(Business Lounge – Global News) Target Corporation, salah satu jaringan ritel terbesar di Amerika Serikat, sedang menghadapi masa-masa penting dalam strategi bisnisnya. Perusahaan yang dikenal dengan konsep ritel yang menekankan gaya dan keterjangkauan ini menunjuk Michael Fiddelke, Chief Operating Officer sekaligus karyawan lama yang sudah mengabdi lebih dari dua dekade, sebagai CEO baru mulai Februari mendatang. Keputusan ini dilihat sebagai taruhan besar bahwa pengalaman panjang Fiddelke di dalam tubuh perusahaan akan mampu membalikkan tren penurunan penjualan dan membawa Target kembali ke jalur pertumbuhan.
Menurut laporan The Wall Street Journal, Fiddelke bukan orang asing bagi Target. Ia sudah bergabung sejak tahun 2004 dan pernah menduduki berbagai posisi strategis, termasuk Chief Financial Officer, sebelum akhirnya menjabat COO. Ia dikenal memiliki pemahaman mendalam tentang budaya perusahaan dan dinamika pasar ritel Amerika. Hal ini membuat dewan direksi menaruh kepercayaan penuh bahwa ia bisa memimpin transformasi bisnis di tengah persaingan ketat dengan raksasa ritel lain seperti Walmart dan Amazon.
Penunjukan Fiddelke terjadi pada saat yang kritis. Penjualan Target beberapa kuartal terakhir menunjukkan pelemahan, terutama di kategori produk rumah tangga dan elektronik. Konsumen yang menghadapi tekanan inflasi lebih selektif dalam berbelanja, cenderung mengutamakan kebutuhan pokok dibanding produk gaya hidup. Menurut Bloomberg, strategi harga dan promosi Target dinilai kurang agresif dibanding pesaing, sehingga kehilangan sebagian pelanggan setia.
Fiddelke menekankan bahwa fokus utamanya adalah mengembalikan citra Target sebagai destinasi belanja dengan produk stylish namun tetap terjangkau. Ia menyatakan kepada Reuters bahwa perusahaan perlu “menemukan kembali semangat desain yang dulu menjadi daya tarik utama.” Target pernah dikenal dengan kolaborasi desain eksklusif bersama desainer terkenal, sebuah langkah yang membedakannya dari pesaing. Strategi ini disebut-sebut akan dihidupkan kembali dalam format yang lebih relevan dengan selera konsumen saat ini.
Selain fokus pada produk, Target juga sedang berupaya memperkuat efisiensi rantai pasok. Selama pandemi, perusahaan mengalami lonjakan permintaan online yang sempat menekan kapasitas distribusi. Kini, dengan permintaan kembali stabil, tantangan yang muncul adalah bagaimana mengintegrasikan pengalaman belanja online dan offline. Menurut analisis CNBC, investasi Target pada teknologi fulfillment center dan layanan “same-day delivery” melalui Shipt masih belum optimal dalam menghasilkan margin yang kuat. Fiddelke diyakini akan mendorong integrasi digital yang lebih ramping sekaligus meningkatkan pengalaman belanja konsumen.
Dari sisi keuangan, Target masih memiliki ruang gerak meski menghadapi tekanan margin. Perusahaan berhasil menjaga tingkat arus kas yang sehat, namun investor menunggu tanda-tanda perbaikan profitabilitas. Analis di Morningstar menyebut bahwa langkah Fiddelke akan diuji dalam kemampuannya menyeimbangkan harga kompetitif dengan strategi ekspansi produk eksklusif. “Masyarakat sudah paham Target bisa menghadirkan gaya, tapi sekarang mereka menunggu apakah gaya itu bisa sejalan dengan keterjangkauan,” kata seorang analis.
Perubahan kepemimpinan di Target juga membawa harapan baru bagi karyawan. Dengan latar belakang panjang di perusahaan, Fiddelke dinilai mampu memahami kebutuhan tenaga kerja yang berjumlah lebih dari 400.000 orang di seluruh AS. Ia menekankan bahwa kesejahteraan karyawan akan tetap menjadi prioritas, terutama karena mereka adalah ujung tombak dalam memberikan pengalaman belanja yang konsisten bagi pelanggan.
Namun, tantangan yang dihadapi tidak kecil. Persaingan dari Walmart semakin intens, terutama dalam hal harga produk kebutuhan sehari-hari, sementara Amazon terus memperluas dominasinya dalam belanja online. Selain itu, tren konsumen muda yang lebih suka berbelanja melalui platform digital dan media sosial juga menuntut Target untuk lebih agresif dalam pemasaran berbasis teknologi.
Dalam wawancaranya dengan Financial Times, Fiddelke menyebut bahwa “Target perlu kembali pada akar, namun dengan cara yang modern.” Artinya, perusahaan akan menghidupkan kembali strategi kolaborasi desain, meningkatkan kualitas pengalaman belanja di toko fisik, sekaligus memperluas layanan digital. Pendekatan hibrida inilah yang diyakini bisa mengembalikan Target ke posisi yang lebih kuat.
Bagi para investor, penunjukan Fiddelke dianggap sebagai pilihan aman dibandingkan membawa eksekutif dari luar. Keputusan ini menegaskan bahwa Target percaya pada kesinambungan internal. Meski demikian, beberapa analis memperingatkan bahwa pendekatan ini juga bisa berisiko kurang inovatif jika tidak disertai keberanian untuk mengambil langkah baru.
Dengan semua tantangan yang ada, Target kini berdiri di persimpangan penting. Keberhasilan Fiddelke akan sangat menentukan apakah perusahaan bisa bangkit kembali dan merebut hati konsumen Amerika yang semakin kritis dalam memilih tempat belanja. Seperti yang ditulis Bloomberg, perjalanan Target dalam beberapa tahun ke depan akan menjadi ujian apakah kepemimpinan berbasis loyalitas dan pengalaman internal masih relevan di era ritel modern yang serba cepat.