Boyd Gaming Corp.

Boyd Gaming Raup Laba Besar dari Penjualan Saham FanDuel

(Business Lounge – News Insight) Kinerja keuangan Boyd Gaming Corp. pada kuartal ketiga 2025 menjadi sorotan pasar setelah perusahaan melaporkan lonjakan laba bersih hingga mencapai 1,44 miliar dolar AS. Lonjakan itu terutama berasal dari penjualan kepemilikan sahamnya di platform taruhan olahraga ternama, FanDuel, yang dilakukan pada bulan Juli. Menurut laporan Bloomberg, langkah strategis ini menjadi momen penting dalam reposisi Boyd Gaming di tengah perubahan cepat lanskap perjudian digital dan taruhan olahraga di Amerika Serikat.

Perusahaan yang berbasis di Las Vegas ini menjual seluruh kepemilikan minoritasnya di FanDuel kepada Flutter Entertainment, induk perusahaan FanDuel asal Irlandia, dengan nilai transaksi yang dilaporkan mencapai lebih dari 1,6 miliar dolar AS. Langkah ini memberikan dorongan likuiditas besar bagi Boyd Gaming, yang sebelumnya memiliki sekitar 5% saham di FanDuel sejak kolaborasi awal pada 2018. Seperti dilaporkan Reuters, kesepakatan itu terjadi di tengah meningkatnya valuasi bisnis taruhan daring di AS, namun juga pada saat kompetisi di sektor tersebut semakin ketat.

Pendapatan Boyd Gaming sendiri dalam kuartal ketiga justru mencatat sedikit penurunan dibanding tahun sebelumnya, sejalan dengan tren penurunan kunjungan pelanggan di kasino regionalnya di Midwest dan Selatan AS. Namun, laba bersih yang melonjak akibat penjualan aset membuat laporan keuangan perusahaan tampak sangat solid. The Wall Street Journal mencatat bahwa margin keuntungan Boyd meningkat signifikan, sementara beban utang turun setelah sebagian hasil penjualan saham digunakan untuk memperkuat neraca keuangan.

Keith Smith, CEO Boyd Gaming, dalam pernyataannya menegaskan bahwa penjualan saham di FanDuel bukan langkah keluar dari pasar digital, melainkan upaya untuk menyeimbangkan portofolio bisnis perusahaan antara operasi kasino tradisional dan ekspansi online. Ia menambahkan bahwa perusahaan tetap berkomitmen mengembangkan platform Boyd Interactive, divisi digital yang kini menjadi fokus investasi jangka menengah. “Kami melihat potensi pertumbuhan yang besar di segmen digital, tetapi kami ingin melakukannya dengan strategi yang berkelanjutan, tidak hanya bergantung pada aset pihak lain,” ujarnya seperti dikutip Bloomberg.

Selama beberapa tahun terakhir, Boyd Gaming dikenal sebagai salah satu operator kasino dengan strategi konservatif namun adaptif terhadap perubahan industri. Ketika legalisasi taruhan olahraga mulai meluas di AS pasca keputusan Mahkamah Agung pada 2018, Boyd segera menjalin aliansi strategis dengan FanDuel untuk menyediakan layanan taruhan daring di berbagai negara bagian. Kolaborasi itu terbukti menguntungkan bagi kedua pihak, tetapi Boyd tampaknya kini memilih untuk mengkonsolidasikan fokusnya pada bisnis inti dan menghindari eksposur berlebihan terhadap volatilitas pasar taruhan daring.

Para analis menilai langkah penjualan ini sebagai keputusan rasional di tengah gejolak kompetisi dan tingginya biaya akuisisi pelanggan di sektor online betting. Menurut Jefferies Group, Boyd Gaming kemungkinan akan menggunakan sebagian hasil penjualan untuk mengakselerasi modernisasi fasilitas kasino dan memperluas program loyalitas pelanggan. Selain itu, dividen dan buyback saham juga diperkirakan akan meningkat, mengingat perusahaan memiliki surplus kas besar setelah transaksi tersebut. Reuters menulis bahwa Boyd telah menyiapkan rencana pembelian kembali saham senilai 500 juta dolar AS dalam beberapa bulan mendatang.

Meski demikian, sebagian pengamat melihat bahwa kepergian Boyd dari kepemilikan FanDuel bisa berarti hilangnya posisi strategis di sektor yang sedang tumbuh pesat. FanDuel sendiri, menurut laporan Bloomberg Intelligence, kini menguasai lebih dari 40% pangsa pasar taruhan olahraga daring di AS, mengungguli DraftKings dan BetMGM. Dengan pertumbuhan pendapatan FanDuel yang konsisten di atas 25% per tahun, beberapa analis menilai Boyd kehilangan potensi keuntungan jangka panjang yang besar. Namun, dari sisi risiko, keputusan itu juga mengurangi eksposur terhadap regulasi yang semakin ketat di berbagai yurisdiksi dan fluktuasi pasar taruhan online.

Bagi Boyd Gaming, tahun 2025 menjadi masa penting dalam menata ulang arah bisnis. Sektor kasino fisik perusahaan, terutama properti di Nevada, Louisiana, dan Mississippi, tetap menjadi tulang punggung pendapatan. Namun tekanan inflasi, kenaikan biaya operasional, dan perlambatan ekonomi regional mulai memengaruhi tingkat kunjungan dan pengeluaran pelanggan. The Wall Street Journal mencatat bahwa segmen hiburan langsung dan restoran justru tumbuh, menandakan bahwa Boyd masih berhasil menjaga pengalaman pelanggan di tengah kondisi pasar yang ketat.