Eastman Kodak

Eastman Kodak Hadapi Tekanan Keuangan Serius

(Business Lounge – News Insight) Perusahaan teknologi fotografi legendaris Eastman Kodak kembali menjadi sorotan pasar setelah mengumumkan laporan keuangan kuartal kedua yang menunjukkan kerugian, serta memberikan peringatan bahwa kemampuan mereka untuk membayar kewajiban utang saat ini berada dalam risiko. Pernyataan ini menandai titik kritis bagi perusahaan yang pernah menjadi ikon industri foto global dan kini berjuang untuk mempertahankan kelangsungan operasionalnya.

Menurut laporan keuangan terbaru yang dirilis perusahaan, Eastman Kodak membukukan kerugian bersih pada kuartal kedua 2025, berbalik dari posisi laba pada periode yang sama tahun sebelumnya. Lonjakan biaya operasional, tekanan harga bahan baku, dan melemahnya permintaan di beberapa segmen bisnis disebut sebagai penyebab utama penurunan kinerja ini. Namun, isu yang paling mengkhawatirkan adalah peringatan dari manajemen bahwa kemampuan untuk memenuhi pembayaran utang jangka pendek terancam, yang memunculkan kekhawatiran di kalangan investor dan kreditur.

Berdasarkan penjelasan dari pihak manajemen yang dikutip The Wall Street Journal, Kodak sedang melakukan langkah-langkah penghematan yang signifikan, termasuk rencana menghentikan program pensiun karyawan yang selama ini menjadi salah satu komitmen jangka panjang perusahaan. Keputusan ini dinilai sebagai upaya untuk membebaskan arus kas yang dapat dialokasikan untuk pembayaran kewajiban utang, meskipun langkah tersebut berpotensi memicu ketidakpuasan di kalangan pegawai dan pensiunan perusahaan.

Kodak saat ini memiliki profil utang yang cukup berat. Menurut Bloomberg, perusahaan menghadapi kewajiban jatuh tempo signifikan dalam 12 bulan ke depan, dengan tingkat suku bunga pinjaman yang relatif tinggi pasca kenaikan suku bunga global dalam dua tahun terakhir. Kondisi ini memperburuk tekanan keuangan, terutama di tengah perlambatan penjualan di unit bisnis utama seperti percetakan komersial, film industri, dan layanan fotografi.

Sejumlah analis pasar menilai bahwa peringatan risiko gagal bayar dari Kodak adalah sinyal serius bahwa perusahaan memerlukan suntikan modal atau restrukturisasi utang dalam waktu dekat. “Jika tidak ada langkah strategis yang diambil dalam enam bulan ke depan, Kodak mungkin harus mempertimbangkan opsi seperti menjual aset non-inti atau mencari mitra strategis,” ungkap seorang analis dari Morningstar yang memantau sektor teknologi cetak dan fotografi.

Di sisi lain, manajemen Kodak berupaya meyakinkan pasar bahwa mereka masih memiliki rencana untuk memperkuat neraca keuangan. Dalam pernyataannya, Chief Executive Officer Jim Continenza mengatakan perusahaan sedang menjajaki berbagai opsi pendanaan, termasuk kemungkinan menjual beberapa fasilitas produksi yang kurang optimal dan menggandeng mitra di sektor manufaktur. “Kami memiliki sejarah panjang dalam beradaptasi dengan perubahan industri, dan kami berkomitmen menemukan solusi berkelanjutan untuk memastikan kelangsungan Kodak,” ujarnya seperti dikutip Reuters.

Namun, tantangan terbesar Kodak bukan hanya soal utang, tetapi juga posisi kompetitif di pasar global yang berubah cepat. Perusahaan yang pernah mendominasi pasar film fotografi ini telah bertransformasi menjadi penyedia solusi cetak digital, bahan kimia, dan layanan industri. Meski beberapa segmen seperti percetakan komersial dan pengemasan fleksibel mencatat pertumbuhan, margin keuntungan tetap tertekan akibat persaingan ketat dan biaya produksi yang meningkat.

