(The Manager’s Lounge – Sales & Marketing) – Sukses sebagai Marketing selalu diukur dengan seberapa cepat seseorang bisa meraih jabatan tertentu, tercapainya target penjualan, serta banyaknya financial atau income yang diperoleh dan fasilitas apa saja yang didapat. Adanya kenaikan jabatan berarti ia telah berhasil mencapai target menyelesaikan sebuah proyek pemasaran produk, yang selain menantang juga bernilai tinggi. Sedangkan kenaikan jabatan tidak mudah diraih begitu saja, selain membutuhkan bekal pengetahuan dan skill yang cukup, juga membutuhkan waktu, tenaga extra, strategi atau pemikiran yang cerdas dan kemungkinan lain bisa karena faktor keberuntungan atau hoki.
Berikut kiat-kiat sukses berkarier sebagai Marketing yang merupakan pengalaman nyata beberapa profesional yang telah berhasil dibidangnya dan disarikan dari sebuah buku yang berjudul “Getting Rich as a Marketer”:
Kiat 1 : Investasi Pendidikan / Skill
Mengapa harus menambah pendidikan atau skill? Pemikirannya, untuk jadi Marketing tidak memerlukan title dan tidak dilihat dari tingginya tingkat pendidikan. Pertanyaan ini seringkali terlontar dari mulut sebagian teman-teman marketing yang mungkin berpikir bahwa saat ini yang terpenting hanya uang dan uang sebagai kompensasi pekerjaan mereka. Alasan pemikirannya sangat sederhana, anggapan mereka untuk melanjutkan pendidikan lagi atau menambah skill tentunya butuh biaya yang tidak sedikit dan alasan lain, mereka juga tidak memiliki waktu.
Alasan Marketer yang tidak memiliki uang untuk melakukan investasi di bidang pendidikan, umumnya mereka enggan karena biayanya sangat mahal. Tingkat S 2 sekarang ini biayanya berkisar kurang lebih 17 juta sampai dengan 50 juta, bervariasi tergantung pada Universitas pilihannya apalagi S3 akan membutuhkan biaya kurang lebih 70 sampai dengan 150 juta. Jadi tidak mungkin bagi yang levelnya masih rendah di perusahaan menempuh pendidikan tambahan. Kemudian jika ingin menambah skill, misalnya komputer, bahasa Inggris, mengemudi, atau mendapatkan sertifikat profesi juga dibutuhkan biaya yang tentu saja akan mengganggu cash flow marketer. Ini adalah hambatan dari segi keuangan yang harus diketahui terlebih dahulu.
Alasan Marketer lainnya, seringkali berkisar pada tidak adanya waktu untuk melakukan pendidikan atau menambah skill. Alasannya karena pulangnya dari kantor terlalu malam, tidak ada hari libur seperti hari sabtu. Pekerjaan banyak dan menyita banyak waktu sehingga sulit untuk belajar jika nantinya harus melanjutkan pendidikan lagi. Banyak sekali alasan yang kalau dipikir memang bisa dibenarkan.
Sekarang apa hubungannya dengan investasi pengetahuan dan skill tersebut dengan pekerjaan? Menurut saya banyak sekali dan akan berhubungan. Kita dapat ambil sebuah contoh, misalnya ada seorang karyawan dari sebuah perusahaan. Karyawan ini, pada waktu melamar di perusahaan tersebut status pendidikannya yang terakhir lulusan D3. Kemudian, setelah setahun bekerja dan kondisi keuangannya sudah mulai mapan, dia pun memutuskan kuliah lagi untuk melanjutkan ke jenjang S1 hingga selesai. Walaupun diperlukan pengorbanan untuk melakukannya, baik pengorbanan materi, waktu, tenaga dan lain-lain. Padahal, dilingkungan kerjanya, teman-temannya rata-rata berpendidikan yang selevel dengan dia menganggap tidak perlu bersusah-susah seperti itu dan merasa sudah berada di zona nyaman.
Kemudian, suatu kali perusahaan mengadakan promosi Jabatan yang sangat menarik, tentunya dengan income yang cukup besar. Namun, salah satu kriterianya ditentukan melalui seleksi akademik dimana pendidikan minimal harus S1. Waahhh…ini menjadi sebuah kesempatan emas yang harus diambil oleh karyawan tadi yang telah mencapai pendidikannya sampai jenjang S1. Kesempatan seperti ini belum tentu akan datang dua kali dan kita dapat bayangkan bagaimana reaksi teman-teman karyawan ini yang tidak memiliki atau kehilangan kesempatan yang demikian.
