(Business Lounge Journal)
Perusahaan AI dan raksasa teknologi tengah mencatatkan laba terbesar sepanjang sejarah — bahkan ketika investasi bernilai triliunan dolar tampak melaju lebih cepat dari tingkat adopsi teknologi itu sendiri. Pertanyaannya pun muncul: apakah ini benar-benar sebuah boom? Atau justru bubble yang menunggu saatnya pecah?
Teknologi generative AI telah membuktikan kemampuannya menghasilkan kode, gambar, bahkan pendapatan kuartalan. Namun satu hal yang belum terbukti adalah apakah pertumbuhan pendapatan itu cukup cepat untuk menandingi skala investasi yang sedang dikejar dunia korporasi. Pasar sedang menyaksikan babak awal dari sebuah supercycle — sementara para skeptis mengingatkan betapa cepat optimisme bisa berubah arah.
Jadi, apa sebenarnya yang sedang terjadi? AI boom, atau AI bubble?
Dari Wall Street hingga ruang rapat direksi, perdebatan ini berlangsung di layar yang seolah terbelah dua.
Di satu sisi, para optimis menunjuk pada arus kas nyata yang muncul dari lapisan “picks and shovels” — mulai dari semikonduktor, memori, jaringan, hingga layanan cloud — serta pelanggan yang benar-benar membayar untuk kapabilitas AI. “AI bukan sekadar sulap teknologi,” kata mereka.
Namun di sisi lain, ada kekhawatiran tentang jurang yang melebar antara kapasitas yang dijanjikan dan monetisasi yang terbukti: pusat data sudah dipesan bertahun-tahun ke depan, sementara banyak perusahaan masih bergulat dengan tata kelola, keterbatasan data, dan alur kerja yang belum bisa berkembang di luar tahap uji coba.
Fisika vs Finansial
Salah satu cara memahami momen ini adalah dengan memisahkan antara fisika dan finansial.
Fisika adalah hal-hal nyata — gardu listrik, transformator, rak server, kabel — segala sesuatu yang bisa disentuh.
Sementara finansial adalah hal-hal yang berbasis ekspektasi: kontrak multi-tahun, panduan pendapatan, dan narasi pasar.
Ketika keduanya selaras, akan lahir pembangunan industri yang berkelanjutan. Namun ketika keduanya tidak seimbang, yang muncul bukan ledakan, melainkan gesekan — periode yang ditandai dengan istilah hati-hati di laporan pendapatan seperti “sequencing of deployments”, “customer readiness”, atau “capex phasing”.
Bahkan Sam Altman, CEO OpenAI, yang seharusnya menjadi juru bicara optimisme AI, sempat mengingatkan bahwa investor saat ini “terlalu bersemangat.” Dalam sebuah forum pada Agustus 2025, ia mengatakan pasar bergerak jauh lebih cepat daripada realitas teknologi itu sendiri — dan “hangover” pasti datang ketika uang mengalir lebih cepat dari justifikasinya.
“Ketika bubble terjadi,” kata Altman, “orang-orang cerdas menjadi terlalu bersemangat pada secuil kebenaran.”
Dan menurutnya, AI sedang berada tepat di fase itu.
Realita di Balik Angka
Sebuah studi dari MIT menunjukkan bahwa 95% proyek AI generatif perusahaan belum menghasilkan keuntungan — angka yang berseberangan tajam dengan ekspektasi pasar bernilai triliunan dolar.
Dua perusahaan besar menggambarkan ketegangan ini dengan jelas:
- Nvidia menjadi bukti nyata bahwa uang benar-benar mengalir ke AI, dengan pendapatan pusat data mencapai rekor US$46,7 miliar pada kuartal II 2025. Namun bahkan raksasa ini mulai menunjukkan tanda-tanda pendinginan setelah periode pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
- Oracle, di sisi lain, mencerminkan sisi spekulatif dari euforia AI — backlog perusahaan ini melonjak karena kesepakatan jangka panjang bernilai US$300 miliar dengan OpenAI yang baru dimulai pada 2027, tetapi sudah tercermin dalam laporan pendapatannya.
