How to Become Participative Leader

(The Manager’s Lounge – Leadership) –  Sebagai seorang pemimpin yang berhasil, bukan saja harus dapat memimpin sebuah perusahaan / tim nya dengan baik tetapi  seorang pemimpin juga harus memiliki satu sikap yaitu rendah hati. Dimana seorang pemimpin harus bisa dan mau  untuk berpartisipasi/pendekatan kepada karyawan / anggotanya. Sebab jika posisi seseorang ada  diatas maka ego nya, sikapnya akan semakin tinggi, dan susah untuk berbaur /berpartisipasi dengan bawahannya.

Dalam hal ini, kita dapat melihat bahwa setiap orang memiliki cara/gaya didalam kepemimpinannya yang berbeda-beda, karena setiap individu mempunyai cara pandang, karakter, sifat dan kebiasaaan yang berbeda satu dengan yang lain. Oleh sebab  itu, seorang pemimpin yang berhasil adalah mereka yang mau berubah didalam segala aspek kehidupannya kearah yang lebih baik entah itu karakter, sifat, cara pandang, dan lain sebagainya. Yang merupakan satu proses yang terjadi dimana didalam satu kelompok pastilah ada  satu anggota yang memiliki pengaruh dan control perilaku anggota lain untuk tujuan bersama, disinilah peran dari Partisipative leader

TEORI KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF

A.Mc Douglas (Teori X dan Y)

Teori prilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori X atau teori Y. Teori XY dari Douglas McGregor menyatakan di organisasi ada dua golongan individu: individu yang berperilaku TEORI X dan yang berperilaku Y.

1.Teori X

Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.

Individu yang berperilaku teori X punya sifat :

tak suka dan berusaha menghindari kerja, tak punya ambisi, tak suka tanggung jawab, tak suka memimpin, suka jadi pengikut, memikirkan diri tak memikirkan tujuan organisasi, tak suka perubahan, sering kurang cerdas. Contoh Individu dengan teori X : pekerja bangunan.

Keuntungan Teori X:

– karyawan bekerja untuk memaksimalkan kebutuhan pribadi

Kelemahan Teori X:

– Karyawan malas

– berperasaan irrasional

– tidak mampu mengendalikan diri dan tidak disiplin

2.Teori Y

Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.

Individu yang berperilaku teori Y punya sifat: suka bekerja, commit pada pekerjaan, suka mengambil tanggung jawab, suka memimpin, biasanya orang pintar. Contoh orang dengan teori Y : manajer yang berorientasi pada kinerja.

Keuntungan Teori Y:

– pekerja menunjukkan kemampuan pengaturan diri,

– tanggung jawab

– inisiatif tinggi

– pekerja akan lebih memotivasi diri dari kebutuhan pekerjaan

Kelemahan Teori Y:

apresiasi diri akan terhambat berkembang karena karyawan tidak selalu menuntut kepada perusahaan

Dari deskripsi di atas, kita bisa ambil kesimpulan sementara bahwa sebuah organisasi akan diisi dengan pekerja yang penuh semangat, berdedikasi tinggi (berperilaku teori Y) jika organisasi tersebut berhasil memenuhi kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa kasih sayang, merasa dihargai, dan aktualisasi diri dari seluruh pekerja. Di sisi lain, pekerja yang berperilaku Y tidak lagi menuntut pemenuhan kebutuhan fisiologis atau rasa aman.

Teori X ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan. Akibatnya, perkembangan kreativitas karyawan tidak akan berjalan.

Penelitian teori X dan Y menghasilkan teori gaya kepemimpinan ohio state yang membagi kepemimpinan berdasarkan skala pertimbangan dan penciptaan struktur.

Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama dan team work untuk mencapai tujuan, di mana si pemimpin senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan keputusan kelompok.

Menurut teori kontinuun ada tujuh tingkatan hubungan peminpin dengan bawahan:

a) Pemimpin membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling).

b) Pemimpin menjual dan menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling).

c) Pemimpin menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan.

d) Pemimpin memberikan keputusan tentative, dan keputusan masih dapat diubah.

e) Pemimpin memberikan problem dan meminta sarang pemecahannya kepada bawahan (consulting).

f) Pemimpin menentukan batasan – batasan dan minta kelompok untuk membuat keputusan.

g) Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas – batas yang ditentukan (joining).

