The Table: Bridging Cultures Between Cyprus and Indonesia

(Business Lounge Journal – Art)

Seni multi-sensorik adalah bentuk seni yang melibatkan lebih dari satu indra manusia. Jika biasanya seni hanya dinikmati melalui penglihatan atau pendengaran, maka dalam seni multi-sensorik, seluruh pancaindra—penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba—diajak untuk berinteraksi. Penonton tidak hanya menjadi pengamat, tetapi juga menjadi bagian dari karya itu sendiri. Mereka dapat menyentuh, mencium, bahkan mencicipi elemen-elemen yang disajikan, menciptakan pengalaman yang lebih imersif dan personal.

Salah satu contoh nyata dari pendekatan ini adalah instalasi “The Table”, yang dipamerkan pada peringatan 65 tahun kemerdekaan Republik Siprus. Karya ini merupakan kolaborasi dua seniman, Marina Ieridou dari Siprus dan Era Premakara dari Indonesia, yang secara rutin bekerja sama dalam berbagai proyek internasional. Melalui “The Table”, mereka menyatukan unsur budaya dan alam dari kedua negara, menampilkan bagaimana seni dapat menjadi jembatan lintas budaya.

Instalasi ini berupa meja besar yang dihiasi buah-buahan, bunga, serta makanan khas Siprus dan Indonesia. Dari permukaan meja itu, terlihat bagaimana dua budaya yang secara geografis berjauhan ternyata memiliki banyak kesamaan—mulai dari tekstil tradisional seperti lefkaritika dari Siprus dan batik dari Indonesia, hingga cita rasa kuliner kecil seperti kudapan manis yang teksturnya mirip.

Ide awal karya ini berangkat dari pengalaman pribadi kedua seniman. Marina yang pernah mengunjungi Indonesia mengungkapkan kekagumannya pada batik, sementara Era yang pernah ke Siprus mengagumi kekayaan budaya Mediterania. Dari memori inilah lahir gagasan untuk menciptakan sebuah meja simbolis yang menyatukan pengalaman lintas negara tersebut. “Kami ingin menghadirkan kembali akar budaya kami dan mempertemukannya dalam satu ruang,” ungkap keduanya.

Selain elemen visual dan rasa, instalasi ini juga memanfaatkan teknologi interaktif. Beberapa buah yang digunakan di atas meja dilengkapi dengan sensor sentuh: ketika disentuh, video akan otomatis diputar. Inovasi ini menimbulkan rasa ingin tahu pengunjung, menciptakan pengalaman unik di mana interaksi sederhana seperti menyentuh buah dapat memunculkan narasi visual tentang budaya dan alam kedua negara.

Menurut para senimannya, makanan memiliki peran penting dalam menciptakan rasa kebersamaan. “Ketika orang berbagi makanan, ada rasa nyaman dan kedekatan yang tercipta secara alami,” ujar mereka. Karena itu, unsur rasa dan aroma sengaja dihadirkan untuk mendorong interaksi sosial yang hangat di tengah ruang pamer.

Karya ini bukan hanya tentang estetika, tetapi juga tentang dialog dan kesadaran budaya. Melalui seni, pesan tentang persahabatan antarbangsa dapat disampaikan dengan cara yang lembut namun kuat. “Seni dapat membangun percakapan dan menumbuhkan kesadaran akan isu tertentu. Kami berharap ke depan akan semakin banyak proyek seni berbasis pengalaman sensorik seperti ini di Indonesia,” kata Era.

“The Table” menjadi bukti bahwa seni dapat menembus batas bahasa dan geografi. Ia menghadirkan keintiman antara budaya Siprus dan Indonesia melalui pancaindra manusia—sebuah perayaan akan keberagaman, kenangan, dan rasa yang menyatukan.