Ini hanya sebuah contoh sederhana saja, yang dapat kita ambil hikmahnya dan menjadi bahan pemikiran atau perencanaan untuk meraih sukses berkarier sebagai Marketing.
Johanes Lim dalam bukunya berjudul ”No Pain No Gain” juga menyarankan hal yang sama, jika ingin sukses dalam karier paling tidak harus gemar belajar, artinya harus meningkatkan pendidikan dari S1, S2 bahkan S3. Menurutnya jika anda melakukan hal ini, maka sudah dapat dipastikan jenjang karier anda akan naik. Selain itu, ia juga mengemukakan sesuatu yang mengejutkan bahwa prilaku dan ambisi poisitif anda akan menimbulkan kekaguman dan simpati dari banyak orang, khususnya pimpinan perusahaan anda, karena menurutnya orang seperti anda termasuk manusia langka.
Kiat 2 : Networking
Mengapa networking? Networking itu sendiri sebenarnya memiliki tujuan untuk mempermudah anda menemukan pekerjaan baru dan menyiapkan mental di perusahaan mana anda bergabung. Networking sendiri kini sudah bukanlah hal baru lagi bagi profesional untuk ajang meningkatkan karier. Apalagi di kota-kota besar, salah satu cara untuk naik karier adalah networking!! Maka carilah network seluas-luasnya untuk peningkatan karier anda di masa kini dan mendatang. Nah networking bisa di lakukan pada acara seminar, organisasi bisnis dan marketing club, pada organisasi profesi seperti AMA, IMA atau ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia atau organisasi apa saja yang menurut anda merupakan ajang bertemunya para profesional dan owner.
Kiat 3 : Kolaborasi
Istilah ini tentunya tidak asing ditelinga kita. Kata ini berasal dari bahasa inggris ”Collaborate” yang artinya bekerja sama, menciptakan atau menghasilkan. Banyak sekali hasil dan manfaat kolaborasi jika kita mau menelitinya. Namun jalinan kerjasama yang dilakukan, tentu hasilnya tidak bisa didapat saat itu juga, meskipun tak jarang langsung terwujud. Konsep ini semacam investasi dalam ber-relasi dengan orang lain. Contohnya bisa kita simak di bawah ini!
Ketika anda mengundurkan diri dari perusahaan lama. Sebaiknya anda berpamitan dengan baik, utarakan apa yang menurut anda bagus, berkesan dan bermanfaat selama berkarier di perusahaan lama tersebut. Hindari apa saja yang menurut anda menyebalkan untuk disampaikan, baik pada rekan kerja, maupun atasan langsung anda. Buat kesan kepergian anda penuh dengan makna. Mengundurkan diri dengan cantik!
Sebenarnya apa manfaat kolaborasi dengan cara seperti ini? Bukankah anda pamit meninggalkan perusahaan itu untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi di perusahaan yang baru? Betul bukan? Kalau begitu anda sedang mengatur karier anda di perusahaan itu untuk masa mendatang. Kalau hubungan anda baik dengan perusahaan lama dan suatu ketika membutuhkan kandidat dengan jabatannya lebih tinggi dari posisi anda sekarang, anda akan memiliki peluang jika menghendakinya. Nasihat paling ajaib untuk kolaborasi adalah : pamitlah dengan baik jika mengundurkan diri!!
Bentuk kolaborasi lainnya adalah membantu teman seprofesi untuk peluang-peluang di tempat lain jika membutuhkan. Bukannya sok pahlawan, kadang kala seorang relasi sedang membutuhkan kandidat yang berpengalaman, expert di bidangnya dan bisa dipercaya. Salah satu jalan adalah mereferensikan seorang teman yang kita kenal serta kita juga tak mengharap untuk direferensikan kepada orang lain, paling tidak orang yang kita bantu untuk mencarikan SDM akan ingat jika mendatang ada proyek baru yang butuh dikerjakan secara team. Nasihat yang paling ampuh berkolaborasi adalah : bantulah teman untuk mencari pekerjaan!!
Kiat 4 : Explore Kemampuan
Renald Khasali dalam talk show-nya mengenai karier seorang profesional mengatakan, bahwa untuk meningkatkan karier seseorang hendaknya melakukan explore kemampuan. Artinya kompetensi seorang profesional harus diketahui oleh para profesional lain, maupun lembaga lain yang berkaitan dengan profesi orang tersebut. Tujuannya apa? Tentu saja agar orang lain memberikan perhatian dan perioritas. Sebab semakin banyak orang mengetahui kemampuan kita, maka semakin banyak orang melirik potensi kita untuk direkrut menjadi profesional di perusahaan atau lembaganya. Maka logis kan, jika ada istilah ”tak kenal maka tak sayang!”, tentu saja seperti yang diulas sebelumnya, orang yang dikenal biasanya akan menjadi perioritas utama dari pada yang tidak dikenalnya.
