Apple Menang Tanpa Bertarung: Implikasi Putusan Antimonopoli Google di AS

(Business Lounge Journal – News and Insight)

Pengadilan Amerika Serikat baru saja menjatuhkan putusan penting dalam kasus antimonopoli terhadap Google. Namun yang paling diuntungkan justru bukan pesaing Google, melainkan Apple—perusahaan yang sama sekali tidak ikut berargumen, tidak mengajukan berkas hukum, bahkan tidak memanggil saksi.

Hakim Amit P. Mehta melarang Google membuat kontrak eksklusif untuk produk pencarian, Chrome, Assistant, dan Gemini. Artinya, Google tidak lagi boleh “mengunci” pintu gerbang internet lewat kontrak distribusi tunggal. Namun, hakim tetap mengizinkan adanya kesepakatan berbayar untuk menjadi mesin pencari default—model bisnis yang selama ini sudah memberi Apple miliaran dolar per tahun.

Dengan kata lain, Google masih memegang “peta internet”, tetapi Apple kini menjadi “pemilik gerbang” yang dapat melelang siapa pun yang ingin masuk.

Apa yang Berubah?

Putusan ini tidak membubarkan Android atau Chrome, juga tidak memaksa adanya “choice screen” seperti di Eropa. Perubahan utamanya adalah:

  • Eksklusivitas dilarang. Google tidak bisa lagi memaksa posisi default hanya untuk dirinya.
  • Kesepakatan berbayar tetap berlaku. Google (dan pihak lain) masih boleh membayar agar menjadi pilihan utama.
  • Data dibuka sebagian. Google wajib berbagi sebagian indeks pencarian dan data interaksi dengan pesaing “yang memenuhi syarat”.

Bagi Apple, ini ibarat membuka buku aturan baru. Eksklusivitas dihapus, tapi ruang untuk pelelangan posisi default justru membuat nilai tawar Apple semakin tinggi.

Mengapa Apple yang Diuntungkan?

Apple tidak perlu membangun mesin pencari sendiri. Nilai terbesarnya ada pada distribusi: siapa yang muncul pertama kali di Safari, Siri, Spotlight, CarPlay, hingga layar kunci iPhone. Begitu eksklusivitas hilang, posisi “default” berubah menjadi sebuah lelang terbuka.

Google tentu tetap membayar untuk mempertahankan dominasinya, tapi kini Microsoft (dengan Copilot) atau startup AI seperti Perplexity juga bisa ikut menawar. Apple menjadi tuan rumah lelang, sementara para raksasa teknologi bersaing mengamankan “sapaan pertama” ke pengguna.

Analis Morgan Stanley menyebut putusan ini sebagai skenario hampir terbaik bagi Apple. Estimasi pembayaran Google ke Apple mencapai lebih dari USD 20 miliar per tahun dengan margin sekitar 95%—hampir murni laba bagi divisi Services. Dengan aturan baru, aliran dana itu tidak hanya berlanjut, tapi berpotensi membesar karena lebih banyak pemain ikut serta.

Dimensi Baru: Generative AI

Yang membuat putusan ini makin relevan adalah konteks perkembangan AI generatif. Hakim Mehta menolak pembubaran struktural Google dengan alasan lanskap pencarian sudah bergeser ke AI. Karena itu, aturan non-eksklusivitas juga berlaku untuk akses ke Google Assistant dan Gemini, sehingga peluang lelang meluas ke agen AI.

Hasilnya, Apple kini dapat menyewakan “panggung” bagi berbagai model AI—entah milik Google, Microsoft, OpenAI, atau pemain baru lain. Cupertino tidak perlu menciptakan model AI terbaik; cukup mengendalikan akses ke perangkat pengguna dan menarik biaya “tiket masuk”.

Apa Artinya Bagi Pasar?

  • Investor optimis. Saham Alphabet (induk Google) dan Apple sama-sama naik setelah putusan, tapi analis menyebut posisi Apple lebih strategis.
  • Model bisnis baru. Default bukan lagi hak eksklusif, melainkan kontrak jangka pendek yang terus diperbarui. Harga bisa naik seiring banyaknya penawar.
  • Regulasi memilih tata kelola, bukan pemecahan. Alih-alih memecah Google, pengadilan memilih mengatur distribusi dan membiarkan pasar menentukan harga.

Pada akhirnya, Apple menjadi “penjaga pintu” yang memungut biaya dari siapa pun yang ingin menyapa pengguna lebih dulu. Jika internet diibaratkan jaringan air, pengadilan tidak mengubah letak reservoir; mereka hanya menetapkan tarif untuk membuka keran—dan keran itu kini dipegang Apple.

Kasus ini memperlihatkan bagaimana distribusi lebih berharga daripada inovasi teknis dalam ekosistem teknologi. Google mungkin masih raksasa pencarian, tapi Apple memegang kendali atas perangkat—ruang di mana interaksi pertama terjadi.

Di era AI, pertarungan bukan lagi soal “hasil pencarian terbaik”, melainkan siapa yang pertama menyapa pengguna. Dan berkat putusan ini, Apple bisa memenangkan pertarungan itu hanya dengan duduk di kursi juri lelang.