Martin Sorrell Founder S4 Capital

S4 Capital Pangkas Proyeksi Pendapatan Akibat Ketidakpastian

(Business Lounge – Globa News) S4 Capital Plc, perusahaan periklanan digital yang didirikan oleh Martin Sorrell, kembali memangkas proyeksi pendapatannya di tengah ketidakpastian ekonomi global dan dampak tarif perdagangan Amerika Serikat. Pemangkasan ini menjadi kali kedua dalam kurun waktu tiga bulan terakhir, menandakan adanya tekanan serius terhadap kinerja perusahaan yang sebelumnya dikenal agresif berekspansi.

Menurut laporan Financial Times, S4 Capital menyebut bahwa proyeksi pendapatan bersih berbasis like-for-like kini lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Perusahaan menekankan bahwa volatilitas global, terutama terkait tarif impor yang diberlakukan Washington, telah memengaruhi belanja iklan klien di berbagai sektor. Martin Sorrell, pendiri sekaligus Executive Chairman S4 Capital, menyoroti bahwa kondisi pasar yang semakin sulit membuat perusahaan harus bersikap lebih realistis dalam menetapkan target.

Sejak berdiri pada 2018, S4 Capital berkembang pesat dengan strategi akuisisi agresif. Perusahaan membangun reputasi sebagai pemain murni digital, berbeda dengan agensi tradisional seperti WPP atau Omnicom. Namun, pola ekspansi cepat ini juga membuat S4 lebih rentan terhadap perubahan sentimen pasar. Bloomberg mencatat bahwa banyak klien besar kini lebih berhati-hati dalam mengalokasikan anggaran iklan, khususnya di tengah ketidakpastian geopolitik, perlambatan ekonomi Tiongkok, dan meningkatnya biaya impor akibat tarif Amerika.

Tarif baru yang diterapkan Washington terhadap sejumlah produk dari berbagai negara dinilai menciptakan rantai efek ke banyak sektor. Perusahaan-perusahaan konsumen yang menghadapi kenaikan biaya produksi cenderung menunda atau mengurangi anggaran iklan. Dampak ini terasa langsung bagi S4 Capital yang sebagian besar kliennya bergerak di sektor konsumer global. Wall Street Journal menambahkan bahwa belanja iklan digital, meski masih tumbuh, kini menunjukkan perlambatan dibandingkan tren beberapa tahun terakhir.

Pemangkasan proyeksi pendapatan ini memperburuk sentimen investor terhadap S4 Capital. Saham perusahaan yang terdaftar di London mengalami tekanan sejak awal tahun, dengan penurunan signifikan ketika proyeksi pertama kali diturunkan. Dengan revisi kedua, kekhawatiran semakin besar bahwa perusahaan mungkin menghadapi tantangan struktural, bukan sekadar siklus sementara. Seorang analis pasar yang dikutip Reuters menyebut bahwa investor mulai meragukan kemampuan S4 menjaga margin di tengah biaya operasional yang tinggi dan lemahnya pertumbuhan pendapatan.

Sorrell, tokoh legendaris di industri periklanan yang sebelumnya membangun WPP menjadi raksasa global, kini berada dalam posisi sulit. Strateginya membangun “new age, new era digital advertising company” melalui S4 Capital semula disambut optimisme pasar. Namun, realitas persaingan yang ketat dari raksasa teknologi seperti Google, Meta, hingga Amazon, membuat ruang gerak agensi independen lebih terbatas. Selain itu, meningkatnya penggunaan kecerdasan buatan oleh klien untuk mengoptimalkan belanja iklan juga mengurangi ketergantungan pada agensi digital tradisional.

Meskipun begitu, Sorrell tetap menyuarakan keyakinan bahwa bisnis inti S4 Capital, yaitu layanan konten digital, media, dan data, memiliki prospek jangka panjang. Dalam pernyataan resmi yang dikutip CNBC, ia menegaskan bahwa pergeseran iklan dari media tradisional ke digital masih menjadi tren dominan global. Menurutnya, periode volatilitas saat ini lebih bersifat sementara, dan perusahaan yang mampu beradaptasi justru akan mendapatkan keuntungan di masa depan.

S4 Capital mengoperasikan bisnisnya melalui unit yang dikenal dengan sebutan “Content, Data & Digital Media Services.” Model ini berfokus pada integrasi layanan kreatif, teknologi, dan data analitik untuk memberikan solusi end-to-end kepada klien. Namun, biaya akuisisi perusahaan-perusahaan baru di bawah payung S4 Capital menimbulkan beban finansial yang cukup besar. The Guardian menulis bahwa tantangan integrasi bisnis pasca akuisisi juga masih menjadi pekerjaan rumah serius bagi manajemen.