(Business Lounge – Global News) Boeing telah menerima persetujuan penting dari otoritas persaingan usaha di Inggris untuk melanjutkan akuisisi Spirit AeroSystems senilai $4,7 miliar, sebuah langkah strategis yang diperkirakan akan rampung pada kuartal keempat tahun ini. Keputusan ini menandai tonggak penting dalam upaya Boeing untuk memperkuat kendali atas rantai pasokannya, terutama di tengah tekanan kualitas dan pengawasan regulator yang semakin ketat terhadap industri penerbangan global.
Menurut laporan Bloomberg dan Reuters, Competition and Markets Authority (CMA) di Inggris menyatakan bahwa kesepakatan tersebut tidak menimbulkan kekhawatiran signifikan terhadap persaingan di pasar. Spirit AeroSystems, yang berbasis di Wichita, Kansas, adalah salah satu pemasok terbesar Boeing, memproduksi komponen penting seperti badan pesawat dan bagian sayap untuk berbagai model jet komersial. Keputusan regulator Inggris ini diikuti dengan proses persetujuan serupa di yurisdiksi lain, termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa, yang menjadi langkah krusial menuju penyelesaian transaksi.
Bagi Boeing, akuisisi ini bukan sekadar ekspansi, tetapi merupakan respons terhadap tantangan rantai pasokan yang telah lama membayangi perusahaannya. Sejak insiden kecelakaan 737 MAX dan serangkaian masalah kualitas dalam beberapa tahun terakhir, Boeing berada di bawah sorotan ketat dari Federal Aviation Administration (FAA) dan badan pengatur lain. Mengintegrasikan Spirit AeroSystems secara langsung ke dalam operasi perusahaan diharapkan dapat memberikan kontrol lebih besar atas kualitas produksi, efisiensi manufaktur, dan keandalan pengiriman komponen.
The Wall Street Journal menekankan bahwa Spirit AeroSystems sebelumnya adalah bagian dari Boeing sebelum dipisahkan pada tahun 2005 dalam upaya restrukturisasi. Namun, setelah lebih dari satu dekade, hubungan antara keduanya tetap erat, mengingat Spirit menghasilkan sebagian besar komponen utama untuk pesawat Boeing. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan ini juga menjadi pemasok bagi Airbus, rival utama Boeing, yang menciptakan dinamika persaingan unik di industri penerbangan. Dengan akuisisi ini, Boeing harus menavigasi hubungan Spirit dengan Airbus, termasuk kontrak yang sedang berjalan dan implikasi jangka panjang bagi strategi Airbus sendiri.
Dari sisi finansial, kesepakatan senilai $4,7 miliar ini mencakup pembelian seluruh saham Spirit AeroSystems dan pelunasan sebagian utang perusahaan. Investor melihat langkah ini sebagai upaya Boeing untuk menstabilkan rantai pasok dan memulihkan reputasinya di mata maskapai dan penumpang. Analis dari Jefferies menyebutkan bahwa integrasi vertikal ini dapat mempercepat proses inovasi produk, mengurangi risiko keterlambatan pengiriman, dan memperkuat posisi Boeing di pasar pesawat narrow-body dan wide-body.
Namun, tantangan tetap ada. Spirit AeroSystems sempat menghadapi masalah kualitas yang signifikan, termasuk cacat struktural pada beberapa komponen 737 MAX yang mengakibatkan penundaan produksi. Mengintegrasikan operasi perusahaan ini ke dalam Boeing akan memerlukan investasi besar dalam perbaikan fasilitas, pelatihan tenaga kerja, dan penerapan standar kualitas yang lebih ketat. Selain itu, langkah ini juga memerlukan pengelolaan yang hati-hati terhadap hubungan industrial, mengingat sebagian besar tenaga kerja Spirit tergabung dalam serikat pekerja yang memiliki peran besar dalam negosiasi upah dan kondisi kerja.
Secara global, industri penerbangan tengah berada dalam fase pemulihan pascapandemi, dengan permintaan pesawat komersial kembali meningkat, terutama untuk rute jarak menengah dan jauh. Namun, pemulihan ini juga disertai tantangan seperti keterbatasan kapasitas produksi, biaya bahan baku yang tinggi, dan kelangkaan tenaga kerja terampil. Dalam konteks ini, langkah Boeing untuk memperkuat kontrol rantai pasoknya melalui akuisisi Spirit AeroSystems dipandang sebagai strategi proaktif untuk mengamankan kapasitas produksi jangka panjang.
Dari perspektif pasar modal, investor akan memantau sejauh mana akuisisi ini dapat memberikan keuntungan operasional yang nyata. Boeing telah berupaya memulihkan kinerjanya setelah kerugian besar yang dialami selama pandemi dan krisis 737 MAX. Financial Times mencatat bahwa laba Boeing masih tertekan akibat biaya produksi yang tinggi dan tuntutan hukum yang terus berjalan, sehingga keberhasilan integrasi Spirit menjadi faktor penentu bagi kesehatan keuangan perusahaan di tahun-tahun mendatang.
Tidak kalah penting, persetujuan dari otoritas persaingan di negara lain akan menjadi langkah selanjutnya sebelum kesepakatan resmi ditutup. Persetujuan di Inggris menjadi sinyal positif, namun otoritas di AS dan Eropa masih harus menilai dampak kesepakatan ini terhadap persaingan global, khususnya mengingat posisi Spirit sebagai pemasok bagi lebih dari satu produsen pesawat besar.
Jika semua persetujuan diperoleh sesuai jadwal, Boeing berencana menutup transaksi ini pada kuartal keempat 2025. Setelah itu, fokus utama akan bergeser pada proses integrasi, yang mencakup penyelarasan budaya kerja, sistem manajemen, dan proses produksi. Mengingat kompleksitas industri penerbangan, proses ini kemungkinan akan memakan waktu bertahun-tahun sebelum hasil optimal benar-benar terlihat.
Kesepakatan ini mencerminkan tren yang lebih luas di sektor manufaktur global, di mana perusahaan berupaya mengamankan rantai pasok melalui integrasi vertikal dan kepemilikan langsung. Bagi Boeing, keberhasilan atau kegagalan langkah ini akan menjadi tolok ukur bagi strategi masa depan dalam menghadapi persaingan ketat dengan Airbus, serta memenuhi permintaan pasar yang terus berkembang.
Dengan demikian, akuisisi Spirit AeroSystems senilai $4,7 miliar ini tidak hanya menjadi langkah bisnis biasa, tetapi juga taruhan besar bagi masa depan Boeing. Lampu hijau dari regulator Inggris memberikan awal yang positif, namun jalan menuju kesuksesan penuh masih panjang, penuh tantangan teknis, regulasi, dan operasional yang harus dihadapi.