Manajemen Risiko Valas: Transaction Exposure (1)

(The Manager’s Lounge, Risk Management) – Jika suatu bisnis masuk ke dalam perdagangan internasional, maka tentunya mereka terekspos terhadap risiko valuta asing. Risiko ini terdiri dari beberapa macam, dan masing-masing punya strategi tersendiri untuk mengelolanya.

Pada umumnya, Terdapat tiga jenis exposure valuta asing, diantaranya: 1) transaction exposure; 2) operating exposure; dan 3) translation exposure.

Untuk mengatasi exposure yang disebabkan oleh mata uang asing, maka bisa dilakukan hedging. Hedging adalah suatu aktivitas lindung nilai dalam rangka mengantisipasi pergerakan mata uang asing. Manfaat dari hedging antara lain melindungi dari potensi kerugian valas, serta mengurangi variasi dari arus kas di masa depan. Perusahaan memperoleh suatu kepastian melalui hedging.

Apakah Anda ingin melakukan hedging atau tidak? Pertimbangkan alasan-alasan berikut ini.

Mengapa perusahaan tidak memilih hedging?
Pertama, manajemen risiko valas tidak menjadikan proyeksi arus kas menjadi meningkat. Hedging hanya memungkinkan untuk melindungi nilai, bukan meningkatkan arus kas.

Kedua, pasar tidak dapat ditebak kemana arahnya

Ketiga, motivasi untuk mengurangi variasi lebih didorong oleh alasan akuntansi, yakni supaya bottom line bagus.

Keempat, biaya hedging terlalu mahal, dibandingkan dengan perlindungan nilai yang diberikannya

Lalu, mengapa perusahaan melakukan hedging?
Pertama, dengan melakukan hedging maka ini merupakan salah satu bentuk perencanaan arus kas, dimana risiko variasi arus kas jadi berkurang

Kedua, manajemen mempunyai keunggulan komparatif dibandingkan dengan investor individual mengenai risiko mata uang asing yang dihadapi oleh perusahaan

Ketiga, pasar biasanya dalam kondisi disequillibrium disebabkan ketidaksempurnaannya baik secara struktural maupun institusional. Sehingga, pasar umumnya selalu bergerak, dan ini mengakibatkan ketidakpastian.

Exposure pertama yang dihadapi perusahaan adalah transaction exposure, yakni risiko yang dihadapi oleh perusahaan ketika melakukan transaksi dengan pihak lain dan terkait dengan valas. Sehingga, perusahaan yang terlibat transaksi ini terekspos terhadap risiko perubahan nilai valas di masa depan.

Menurut Eitman, beberapa aktivitas yang dapat mengakibatkan suatu transaction exposure diantaranya adalah:
1. Membeli/menjual dalam kredit dengan harga dalam valas
2. meminjam/ memberi pinjaman, dengan sistem pelunasan menggunakan valas
3. masuk ke dalam kontrak forward valas
4. memperoleh asset atau liabilities dalam valas

Seperti yang telah diungkapkan diatas, ketika perusahaan menghadapi transaction exposure, ia mempunyai dua opsi, yakni hedging atau tidak. Seandainya perusahaan tidak mau melakukan hedging, maka opsi yang dimilikinya untuk meminimalisir risiko valas adalah:
1. mentransfer risiko tersebut terhadap pihak lain. Misalnya, perusahaan Indonesia mengenakan harga jual produk ekspornya ke AS dalam Rupiah, bukannya Dollar. Sehingga, pihak lawan (importir AS) yang terekspos terhadap pergerakan mata uang Rupiah.
2. meminta pelunasan cepat. Risiko mata uang asing dapat diminimalisir jika perusahaan meminta pelunasan secepatnya, sehingga bisa menggunakan nilai mata uang spot.
3. melakukan netting. Ini biasanya dilakukan oleh perusahaan MNC yang punya banyak cabang dan melakukan banyak transaksi valas. Yang dilakukan adalah mengkonsolidasikan seluruh posisi mata uang asing dalam satu negara, dan dihitung net-nya dari transaksi-transaksi yang terjadi dengan pihak lain.

Demikian jika perusahaan memilih untuk tidak melakukan hedging. Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan jika perusahaan memutuskan untuk mengambil posisi hedging?

Bersambung

pic.:brainforex.com

(Rinella Putri/TA/TML)

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x