Sunnova
Pemandangan menunjukkan panel surya dipasang di "kawasan ramah lingkungan" Clichy-Batignolles, salah satu dari beberapa pengembangan perumahan ramah lingkungan baru dengan sedikit penggunaan energi dan emisi karbon, di Paris, Prancis, Kamis (22/10). Kota Paris menampilkan "kawasan ramah lingkungan" termutakhir menjelang COP21, Konferensi Tingkat Tinggi Iklim Dunia mulai dari tanggal 30 November sampai 11 Desember. ANTARA FOTO/REUTERS/Benoit Tessier.

Sunnova Dorong Penjualan Panel Surya Meski Dihantui Krisis Keuangan

(Business Lounge – Global News) Perusahaan energi surya Sunnova Energy menghadapi sorotan setelah terungkap bahwa manajemen mendorong mitra penjual untuk terus memasarkan panel surya ke konsumen, meskipun perusahaan sedang berada di ambang krisis keuangan serius. Dalam sebuah pertemuan tahunan dengan para dealer beberapa bulan sebelum pengajuan kebangkrutan, para eksekutif Sunnova disebut meyakinkan peserta bahwa kondisi keuangan perusahaan tetap kuat dan pembayaran atas kontrak akan berjalan lancar.

Informasi ini menimbulkan pertanyaan tentang transparansi manajemen dan potensi dampak terhadap ratusan mitra bisnis kecil yang mengandalkan pembayaran dari Sunnova untuk menjaga arus kas dan kelangsungan operasional mereka. Dalam praktiknya, banyak dealer tersebut kini menghadapi pembayaran tertunda, proyek yang mangkrak, dan pelanggan yang kecewa karena sistem panel surya tidak terpasang sesuai jadwal.

Sunnova selama ini dikenal sebagai salah satu perusahaan penyedia sistem tenaga surya rumah tangga terbesar di AS, dengan model bisnis yang bergantung pada jaringan distribusi dealer independen. Para dealer bertugas menjual, memasang, dan merawat sistem panel surya, sementara Sunnova menangani pembiayaan dan kontrak jangka panjang dengan konsumen. Model ini memberi perusahaan jangkauan nasional tanpa perlu mengelola operasional lapangan secara langsung.

Namun laporan keuangan terakhir menunjukkan bahwa sejak pertengahan tahun lalu, Sunnova mulai mengalami tekanan likuiditas akibat meningkatnya biaya pinjaman, melambatnya permintaan, dan ketatnya akses terhadap pendanaan proyek energi terbarukan. Ketergantungan pada obligasi dan sekuritisasi piutang membuat perusahaan rentan terhadap perubahan suku bunga dan sentimen investor.

Meskipun demikian, dalam pertemuan dengan para dealer pada awal tahun ini, manajemen dilaporkan menyampaikan pesan optimis bahwa “semua akan tetap berjalan lancar.” Beberapa dealer yang hadir mengaku merasa yakin untuk melanjutkan penjualan berdasarkan pernyataan tersebut, bahkan meningkatkan inventaris dan memperluas tim pemasaran mereka.

Kondisi berubah drastis beberapa bulan kemudian, ketika Sunnova mengajukan perlindungan kebangkrutan berdasarkan Bab 11. Banyak dealer merasa dikhianati karena tidak menerima peringatan apapun mengenai potensi keruntuhan finansial perusahaan. Sebagian dari mereka kini menghadapi kerugian besar, baik dari sisi finansial maupun reputasi di mata pelanggan.

Para analis menyebut kasus ini sebagai pelajaran penting tentang risiko sistemik dalam model bisnis outsourcing penjualan dan pemasangan. Ketika perusahaan pusat mengalami krisis, dampaknya langsung menjalar ke ratusan pelaku kecil yang tidak memiliki informasi atau kapasitas untuk menilai risiko secara mandiri. Di sisi lain, pelanggan akhir juga menjadi korban, karena mereka tidak hanya menghadapi penundaan instalasi, tetapi juga ketidakjelasan mengenai layanan purna jual dan jaminan sistem yang telah dibeli.

Regulator federal dan sejumlah otoritas negara bagian kini mulai mengkaji apakah Sunnova telah melanggar ketentuan pengungkapan atau memberikan informasi menyesatkan kepada mitra bisnisnya. Jika terbukti, perusahaan atau individu dalam manajemen dapat menghadapi sanksi tambahan di luar proses kebangkrutan yang sedang berlangsung.

Di tengah meningkatnya minat terhadap energi bersih dan insentif pemerintah untuk adopsi panel surya, kasus ini juga menjadi pengingat bahwa industri energi terbarukan masih menghadapi tantangan fundamental dari sisi keuangan dan tata kelola. Modal kerja yang besar, ketergantungan pada pembiayaan eksternal, serta tekanan kompetitif membuat banyak perusahaan rawan gagal jika tidak dikelola secara hati-hati dan transparan.

Untuk para dealer dan pelanggan yang terdampak, jalan ke depan masih belum jelas. Beberapa menyatakan akan menuntut kompensasi, sementara yang lain mencoba beralih ke penyedia baru. Namun pemulihan kerugian, baik materiil maupun kepercayaan, kemungkinan akan memakan waktu lama.

Di tengah ambisi global untuk mempercepat transisi energi hijau, kepercayaan publik terhadap pelaku industri menjadi modal penting. Kasus Sunnova menjadi peringatan bahwa keberlanjutan industri tidak hanya bergantung pada teknologi dan insentif, tetapi juga pada etika bisnis dan kejujuran dalam menyampaikan realitas yang terjadi.