Kondisi pasar global juga tidak berpihak pada perusahaan. Naiknya harga energi dan bahan baku, seperti aluminium untuk pelat cetak dan bahan kimia untuk pengolahan film, menekan biaya operasional. Sementara itu, permintaan di pasar percetakan tradisional terus menurun seiring dengan pergeseran menuju digitalisasi. Situasi ini membuat Kodak harus bersaing di sektor yang margin-nya tipis dan bergantung pada efisiensi operasional yang tinggi.

Beberapa analis melihat bahwa menghentikan program pensiun adalah langkah yang sulit namun realistis. Financial Times menulis bahwa program pensiun yang dikelola Kodak selama puluhan tahun telah menjadi beban finansial yang signifikan, terutama di era ketika jumlah peserta program jauh lebih besar dibandingkan jumlah karyawan aktif. Dengan memutuskan skema ini, perusahaan dapat mengurangi kewajiban jangka panjang yang membebani laporan keuangan, meskipun harus berhadapan dengan reaksi keras dari serikat pekerja dan pensiunan.

Investor publik dan pemegang saham utama juga mengamati situasi ini dengan cermat. Saham Kodak mengalami penurunan tajam di bursa setelah pengumuman laporan keuangan, mencerminkan hilangnya kepercayaan pasar dalam jangka pendek. Beberapa analis menilai bahwa tekanan penjualan saham kemungkinan akan terus berlanjut sampai ada kepastian strategi restrukturisasi atau suntikan modal baru.

Dari perspektif industri, kesulitan yang dialami Kodak menjadi studi kasus bagaimana perusahaan legendaris bisa terjebak dalam tekanan finansial meskipun telah bertransformasi dari bisnis inti tradisionalnya. Sejak keluar dari bisnis kamera konsumen dan film fotografi, Kodak memang mencoba bertahan melalui diversifikasi produk ke segmen industri, kesehatan, dan percetakan komersial. Namun, persaingan dari pemain global dengan skala produksi besar dan efisiensi tinggi membuat perusahaan harus bekerja ekstra keras untuk mempertahankan pangsa pasarnya.

Krisis ini juga menyoroti pentingnya manajemen risiko keuangan, terutama dalam mengelola struktur utang dan komitmen jangka panjang seperti program pensiun. Dalam konteks yang lebih luas, kondisi Kodak menggambarkan tantangan yang dihadapi banyak perusahaan manufaktur tua yang mencoba menyesuaikan diri dengan dunia yang semakin terdigitalisasi dan berorientasi pada layanan.

Meski situasinya terbilang genting, masih ada peluang bagi Kodak untuk keluar dari tekanan jika mampu mengambil langkah strategis dengan cepat. Penjualan aset non-inti, kemitraan strategis di pasar negara berkembang, atau bahkan merger dengan pemain lain di industri percetakan dan bahan industri dapat menjadi jalan keluar potensial. Selain itu, keberhasilan mengamankan pendanaan baru akan sangat menentukan kelangsungan operasional dalam jangka pendek.

Bagi para pemangku kepentingan, beberapa bulan ke depan akan menjadi periode krusial. Jika Kodak gagal mengatasi masalah arus kas dan jatuh tempo utang, skenario restrukturisasi paksa atau kebangkrutan bukanlah kemungkinan yang mustahil. Namun, jika langkah-langkah penghematan berhasil dan rencana pendanaan baru terealisasi, perusahaan mungkin masih memiliki peluang untuk mempertahankan posisinya di pasar yang semakin kompetitif.

Eastman Kodak kini berada di persimpangan jalan—antara berhasil bangkit melalui restrukturisasi agresif atau terseret lebih jauh ke dalam krisis keuangan. Sejarah panjangnya di industri fotografi memberi reputasi yang kuat, tetapi masa depan perusahaan akan sangat bergantung pada kecepatan dan efektivitas eksekusi strategi penyelamatan dalam waktu dekat.