Hertz

Hertz Gandeng Amazon Autos Jual Mobil Bekas

(Business Lounge – Automotive) Langkah baru diumumkan oleh Hertz yang berupaya memperluas sumber pendapatan di luar bisnis penyewaan mobilnya. Perusahaan asal Amerika Serikat ini menggandeng Amazon Autos untuk menjual mobil bekas langsung kepada konsumen, sebuah strategi yang diharapkan mampu meningkatkan profitabilitas di tengah dinamika pasar kendaraan dan tekanan kompetisi. Menurut laporan The Wall Street Journal, kemitraan ini menjadi salah satu upaya paling ambisius Hertz untuk memanfaatkan teknologi e-commerce dalam memperluas basis pelanggan.

Hertz selama beberapa dekade dikenal sebagai operator sewa mobil global yang mengandalkan permintaan perjalanan bisnis dan wisata. Namun, pandemi dan perubahan perilaku konsumen membuat bisnis utama ini menghadapi tekanan besar. Meskipun permintaan penyewaan mulai pulih, perusahaan juga harus menanggung beban biaya tinggi, termasuk perawatan armada dan fluktuasi harga kendaraan baru. Dengan latar belakang ini, penjualan mobil bekas menjadi jalur alternatif yang menjanjikan.

Menurut Reuters, Hertz memiliki armada mobil bekas yang relatif terawat dengan baik, mengingat kendaraan tersebut rutin mendapatkan perawatan sebelum ditawarkan ke pasar sekunder. Selama ini, Hertz menjual mobil-mobil bekasnya melalui dealer konvensional maupun lelang. Tetapi melalui Amazon Autos, perusahaan kini bisa menjangkau konsumen lebih luas dengan pengalaman belanja digital yang lebih mudah dan transparan. Konsumen akan dapat melihat detail spesifikasi, riwayat pemakaian, hingga harga langsung melalui platform online, lalu menyelesaikan transaksi dengan lebih cepat dibandingkan proses tradisional.

Bagi Amazon, kemitraan ini menandai langkah serius untuk memperluas cakupan layanan otomotif digitalnya. Seperti dicatat Bloomberg, sektor e-commerce mobil bekas masih relatif kecil dibandingkan penjualan offline, tetapi peluang pertumbuhannya sangat besar. Pasar mobil bekas di Amerika Serikat sendiri bernilai ratusan miliar dolar per tahun, dan semakin banyak konsumen mulai nyaman melakukan pencarian hingga pembelian secara online.

Selain memperluas jangkauan pasar, strategi ini juga diharapkan membantu Hertz menyeimbangkan kondisi keuangannya. Perusahaan memang sempat mengalami kebangkrutan pada 2020 sebelum akhirnya bangkit kembali dengan restrukturisasi besar-besaran. Namun, kinerja belakangan ini tidak sepenuhnya mulus. Financial Times melaporkan bahwa keputusan perusahaan membeli puluhan ribu kendaraan listrik, termasuk dari Tesla, belum sepenuhnya menghasilkan keuntungan. Permintaan yang lebih rendah dari perkiraan membuat Hertz harus mengubah strategi dan mengurangi ketergantungan pada armada EV.

Dalam konteks itu, penjualan mobil bekas lewat Amazon dapat memberikan arus kas tambahan dan memanfaatkan aset yang ada dengan lebih efisien. Konsumen juga akan diuntungkan dengan akses ke mobil-mobil yang usianya relatif muda, harga lebih kompetitif, dan kualitas yang terjamin dari operator besar. Keuntungan lain adalah citra transparansi, karena konsumen dapat membandingkan harga langsung dengan penjual lain di platform yang sama.

Namun, langkah ini bukannya tanpa risiko. Analis yang dikutip CNBC menilai bahwa pasar mobil bekas tengah menghadapi volatilitas tinggi akibat kenaikan suku bunga dan ketidakpastian ekonomi. Kredit mobil menjadi lebih mahal, dan daya beli konsumen melemah dalam beberapa bulan terakhir. Jika tren ini berlanjut, Hertz mungkin harus bersaing lebih agresif dalam hal harga, yang pada akhirnya bisa menekan margin keuntungan.

Di sisi lain, keberhasilan penjualan online membutuhkan infrastruktur logistik dan layanan purna jual yang andal. Amazon memang memiliki jaringan distribusi raksasa, tetapi menjual mobil bukanlah hal yang sama dengan menjual barang elektronik atau kebutuhan rumah tangga. Aspek pengiriman, registrasi, dan pengalaman pelanggan akan menjadi ujian penting dalam menentukan apakah kemitraan ini bisa berjalan mulus.

Meski begitu, strategi Hertz untuk memperluas saluran distribusi melalui Amazon Autos dapat menjadi contoh bagi operator rental lain dalam menyesuaikan diri dengan perubahan pasar. Di era di mana konsumen semakin terbiasa dengan transaksi digital, integrasi antara penyewaan, penjualan, dan e-commerce otomotif bisa menjadi model bisnis masa depan.

Kemitraan Hertz dan Amazon mencerminkan bagaimana dua perusahaan besar mencoba membaca arah baru industri otomotif dan perilaku konsumen. Jika berhasil, langkah ini bukan hanya akan memperbaiki kinerja keuangan Hertz, tetapi juga membuka jalan bagi Amazon untuk memperkuat pijakan di sektor mobil bekas yang bernilai triliunan. Dengan latar ekonomi yang penuh ketidakpastian, inovasi model bisnis seperti ini bisa menjadi faktor pembeda yang menentukan siapa yang akan tetap relevan di masa depan.