Seychelles–Berau Partnership: A Blueprint for Sustainable Blue Economy

(Business Lounge Journal – News and Insight)

Kunjungan resmi Special Envoy of Seychelles for ASEAN, H.E. Nico Barito, ke Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, pada Jumat (31/10/2025), menjadi babak penting dalam upaya memperkuat hubungan bilateral antara Seychelles dan Indonesia. Melalui pertemuan di Ruang Rapat Sangalaki, Kantor Bupati Berau, Nico Barito menggarisbawahi komitmen Seychelles dalam mengembangkan kemitraan strategis berbasis Ekonomi Biru (Blue Economy) — model pembangunan yang menekankan keberlanjutan ekosistem laut sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi daerah pesisir.

Visi Seychelles: Blue Economy sebagai Platform Diplomasi

Dalam sesi rapat kerja tersebut, Nico Barito memaparkan pandangan Seychelles tentang pentingnya mengelola sumber daya laut dengan konsep limited value chain — pendekatan yang mengutamakan keseimbangan antara konservasi dan nilai ekonomi.

Membangun pariwisata tidak harus berlebihan. Nilai tambah justru muncul dari hal-hal yang terbatas dan dikelola secara berkelanjutan,” ujarnya.

Sebagai negara kepulauan di Samudra Hindia, Seychelles telah menjadi pionir dalam praktik ekonomi biru dunia. Barito menilai, Indonesia—khususnya Berau—memiliki potensi serupa untuk menjadi mitra sejajar dalam membangun blue partnership lintas benua.

“Berau memiliki sumber daya bahari yang luar biasa. Dengan dukungan tata kelola yang tepat, daerah ini dapat menjadi contoh keberhasilan ekonomi maritim berkelanjutan di Asia Tenggara,” tambahnya.

Membangun Ekosistem Kolaboratif antara Seychelles dan Berau

Kunjungan Nico Barito ke Berau tidak sekadar seremonial. Dalam pertemuan strategis tersebut, ia menawarkan sejumlah program konkret, di antaranya:

  • Pendidikan Wisata Komunitas, yang menekankan peningkatan kapasitas masyarakat lokal dalam mengelola pariwisata berkelanjutan.
  • Pembentukan Kampung Nelayan Modern (Kalamo), sebagai model pengembangan pesisir berbasis teknologi ramah lingkungan.
  • Pengembangan tambak udang organik bernilai ekspor, yang terintegrasi dengan rantai pasok internasional.

Menurut Nico Barito, kunci dari ekonomi biru adalah kolaborasi yang inklusif. “Pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat lokal harus berjalan bersama. Tanpa keterlibatan masyarakat, pembangunan berkelanjutan hanyalah konsep di atas kertas,” tegasnya.

Berau sebagai Mitra Strategis di Jalur Ekonomi Biru

Bupati Berau, Sri Juniarsih Mas, dalam kesempatan yang sama menyambut baik inisiatif Seychelles dan menyatakan kesiapan Berau untuk memperkuat implementasi konsep ekonomi biru.

Kerja sama ini menjadi peluang berharga untuk membawa Berau ke arah ekonomi yang berkelanjutan, dengan pengembangan sektor pariwisata, UMKM, dan ekspor produk lokal,” ujarnya.

Berau, dengan keindahan Kepulauan Derawan, Maratua, hingga Danau Labuan Cermin di Biduk-Biduk, dinilai sebagai kawasan yang ideal untuk dijadikan pilot project kerja sama ekonomi biru. Nico Barito menilai, potensi ini dapat dioptimalkan melalui pendekatan berbasis komunitas dan diversifikasi ekonomi. “Yang kami tawarkan bukan sekadar investasi, tetapi kemitraan yang membangun kapasitas lokal agar ekonomi tumbuh dari bawah ke atas,” jelasnya.

Sinergi untuk UMKM dan Diplomasi Ekonomi

Sebagai bagian dari agenda kunjungan, Nico Barito turut menghadiri Gelar Produk dan Temu Pelaku IKM–UMKM Berau di kawasan Tepian Ahmad Yani. Dalam kegiatan tersebut, ia meninjau langsung berbagai produk unggulan—mulai dari olahan laut, cokelat khas Berau, hingga madu dan produk kriya lokal. “Produk-produk ini mencerminkan kreativitas dan identitas lokal yang kuat. Tinggal bagaimana kita bantu agar mereka menembus pasar global,” tuturnya.

Nico Barito juga menekankan pentingnya promosi berbasis digital dan kemasan yang kompetitif. Ia melihat, potensi kerja sama ekspor antara Berau dan pasar Afrika maupun Eropa sangat terbuka, terutama melalui jejaring dagang yang dimiliki Seychelles.

Ekonomi Biru sebagai Diplomasi Global

Dalam perspektif Seychelles, Blue Economy bukan sekadar strategi ekonomi, tetapi juga instrumen diplomasi global yang mempertemukan negara-negara kepulauan dan pesisir dalam satu ekosistem pembangunan bersama. Kunjungan ke Berau menjadi bagian dari langkah konkret untuk memperluas jejaring kerja sama tersebut ke Asia Tenggara, sekaligus memperkenalkan “Brand Blue Food”, sebuah inisiatif Seychelles yang menonjolkan pangan laut berkelanjutan dan etika produksi yang bertanggung jawab.

Kami melihat Indonesia sebagai mitra penting dalam membangun ekonomi laut yang adil, hijau, dan inklusif. Apa yang dilakukan Berau hari ini adalah cerminan masa depan kawasan pesisir dunia,” ungkap Nico Barito menutup pertemuan.

Jembatan Dua Samudra

Kunjungan H.E. Nico Barito menandai semakin eratnya jalinan kerja sama antara Seychelles dan Indonesia, dua negara yang meski dipisahkan oleh samudra luas, berbagi visi yang sama: menjadikan laut sebagai sumber kehidupan, bukan sekadar sumber daya.

Dengan sinergi yang semakin kokoh antara Seychelles dan Berau, dunia kini menyaksikan bagaimana diplomasi ekonomi biru tidak hanya membangun jembatan antarnegara, tetapi juga membuka jalan menuju masa depan yang lebih hijau, berdaya, dan berkelanjutan.

Sumber Foto: DiskominfoBerau/IKP