Keduanya memperlihatkan ketegangan antara boom dan bubble — satu perusahaan menikmati hasil nyata hari ini, sementara yang lain dinilai berdasarkan janji masa depan.
Boom dan Bubble Bisa Terjadi Bersamaan
Melalui lensa ini, gambarannya menjadi lebih tajam.
Pembuat chip dan infrastruktur AI saat ini menikmati arus kas besar dan pertumbuhan stabil — sebuah indikasi boom nyata. Namun di sisi lain, pemesanan kapasitas yang bernilai ratusan miliar dolar menandakan adanya risiko bubble yang terbentuk di pinggiran sistem.
Kenyataannya mungkin bukan hitam putih: bisa jadi AI adalah boom di inti sistem, namun bubble di tepinya.
Apa yang Dihargai Pasar
Investor saat ini bertaruh pada pertumbuhan permintaan AI dua digit selama beberapa tahun ke depan, permintaan berkelanjutan untuk chip berperforma tinggi, serta gelombang kedua perangkat lunak yang mampu menghasilkan pendapatan di luar sekadar “efek wow”.
Optimisme pasar ini terlihat dari backlog dan pemesanan kapasitas yang hampir diperlakukan seperti kas. Narasi dasarnya: AI akan terus menambah porsi pertumbuhan cloud, margin tetap terjaga seiring biaya inferensi menurun, dan adopsi meluas dari sekadar proyek uji coba menjadi kenyataan bisnis.
Namun kisah yang begitu presisi menyisakan sedikit ruang untuk kesalahan. Satu kalimat kecil dalam laporan keuangan saja bisa menggoyang miliaran dolar kapitalisasi pasar.
Jika “bubble” benar-benar pecah, peristiwanya mungkin tidak akan seperti kehancuran dot-com tahun 2000.
Namun tandanya akan terlihat lebih halus: pertumbuhan cloud yang dikaitkan dengan AI mulai melambat, pendapatan dari backlog yang tertunda, dan penurunan aktivitas di lapisan aplikasi. Aset fisik seperti pusat data dan infrastruktur tetap ada, tetapi valuasi pasar bisa bergeser drastis.
Mengapa siklus ini berbeda dari tahun 1999?
Ada tiga perbedaan besar:
- Profit nyata di inti sistem. Chip dan layanan cloud saat ini menghasilkan arus kas besar tanpa bergantung pada ekuitas rapuh.
- Infrastruktur yang berwujud dan berdaya tinggi. Bahkan jika valuasi turun, fasilitas fisik tetap bisa digunakan dan dialihkan ke siklus berikutnya.
- Kurva biaya yang menurun. Teknologi chip, memori, dan pengaturan beban kerja yang lebih efisien terus menurunkan biaya per unit.
Siklus ini bisa saja berlebihan — seperti halnya semua siklus padat modal — tetapi tidak dibangun di atas klik dan harapan kosong.
Boom atau Bubble?
Momen ini tampaknya lebih menyerupai ledakan infrastruktur dengan kantong-kantong spekulasi, bukan sekadar bubble ala era dot-com.
Di pusat sistem, bisnis nyata menghasilkan uang nyata. Di pinggirnya, ekspektasi sering kali melaju lebih cepat daripada kemampuan implementasi teknologi dan daya listrik yang tersedia.
Jika kontribusi AI terhadap cloud tetap kuat, backlog berubah menjadi pendapatan tepat waktu, dan biaya unit terus menurun, maka boom akan terlihat jelas dalam retrospeksi.
Namun jika realisasi tertunda dan gesekan muncul dari sisi kebijakan maupun energi, penyesuaian akan terasa lebih dulu di pasar saham ketimbang di gardu listrik.
Bagaimanapun juga, rak server, transformator, dan serat optik tidak akan ke mana-mana — karena pada akhirnya, perdebatan ini bukan tentang iman, melainkan tentang konversi dan kecepatan realisasi.