Apakah kita  bisa belajar menjadi pemimpin partisipatif?

Tentu! Berikut adalah beberapa tips penting yang ditawarkan oleh para ahli:

1.Membangun Nilai Kebersamaan: Izinkan  anggota kelompok untuk membangun nilai-nilai kebersamaan. Tentu saja, ini harus mendukung tujuan perusahaan.

2.Memiliki Visi yang jelas: kepemimpinan partisipatif adalah semua tentang berbagi, dimulai dengan impian Anda bagi perusahaan. Biarkan karyawan Anda tahu di mana mereka menuju.

3.Menciptakan lingkungan yang sehat: Anda bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan berdasarkan kepercayaan dan saling menghormati. Berikan karyawan Anda ruang mereka. Pertumbuhan tidak mungkin tanpa itu.

4.Melengkapi tim: Pastikan mereka dilengkapi pelatihan, dan ketrampilan

5.Mengatur dan memberi energi: Tidak setiap ceramah perlu “hura hura”, tetapi penting bahwa Anda memelihara dan memotivasi karyawan Anda. Mendapatkan orang-orang jus mengalir!

Ambil dan memberikan umpan balik: Komunikasi dua arah merupakan hal terpenting dalam kepemimpinan partisipatif. Jadilah murah hati dengan pujian dan obyektif dengan kritik. Bicara, tapi juga mendengarkan.

Mengharapkan akuntabilitas: Sejak karyawan Anda diberi tanggung jawab lebih, mereka harus bertanggung jawab atas tindakan mereka. Pada saat yang sama, jangan berubah menjadi gila kontrol!

Apa untungnya untuk saya dan team?

Kepemimpinan partisipatif tidak semua tentang merasa baik tentang diri Anda. Hal ini dapat membawa Anda melalui banyak situasi bisnis yang menantang.

Menerapkan perubahan: keterlibatan rutin tim sebelum memperkenalkan perubahan akan memastikan bahwa mereka sudah siap untuk transisi.

Mengikut pengambilan risiko: Seorang manajer senior dari perusahaan telekomunikasi global menceritakan bagaimana ia menggunakan kepemimpinan partisipatif untuk mendorong karyawan untuk berpikir di luar kotak,.

Memecahkan masalah teknis: Jika Anda perlu mendapatkan sekelompok kasar, orang teknis berkualitas untuk memecahkan masalah yang kompleks, gaya kepemimpinan partisipatif akan membantu menarik keluar keahlian gabungan mereka.

Membantu Anda untuk memanage waktu lebih baik dan mendapatkan membagi beberapa tanggung jawab kepada anggota team.

Membantu percepatan pertumbuhan tiap-tiap anggota team, karena kepada mereka juga diajak untuk mempunyai tanggung jawab, ikut berkontribusi dan menantang untuk mempergunakan kemampuan mereka secara lebih maksimal.

Menambahkan ownership dari setiap anggota team untuk mencapai tujuan, karena mereka merasa bahwa tujuan yang hendak dicapai, pelaksanaan yang hendak diterapkan sebagiannya adalah karena masukan mereka.

Jadi, apakah kepemimpinan partisipatif yang terbaik?

Setiap gaya bekerja lebih baik dalam situasi tertentu dan sebaliknya. Kepemimpinan partisipatif tidak berbeda – sementara kami sudah bicara tentang manfaat, itu sama pentingnya untuk mengenali contoh-contoh di mana ia tidak akan bekerja. Untuk menjadi pemimpin partisipatif yang efektif,  Anda juga harus mengembangkan penilaian yang cerdik untuk kapan tidak menggunakannya! Misalnya dalam situasi darurat, kepemimpinan pastisipatif umumnya tidak cocok untuk diterapkan.

Selamat menjalankan kepemimpinan partisipative dan petik manfaatnya bagi Anda dan team Anda!

(Ovita/IK/TML)

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x