Kurangi Ketergantungan pada China, Jepang Alihkan Teknologi LCD dan Chip ke India

Kerja sama ekonomi antara Jepang dan India kembali mendapat sorotan setelah kedua negara sepakat memindahkan sebagian produksi teknologi semikonduktor dan layar LCD generasi lama ke India. Langkah ini tidak hanya memperkuat hubungan bilateral, tetapi juga menjadi strategi penting untuk mengurangi ketergantungan pada China di sektor teknologi.

Sebelum upaya diversifikasi, ketergantungan Jepang pada China sangat tinggi—cukup dominan di banyak kategori penting. Saat ini, walau ada sedikit penurunan, ketergantungan tersebut tetap substansial: rata-rata masih sekitar 40–50%, bahkan lebih tinggi di beberapa sektor khusus seperti rare earth (≈ 80%) dan bahan kimia kritis (±90%). Target masa depan  secara bertahap mengurangi pangsa pasokan dari China khususnya di sektor teknologi,  melalui investasi domestik, kolaborasi multilateral, dan penguatan rantai pasok alternatif.

Kesepakatan ini muncul setelah pertemuan antara Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba dan Perdana Menteri India Narendra Modi dalam forum G7 beberapa waktu lalu. Keduanya menegaskan pentingnya diversifikasi rantai pasok global, terutama di bidang teknologi yang menjadi tulang punggung industri elektronik modern.

Bagi Jepang, pemindahan ini adalah cara untuk memberi “rumah baru” bagi teknologi yang sudah tidak lagi berada di garis depan, namun tetap bernilai strategis. Alih-alih menghentikan produksi, Jepang melihat India sebagai pasar yang berkembang pesat dengan kebutuhan tinggi akan teknologi yang lebih terjangkau. Dengan demikian, LCD generasi lama dan chip semikonduktor berteknologi menengah bisa tetap digunakan di sektor pendidikan, peralatan rumah tangga, hingga otomotif.

Sementara itu, bagi India, kerja sama ini adalah peluang emas. Negara dengan populasi lebih dari 1,4 miliar jiwa ini berambisi menjadi pusat manufaktur global. Pemerintah Modi sudah lama mendorong program “Make in India” untuk memperkuat kemandirian industri. Masuknya teknologi Jepang akan mempercepat proses transfer pengetahuan, menciptakan lapangan kerja baru, dan menambah kapasitas produksi domestik.

Lebih luas lagi, langkah ini mencerminkan tren global: banyak negara kini berusaha mengurangi risiko geopolitik dengan mendiversifikasi pusat produksi. China yang selama ini mendominasi rantai pasok elektronik menghadapi tantangan akibat ketegangan dagang dan isu keamanan. Jepang dan India melihat peluang untuk menata ulang peta industri teknologi dunia, di mana India bisa menjadi “alternatif strategis” bagi perusahaan yang ingin meminimalisasi risiko.

Ke depan, keberhasilan proyek ini akan sangat bergantung pada bagaimana India bisa memastikan infrastruktur, regulasi, dan ekosistem bisnis yang ramah investasi. Jika berhasil, kolaborasi Jepang-India ini bisa menjadi model baru kerja sama lintas negara: menggabungkan keahlian teknologi tinggi Jepang dengan kapasitas manufaktur besar dan pasar luas India.

Dengan langkah ini, jelas terlihat bahwa teknologi “lama” pun masih bisa menjadi pondasi baru untuk masa depan industri global.