(Business Lounge – Global News) Industri jam tangan mewah Swiss tengah bersiap menghadapi tekanan baru di pasar ekspor terbesarnya, Amerika Serikat. Pemerintah AS berencana memberlakukan tarif impor tinggi terhadap produk-produk asal Swiss, termasuk jam tangan, sebagai bagian dari langkah perdagangan balasan dalam sengketa yang lebih luas mengenai akses pasar dan praktik proteksionisme. Keputusan ini dapat memberikan pukulan signifikan terhadap industri jam Swiss, yang dalam beberapa tahun terakhir sangat bergantung pada permintaan dari konsumen Amerika di tengah lesunya penjualan di Eropa dan Asia.
Berdasarkaån laporan dari The Wall Street Journal, administrasi perdagangan AS sedang mempertimbangkan tarif hingga 100% atas jam tangan Swiss sebagai respons atas kebijakan Swiss dan negara-negara Eropa lainnya yang dianggap mendiskriminasi layanan teknologi AS, termasuk soal pajak layanan digital. Meskipun perdebatan ini awalnya tidak secara langsung berkaitan dengan barang mewah, jam tangan masuk dalam daftar produk yang bisa dikenakan tarif tinggi sebagai bentuk tekanan diplomatik terhadap Uni Eropa dan sekutunya.
Pasar AS selama ini merupakan titik terang bagi industri jam tangan Swiss. Menurut data dari Federasi Industri Jam Swiss, ekspor ke Amerika Serikat melonjak hampir 15% dalam dua tahun terakhir, bahkan ketika permintaan dari pasar Asia seperti China mengalami penurunan tajam akibat perlambatan ekonomi dan perubahan selera konsumen. Para pembeli Amerika, terutama di segmen kelas menengah atas dan kolektor, terus mendorong permintaan untuk merek-merek seperti Rolex, Patek Philippe, Omega, dan TAG Heuer. Dengan ancaman tarif baru, harga jam tangan Swiss di toko-toko ritel AS bisa melonjak dua kali lipat, merusak daya saing produk ini dibandingkan merek mewah lain dari Jepang, Jerman, dan bahkan AS sendiri.
Seorang eksekutif dari grup jam tangan mewah Swatch, yang dikutip oleh Bloomberg, menyebut langkah ini sebagai “risiko strategis terbesar” dalam satu dekade terakhir. Ia menyatakan bahwa tarif sebesar itu akan menciptakan disinsentif besar bagi distributor dan konsumen, terutama untuk pembelian jam tangan dalam kisaran harga $3.000 hingga $20.000. “Pasar Amerika adalah penopang industri kami selama periode sulit pascapandemi. Jika saluran ini terganggu, banyak merek akan harus meninjau ulang model distribusi global mereka,” ujar sang eksekutif.
Sebagian pelaku industri berharap bahwa lobi dari asosiasi perdagangan mewah di AS dapat mencegah penerapan tarif tersebut. Namun, tanda-tanda politik menunjukkan bahwa tindakan ini kemungkinan besar akan diterapkan sebagai bagian dari pendekatan yang lebih luas terhadap ketimpangan perdagangan antara AS dan mitra Eropa. Dalam konteks tahun pemilu presiden AS, isu proteksionisme ekonomi kembali menjadi sentral, dan barang mewah kerap menjadi sasaran simbolik dalam retorika politik nasionalis.
Reaksi pasar pun tidak menunggu lama. Saham perusahaan-perusahaan jam tangan besar yang terdaftar di bursa Swiss dan Eropa mengalami penurunan sejak kabar ini mencuat. Swatch Group dan Richemont masing-masing mencatat penurunan saham harian lebih dari 3% pada perdagangan terakhir di Zurich. Para analis dari JPMorgan Chase menilai bahwa tarif ini berpotensi memangkas volume ekspor jam tangan Swiss ke AS hingga 40% dalam jangka pendek jika tidak ada pengecualian atau penyesuaian harga dari pihak pabrikan.
Sementara beberapa merek dapat mencoba mengalihkan distribusi ke pasar lain seperti Timur Tengah atau Asia Tenggara, potensi kehilangan margin keuntungan dari pasar AS tetap menjadi kekhawatiran utama. Konsumen di AS selama ini dikenal memiliki selera tinggi dan loyal terhadap kualitas serta warisan merek Swiss. Namun, mereka juga sangat sensitif terhadap harga. Kenaikan harga akibat tarif bisa mendorong konsumen ke arah alternatif, termasuk jam tangan pintar premium seperti Apple Watch atau merek-merek Jepang seperti Grand Seiko yang menawarkan presisi tinggi dengan harga yang lebih kompetitif.
Tidak hanya produsen yang terpengaruh, tetapi juga retailer dan ekosistem ritel jam mewah di Amerika. Banyak toko jam tangan dan butik independen di kota-kota seperti New York, Los Angeles, dan Miami mengandalkan volume penjualan produk Swiss untuk mempertahankan operasi mereka. Jika harga naik secara drastis dan konsumen menunda pembelian, konsekuensinya bisa berupa penurunan pendapatan yang signifikan di sektor ritel barang mewah secara umum.
Di sisi lain, beberapa analis melihat peluang jangka panjang dari krisis ini. Mereka berpendapat bahwa tekanan tarif bisa mendorong industri jam tangan Swiss untuk mempercepat inovasi dalam strategi manufaktur global, termasuk membuka fasilitas perakitan atau finishing di luar Swiss untuk menghindari tarif yang berlaku berdasarkan asal negara. Langkah semacam ini sudah dilakukan oleh beberapa merek mobil mewah dan elektronik dalam menghadapi tarif serupa pada dekade lalu.
Namun, dalam industri jam tangan yang menjual keaslian, warisan, dan label “Swiss Made” sebagai nilai jual utama, pemindahan produksi ke luar Swiss bisa menjadi pedang bermata dua. “Label Swiss Made adalah fondasi identitas produk kami. Jika kami kehilangan itu demi menghindari tarif, kami mungkin memenangkan pertempuran jangka pendek tetapi kalah dalam perang merek jangka panjang,” ujar salah satu direktur kreatif dari merek jam tangan independen Swiss kepada Reuters.
Dalam iklim ketidakpastian global saat ini, sektor barang mewah kembali diuji oleh dinamika geopolitik yang tak terduga. Setelah sebelumnya terguncang oleh pandemi dan ketegangan dagang antara AS dan China, kini jam tangan Swiss harus menghadapi babak baru dalam pertarungan ekonomi lintas benua. Para pelaku industri berharap bahwa diplomasi dagang dapat menghindarkan tarif drastis ini, tetapi untuk sementara waktu, baik produsen, distributor, maupun konsumen harus bersiap menghadapi kemungkinan naiknya harga dan menurunnya akses terhadap salah satu simbol klasik kemewahan Eropa di pasar Amerika.