Sekarang bagaimana cara meng-explore kemampuan anda? Pertama, banyak menulis bidang yang kita geluti di majalah, surat kabar atau jurnal-jurnal ilmiah. Kedua, mengikuti ajang award. Ketiga, menjadi pemimpin organisasi. Ketiga poin ini akan sangat membantu anda dalam meningkatkan karier di masa mendatang. Mari kita coba ulas satu persatu. Agar karier meningkat, memang sebaiknya mengumumkan jati diri kita ke publik agar diketahui. Sarana yang ampuh adalah menulis. Hermawan Kartajaya, sebelum terkenal seperti sekarang ini kurang lebih 2 tahun menulis di kolom Jawa Pos. Siapa yang mengira kalau tulisan-tulisannya kemudian mengantarnya ia menjadi sang guru marketing yang kemudian dianugerai Award Marketing dari United Kingdom (Inggris).
Selain menulis adalah berani untuk ujuk gigi di depan publik melalui kompetisi atau award tertentu. Majalah marketing seringkali mengumumkan bahkan mengadakan setahun sekali marketing award. Nokia dan Yamaha pernah mengadakan anjang kompetisi bergengsi tersebut. Ajang-ajang tersebut akan membantu kita untuk meng-explore kemampuan kita di depan publik. Nah, jika anda memang memiliki talenta yang luar biasa di marketing, kenapa tidak lakukan hal ini. Anda tentunya masih ingat dengan Godo Tjahjono, pemenang marketing award 2 kali berturut-turut, dimana kariernya naik daun sebagai konsultan maupun pembicara seminar. Selain itu sempatkanlah untuk menerima peluang jika ditunjuk untuk memimpin sebuah organisasi, terutama organisasi bisnis, sebab dari organisasi ini kehadiran dan tangan dingin anda akan diperhitungkan. Apalagi jika organisasi yang anda pimpin menjadi besar dan terbaik. Di dalam organisasi inilah anda memiliki kesempatan untuk explore kemampuan anda.
Berkaitan dengan itu Philip Kotler menyebutkan bahwa marketing adalah ilmu dan seni untuk meng-explore, menciptakan, dan membuat nilai tersendiri untuk memuaskan kebutuhan pasar dan menghasilkan keuntungan. Meng-explore diri anda berarti anda harus menciptakan sesuatu yang kreatif dan inovatif untuk keberhasilan produk yang dipasarkan. Semakin berhasil anda dalam pemasaran maka semakin banyak yang melirik anda, bahkan membajaknya.
Kiat 5 : Berani Tantangan
Kita harus berani keluar menghadapi tantangan, termasuk kesulitan-kesulitan yang baru yang akan kita temukan. Berani tantangan itu berarti : mau pindah tugas, mau menerima jabatan baru, mau merantau ke kota lain, mau rugi untuk sementara, mau sengsara dan mau-mau yang lain.
Biasanya kalau marketer sudah dalam zona nyaman, akan sulit mengubah pola hidupnya yang mapan. Ia cepat membayangkan hal-hal yang buruk ketimbang hal-hal manis. Oleh sebab itu jika pindah tugas maka serta merta menolak peluang itu, meskipun kariernya naik. Padahal pindah tugas itu belum berarti kondisinya lebih buruk, hanya bayangan-bayangan buruk saja yang sering menghantui seorang yang sudah dalam zona aman. Marketer sulit menerima jabatan atau tanggung jawab yang lebih besar, merantau ke kota lain dan mau sengsara di tempat baru, meskipun ia mampu survive. Ada satu cerita yang melambangkan bahwa manusia sebenarnya memiliki kemampuan yang luar biasa, tetapi seringkali hanya menggunakan kemampuannya sedikit saja. Seorang Bapak yang sedang memulung buah mangga di sebuah halaman, selalu menimbang mangga yang dipungutnya. Setelah ditanyakan kenapa ia selalu membuang mangga yang besar dan memilih yang kecil. Kata Bapak itu ”biarlah saya ambil yang kecil saja, dan yang besar untuk orang lain karena lebih ringan memikulnya!”. Kisah ini menginspirasikan bahwa banyak sekali orang yang tidak mau menerima tanggung jawab yang besar meskipun ia sebenarnya memiliki kemampuan.
(Friska Carolina/AA/TML)