AI untuk Merencanakan Liburan? Bisa Jadi Kesalahan Besar—Ini Alasannya

(Business Lounge Journal – News and Insight)
Menjelang musim liburan akhir tahun, semakin banyak wisatawan—termasuk di Indonesia—yang mulai menyerahkan urusan perencanaan perjalanan kepada Artificial Intelligence (AI). Cukup bertanya satu kalimat, “Carikan tiket Jakarta–Tokyo paling murah untuk Natal,” dan AI langsung menampilkan rute, rekomendasi hotel, bahkan itinerari lengkap.

Di Amerika Serikat, tren ini sudah melonjak tajam. Studi Adobe menunjukkan hampir 3 dari 10 pelancong AS menggunakan AI generatif untuk merencanakan perjalanan mereka. Lalu lintas ke situs travel berbasis AI pun naik 3.500% dalam setahun terakhir. Survei Matador Network menyebut 30% wisatawan kemungkinan memakai AI untuk merencanakan liburan tahun ini.

Fenomena ini tentu akan merembet ke Indonesia: masyarakat semakin nyaman memakai AI untuk memesan tiket, menentukan destinasi, bahkan menyusun jadwal perjalanan. Namun para pakar mengingatkan, mengandalkan AI sepenuhnya tanpa pengecekan dapat memicu masalah besar—terutama di musim liburan ketika harga melambung dan ketersediaan sangat terbatas.

Di Balik Kemudahan, Ada Risiko Nyata

1. Informasi Kadaluarsa dan Tidak Akurat

AI sering menarik data dari informasi lama. Restoran yang tutup lebih awal selama libur Natal, obyek wisata yang sedang renovasi, atau acara yang dibatalkan bisa saja tetap muncul sebagai rekomendasi. Contoh kasus: beberapa turis mengeluhkan AI yang tetap merekomendasikan perayaan Tahun Baru di Shibuya, Tokyo—padahal acaranya sudah dibatalkan bertahun-tahun.

Di Indonesia, situasinya bisa lebih rumit. Jam operasional museum, tempat rekreasi keluarga, atau jadwal kapal antarpulau sering berubah menjelang libur panjang. AI tidak selalu memperbarui data ini secara real-time.

2. Tidak Menangkap Tradisi Lokal

AI hanya memberikan jawaban berdasarkan pola data, bukan pemahaman budaya. Di Jepang, misalnya, KFC menjadi hidangan khas Natal dan harus dipesan jauh-jauh hari—hal yang tidak akan AI beritahukan kecuali ditanya secara spesifik.

Situasi serupa bisa terjadi di Indonesia:

  • Banyak restoran tutup saat Lebaran.
  • Destinasi populer seperti Pantai Anyer atau Puncak mengalami lonjakan luar biasa saat malam tahun baru.
    AI sering melewatkan konteks semacam ini.

3. Logistik yang Terlalu Disederhanakan

AI cenderung memberi jawaban ideal—bukan realistis.

Misalnya:

  • Mengusulkan transit 45 menit di bandara internasional.
  • Memberikan estimasi perjalanan Jakarta–Lembang hanya 2 jam, tanpa memperhitungkan kemacetan ekstrem libur Natal.
  • Tidak memahami layout bandara atau kondisi cuaca musiman.

Banyak itinerari AI terlihat sempurna, sampai tiba di dunia nyata.

4. Tidak Memeriksa Syarat Internasional

Untuk perjalanan luar negeri, AI sering tidak memverifikasi:

  • Aturan masa berlaku paspor (beberapa negara mensyaratkan 6 bulan).
  • Visa transit saat berganti pesawat.
  • Aturan masuk negara yang berubah cepat (misalnya kesehatan atau bea cukai).

Ini bisa menimbulkan last-minute crisis di bandara.

5. “Halusinasi” AI di Masa Peak Season

Pada musim liburan, risiko ini meningkat tajam. Pakar perjalanan mencatat sejumlah masalah tambahan:

  • Ketersediaan palsu: AI merekomendasikan hotel yang sebenarnya sudah penuh.
  • Harga tak realistis: AI mengira hotel malam Natal masih Rp1,5 juta, padahal tarif sebenarnya sudah Rp4–5 juta.
  • Kekacauan kurs: Sistem salah membaca mata uang Filipina atau Jepang, lalu mengonversi harga secara keliru.

Cara Memakai AI dengan Aman dan Cerdas untuk Merencanakan Liburan

Menggunakan AI bukan masalah—yang jadi masalah adalah menggunakannya tanpa verifikasi. Para ahli merekomendasikan aturan praktis berikut:

1. Gunakan AI untuk “Brainstorming”, Bukan Finalisasi

AI bagus untuk:

  • Ide destinasi
  • Contoh rute
  • Daftar aktivitas
  • Penjelasan zona atau area wisata

Anggap AI sebagai titik awal, bukan penentu terakhir.

2. Beri Instruksi Sangat Spesifik

AI akan bekerja lebih baik jika diberi konteks:

  • Anggaran
  • Preferensi aktivitas
  • Jumlah keluarga/anak
  • Kebutuhan waktu jeda
  • Pertimbangan macet atau cuaca

Semakin rinci, semakin relevan hasilnya.

3. Periksa Manual Semua Detail Penting

Setelah AI memberi usulan, pastikan Anda mengonfirmasi:

  • Jam buka dan jadwal libur
  • Harga tiket terbaru
  • Aturan reservasi restoran atau atraksi
  • Status hotel atau penginapan
  • Ketentuan maskapai atau syarat masuk negara

Cek langsung ke situs resmi atau media sosial pengelola.

AI Akan Semakin Pintar—Namun Tidak Akan Menggantikan “Rasa” Berwisata

AI memang sangat membantu merangkai ide perjalanan. Ia bisa menyaring cuaca musiman, tren wisata, dan preferensi secara cepat. Namun satu hal yang belum bisa ia lakukan: memahami perasaan, atmosfer, dan nuansa.

AI mungkin bisa mengatakan “Kyoto kaya akan budaya tradisional,” tapi ia tidak bisa menjelaskan bagaimana rasanya berjalan di antara kuil-kuil tua itu.

Begitu juga di Indonesia:
AI dapat menyebut “Labuan Bajo memiliki pemandangan spektakuler,” tapi tidak akan pernah memahami keheningan matahari terbit dari atas bukit Amelia, atau suasana pedagang kaki lima di Malioboro saat malam hari.

AI Membantu, Anda Tetap Pengambil Keputusan

AI adalah alat yang luar biasa untuk memulai proses perencanaan liburan. Namun sampai teknologinya jauh lebih akurat dan bisa mengakses data real-time, wisatawan—termasuk di Indonesia—tetap perlu melakukan verifikasi manual.

Gunakan AI sebagai:

  • Inspirasi
  • Penyusun struktur itinerary
  • Penjawab pertanyaan awal

Namun pastikan keputusan akhir dibuat berdasarkan informasi resmi, pengalaman lokal, dan perhitungan realistis. Dengan kombinasi keduanya, liburan akhir tahun Anda bisa berjalan lancar—tanpa drama dan tanpa kejutan mahal.