inti, yang tak mencakup komponen harga administratif dan volatil, sebesar 4,48% pada Agustus, cenderung stabil dibandingkan 4,44% untuk periode Juli.
Dewan gubernur BI dalam rapat Kamis lalu menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 7%. Proyeksi inflasi akhir tahun oleh BI adalah antara 9% dan 9,8% atau naik dari prediksi 8% untuk Juni.
Kenaikan suku bunga itu terjadi hanya dua pekan sesudah BI mengabaikan seruan penguatan suku bunga dalam rapat kebijakan rutin. Saham dan rupiah akhirnya anjlok, karena investor merasa upaya penanganan inflasi dan defisit transaksi berjalan tak memadai.
(FJ/FJ-BL,WSJ)