Range Rover

Serangan Siber Lumpuhkan Produksi Range Rover Global

(Business Lounge – Automotive) Industri otomotif kembali diguncang setelah Jaguar Land Rover, produsen mobil mewah asal Inggris yang berada di bawah naungan Tata Motors, menghadapi serangan siber besar yang melumpuhkan jalur produksinya. Serangan ini menyebabkan pabrik Range Rover—ikon SUV kelas atas—berhenti beroperasi, dan upaya pemulihan sejauh ini terbukti lebih sulit daripada yang diperkirakan. Menurut laporan Financial Times, ratusan kendaraan yang biasanya keluar dari lini perakitan setiap hari kini tertunda, menimbulkan kekhawatiran tentang potensi kerugian finansial yang signifikan serta reputasi keamanan perusahaan.

Dalam kondisi normal, Jaguar Land Rover mampu menghasilkan ratusan unit Range Rover dan Range Rover Sport setiap hari dari fasilitas produksi mereka di Solihull, Inggris. Namun, sejak serangan siber tersebut terjadi awal bulan ini, jalur produksi nyaris berhenti total. Para analis yang dikutip oleh Bloomberg memperkirakan bahwa gangguan ini dapat menurunkan output bulanan hingga puluhan persen, terutama mengingat tingginya permintaan global untuk SUV mewah yang menjadi andalan laba perusahaan.

Serangan siber ini diduga menargetkan sistem teknologi informasi yang mengatur rantai pasokan dan produksi, sehingga mengganggu koordinasi logistik serta manajemen inventaris. Meski Jaguar Land Rover belum merinci secara publik detail teknis serangan tersebut, sumber internal yang dilaporkan Reuters menyebut bahwa serangan menginfeksi sistem perencanaan material, membuat perusahaan kesulitan memastikan ketersediaan komponen yang dibutuhkan untuk melanjutkan produksi.

Kejadian ini bukan hanya sekadar masalah teknis. Bagi perusahaan otomotif modern, gangguan pada sistem digital bisa berarti keruntuhan operasi fisik. Pabrik mobil saat ini sangat bergantung pada sistem berbasis perangkat lunak untuk sinkronisasi pemasok, mengatur jalur produksi, dan mengoptimalkan distribusi. Ketika sistem tersebut lumpuh, bahkan stok suku cadang yang ada di gudang pun tidak dapat dimanfaatkan secara efisien.

Para analis menilai dampak finansial dari serangan ini bisa sangat besar. Wall Street Journal mencatat bahwa Range Rover merupakan salah satu model dengan margin keuntungan tertinggi di portofolio Jaguar Land Rover. Gangguan produksi yang berkepanjangan dapat langsung menggerus pendapatan perusahaan dan menekan arus kas Tata Motors sebagai induk usaha. Selain itu, pelanggan yang telah memesan kendaraan bisa menghadapi penundaan berbulan-bulan, berisiko menimbulkan frustrasi dan mendorong sebagian konsumen beralih ke kompetitor.

Insiden ini juga terjadi di tengah meningkatnya tren serangan siber yang menargetkan sektor manufaktur. Menurut laporan tahunan IBM Security yang dikutip oleh CNBC, industri manufaktur kini menjadi target utama serangan ransomware, melampaui sektor keuangan dan kesehatan. Hal ini karena rantai pasokan yang kompleks serta kebutuhan operasi yang nyaris tanpa henti membuat produsen lebih rentan, sekaligus lebih cenderung membayar tebusan untuk memulihkan sistem dengan cepat.

Bagi Jaguar Land Rover, situasi ini semakin menantang karena perusahaan sedang berada dalam fase pemulihan setelah pandemi. Permintaan mobil mewah sebenarnya kembali menguat, terutama di pasar Amerika Serikat, Eropa, dan China. Range Rover generasi terbaru mendapat sambutan positif, dan perusahaan berencana mempercepat elektrifikasi model-modelnya dalam beberapa tahun mendatang. Gangguan produksi akibat serangan siber kini berpotensi mengganggu momentum tersebut.

Pemulihan yang lambat menimbulkan pertanyaan besar tentang kesiapan Jaguar Land Rover dalam menghadapi ancaman digital. The Guardian menyoroti bahwa perusahaan otomotif global sering kali masih melihat keamanan siber sebagai isu sekunder, sementara fokus utama tetap pada kualitas produk dan inovasi teknologi kendaraan. Padahal, serangan semacam ini membuktikan bahwa kelemahan di ranah digital bisa langsung melumpuhkan bisnis inti.

Beberapa pakar menyarankan agar Jaguar Land Rover segera meningkatkan investasi pada keamanan siber, termasuk melalui audit sistem TI, diversifikasi infrastruktur digital, dan peningkatan kemampuan deteksi dini ancaman. Mengingat besarnya ketergantungan perusahaan terhadap sistem digital, langkah-langkah tersebut akan menjadi prioritas strategis, bukan lagi sekadar tambahan.

Selain ancaman finansial dan reputasi, insiden ini juga menimbulkan implikasi geopolitik. Industri otomotif Eropa, termasuk Inggris, kini semakin waspada terhadap potensi serangan yang diduga melibatkan aktor negara. Meskipun belum ada indikasi keterlibatan pihak tertentu dalam serangan terhadap Jaguar Land Rover, tren global menunjukkan bahwa infrastruktur kritis dan perusahaan strategis sering menjadi sasaran operasi siber berskala besar.

Bagi pasar, kabar ini menciptakan ketidakpastian. Saham Tata Motors sempat mengalami fluktuasi setelah berita serangan menyebar, meskipun investor masih menunggu kejelasan tentang besaran dampak finansial yang sesungguhnya. Menurut Bloomberg Intelligence, setiap penundaan produksi selama satu minggu bisa berarti kehilangan ribuan unit kendaraan yang nilainya mencapai ratusan juta dolar.

Beberapa analis melihat peluang di balik krisis ini. Jika Jaguar Land Rover mampu mengatasi serangan dan memperkuat infrastruktur digitalnya, perusahaan bisa muncul lebih tangguh dalam menghadapi ancaman serupa di masa depan. Selain itu, insiden ini juga dapat mempercepat kesadaran industri otomotif global untuk lebih serius berinvestasi pada keamanan siber sebagai bagian integral dari strategi bisnis.

Serangan terhadap Jaguar Land Rover bukanlah kasus tunggal. Sebelumnya, serangan ransomware pernah melumpuhkan operasi Honda pada 2020 dan menimbulkan gangguan signifikan pada rantai pasokan Toyota. Pola serangan serupa semakin sering terjadi, menegaskan bahwa transformasi digital dalam industri manufaktur harus diimbangi dengan lapisan keamanan yang memadai.