(Business Lounge – Global News) Saham Orsted, raksasa energi terbarukan asal Denmark, mengalami penurunan tajam setelah perusahaan mengumumkan penghentian proses penjualan salah satu proyek angin lepas pantai di Amerika Serikat. Bersamaan dengan itu, Orsted juga mengumumkan rencana rights issue senilai sekitar $9,4 miliar untuk memperkuat neraca keuangannya. Keputusan tersebut, menurut laporan Bloomberg dan Reuters, mencerminkan tantangan yang semakin kompleks di pasar energi terbarukan AS, di tengah perubahan kebijakan, biaya yang meningkat, dan kondisi pasar yang kurang kondusif.
Menurut Financial Times, Orsted sebelumnya berencana melepas sebagian kepemilikan proyek angin lepas pantai di wilayah Timur Laut Amerika Serikat untuk mendapatkan dana segar yang bisa membantu membiayai portofolio proyek besar lainnya. Namun, perkembangan terakhir di pasar energi terbarukan AS, termasuk kenaikan biaya konstruksi, ketidakpastian dalam rantai pasok, dan perubahan insentif pajak, membuat kesepakatan penjualan tersebut tidak lagi menguntungkan. Hal ini memaksa manajemen untuk mengambil langkah drastis dengan membatalkan rencana divestasi.
Rencana rights issue senilai $9,4 miliar yang diumumkan secara bersamaan bertujuan untuk memperbaiki struktur permodalan perusahaan. Reuters mencatat bahwa dana hasil rights issue akan digunakan untuk memperkuat modal kerja dan mendanai proyek-proyek strategis, termasuk investasi di sektor angin lepas pantai dan hidrogen hijau. Meski langkah ini dipandang penting bagi keberlanjutan bisnis jangka panjang, pasar tampaknya bereaksi negatif terhadap pengumuman tersebut. Saham Orsted langsung terkoreksi signifikan di bursa Kopenhagen, dengan investor mengkhawatirkan potensi dilusi saham dan prospek laba yang tertekan dalam jangka pendek.
Pasar angin lepas pantai di AS belakangan ini memang menghadapi gejolak yang cukup besar. Seperti diungkapkan Wall Street Journal, biaya konstruksi meningkat akibat inflasi global, kenaikan suku bunga, serta tantangan logistik yang menghambat pengiriman komponen turbin. Selain itu, sejumlah proyek terhambat oleh penundaan perizinan dan kurangnya kepastian dalam kebijakan energi pemerintah. Kondisi ini menyebabkan banyak pengembang mempertimbangkan ulang rencana ekspansi mereka di wilayah tersebut.
Orsted, yang selama ini menjadi salah satu pemimpin global dalam sektor energi terbarukan, telah membangun reputasi sebagai pionir proyek angin lepas pantai di Eropa dan Amerika Utara. Namun, serangkaian kendala proyek di AS pada 2023 dan 2024, termasuk pembatalan proyek Ocean Wind 1 dan 2 di New Jersey, sudah menandai adanya tren pelemahan profitabilitas di pasar luar negeri. Dengan kondisi pasar yang penuh ketidakpastian, manajemen Orsted tampaknya memilih strategi yang lebih berhati-hati, mengandalkan penguatan modal internal ketimbang menjual aset strategis dengan valuasi yang tertekan.
Menurut Bloomberg, rights issue kali ini menjadi salah satu yang terbesar di sektor energi Eropa dalam beberapa tahun terakhir. Besarnya nilai penggalangan dana ini menunjukkan bahwa Orsted tengah berada pada titik kritis dalam perjalanan transformasinya menjadi pemimpin global energi bersih. Namun, langkah tersebut juga menandakan bahwa perusahaan harus menghadapi biaya pendanaan yang lebih tinggi serta risiko persaingan yang semakin ketat, baik di Eropa maupun Amerika Utara.
Analis dari Danske Bank menyatakan bahwa rights issue akan memberikan ruang napas keuangan bagi Orsted, namun tidak serta-merta menyelesaikan tantangan mendasar yang dihadapi, seperti fluktuasi harga energi, kebijakan pemerintah, dan persaingan dari pemain baru yang agresif. Mereka menekankan bahwa keberhasilan strategi Orsted akan sangat bergantung pada kemampuan perusahaan mengeksekusi proyek tepat waktu dan mengendalikan biaya di tengah tekanan eksternal yang terus meningkat.
Dari sisi investor, kekhawatiran utama bukan hanya potensi dilusi, tetapi juga pertanyaan mengenai arah pertumbuhan jangka menengah. Jika pasar angin lepas pantai AS tetap dalam kondisi sulit, Orsted mungkin perlu mengalihkan fokusnya kembali ke pasar Eropa atau Asia, di mana dukungan kebijakan dan insentif fiskal relatif lebih stabil. Namun, pergeseran fokus ini berpotensi memakan waktu dan mengubah proyeksi keuangan yang sudah ada.
Konteks yang lebih luas menunjukkan bahwa tantangan Orsted mencerminkan realitas baru dalam industri energi terbarukan global. Meskipun transisi menuju energi bersih terus mendapat dukungan politik dan publik, dinamika pasar saat ini memaksa pengembang untuk lebih selektif dalam memilih proyek. Biaya modal yang lebih tinggi akibat kenaikan suku bunga, volatilitas harga bahan baku seperti baja dan tembaga, serta kompetisi rantai pasok global menuntut efisiensi dan inovasi yang lebih besar.
Meski pasar bereaksi negatif dalam jangka pendek, beberapa analis optimistis bahwa rights issue dapat menjadi titik balik strategis bagi Orsted. Dengan basis modal yang lebih kuat, perusahaan memiliki fleksibilitas lebih besar untuk mengejar peluang pertumbuhan di sektor yang masih berkembang pesat, seperti hidrogen hijau dan teknologi penyimpanan energi. Namun, agar optimisme ini terwujud, manajemen perlu membuktikan bahwa mereka mampu mengelola risiko operasional dan pasar dengan lebih efektif.
Keputusan untuk menghentikan penjualan proyek angin AS dan beralih pada penguatan modal internal juga bisa dibaca sebagai sinyal kepercayaan diri manajemen terhadap potensi jangka panjang portofolio aset mereka. Dengan tidak melepas proyek strategis di bawah tekanan pasar, Orsted menghindari risiko kehilangan pijakan di pasar AS yang masih memiliki prospek besar, meskipun saat ini sedang mengalami tekanan.
Ke depan, pasar akan mencermati bagaimana Orsted memanfaatkan dana rights issue ini, termasuk strategi prioritas investasi dan upaya meningkatkan efisiensi operasional. Jika perusahaan berhasil menunjukkan perbaikan kinerja dan menjaga momentum proyek-proyek utama, sentimen investor dapat berbalik positif. Namun, dengan tantangan eksternal yang masih membayangi, jalan menuju pemulihan harga saham kemungkinan akan panjang dan penuh dinamika.
Dengan seluruh perkembangan ini, situasi yang dihadapi Orsted bukan hanya ujian terhadap kekuatan keuangan, tetapi juga terhadap kelincahan strategis dan ketahanan bisnis di tengah transisi energi global. Para pemangku kepentingan kini menunggu langkah-langkah selanjutnya dari perusahaan yang selama ini menjadi simbol ambisi Eropa di panggung energi terbarukan dunia.