blackstone asset management

Persiapan Keuangan: Panduan Praktis untuk Menghadapi Tahun 2026

(Business Lounge Journal – Finance)

Dalam beberapa waktu terakhir, berita ekonomi mungkin terasa sedikit campur aduk. Namun, daripada larut dalam kekhawatiran, ini adalah kesempatan tepat untuk meninjau kembali dan memperkuat kondisi keuangan Anda. Para perencana keuangan menyarankan agar kita mengambil langkah proaktif selagi penghasilan dan pekerjaan masih stabil. Ini bukan tentang panik, melainkan tentang membangun fondasi yang lebih kokoh untuk masa depan yang lebih tenang dan penuh harapan.

Mari kita bahas beberapa tips dari para ahli untuk membantu Anda merasa lebih percaya diri secara finansial.

1. Perkuat Dana Darurat Anda

Aturan umum untuk memiliki dana darurat sebesar tiga hingga enam bulan biaya hidup mungkin perlu ditinjau ulang. Kini, para ahli menyarankan untuk memiliki enam hingga dua belas bulan biaya pengeluaran yang disimpan di tempat yang aman dan mudah diakses, seperti rekening tabungan berimbal hasil tinggi – High-Yield Savings Account (HYSA) atau reksa dana pasar uang.

Travis Veenhuis, seorang perencana keuangan bersertifikat dari SGH Wealth Management, merekomendasikan kliennya untuk memiliki “enam hingga 12 bulan biaya pengeluaran yang disimpan di tempat yang aman dan likuid.” Mike Bisaro, presiden dan CEO Straightline Financial Planning, setuju bahwa memprioritaskan dana darurat sangat penting sebelum membereskan utang atau mengatur ulang portofolio saham Anda.

“Ketika orang-orang mungkin sedikit lebih rentan – mereka bekerja dengan kontrak yang mungkin tidak diperbarui atau jika mereka bekerja untuk perusahaan yang mungkin sangat terpengaruh oleh kondisi ekonomi – Anda ingin menjadi lebih agresif dengan tabungan,” kata Bisaro.

Pentingnya dana darurat ini tidak bisa diremehkan. Dana ini berfungsi sebagai bantalan pengaman yang memungkinkan Anda menghadapi kejadian tak terduga tanpa harus menambah utang baru. Mulailah dari yang kecil. “Bahkan Rp50.000 per hari bisa menghasilkan lebih dari Rp18 juta setahun dalam hal tabungan tambahan,” kata Veenhuis. Memulai adalah langkah terpenting.

2. Atasi Utang Berbunga Tinggi dengan Strategi

Banyak orang memiliki utang, terutama dari kartu kredit. Bahkan, hingga akhir Maret, masyarakat AS telah mengumpulkan utang kartu kredit yang mencengangkan, mencapai $1,18 triliun, dengan total beban utang rumah tangga sebesar $18,2 triliun, menurut data triwulanan dari Federal Reserve Bank of New York. Di Indonesia sendiri, meskipun angkanya berbeda, rasio utang rumah tangga terhadap PDB mencapai 16,20% pada kuartal keempat tahun 2024, menurut data dari TradingEconomics.com. Sementara itu, data dari CEIC menunjukkan Utang Rumah Tangga di Indonesia mencapai $135,178.3 juta pada Januari 2025. Data dari Bank Indonesia juga menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran cicilan masyarakat Indonesia terus meningkat, mencapai 10,7% pada Juli (tahun lalu), angka tertinggi sejak September 2021, seperti yang dilaporkan oleh CNBC Indonesia.

Dengan suku bunga kartu kredit yang bisa melebihi 20%, mengurangi utang adalah kunci untuk melewati masa-masa sulit. Prioritaskan untuk melunasi utang dengan bunga tertinggi terlebih dahulu, seperti kartu kredit Anda. Hal ini akan menghemat banyak uang dalam jangka panjang.

Veenhuis menyarankan aturan praktis: “Targetkan utang bunga tertinggi Anda terlebih dahulu. Melunasi hal-hal seperti kartu kredit Anda dengan bunga 20% biasanya merupakan tempat yang baik untuk memulai.” Bisaro mendukung pendekatan “debt snowball” yang dimodifikasi, fokus pada saldo yang lebih kecil terlebih dahulu, yang dapat memotivasi Anda untuk terus maju.

Kedua ahli setuju bahwa membangun dana darurat Anda terlebih dahulu adalah kuncinya, bahkan jika itu berarti memprioritaskan hal itu di atas pembayaran utang tertentu. Meskipun demikian, pastikan untuk tetap melakukan pembayaran minimum pada semua akun utang Anda agar tidak menunggak. “Pembentukan dana darurat benar-benar harus menjadi langkah pertama untuk proses konsolidasi utang atau pelunasan utang,” kata Bisaro. “Ketika sesuatu yang tidak terduga terjadi, Anda tidak perlu langsung kembali menggunakan kartu atau kembali berutang untuk menanganinya.”

3. Tetap Tenang dengan Portofolio Investasi Anda

Pergerakan pasar yang fluktuatif bisa memicu keputusan emosional, seperti menjual saham atau menarik investasi. Namun, para ahli menekankan pentingnya tetap berpegang pada strategi investasi jangka panjang Anda. Mengubah rencana secara drastis berdasarkan berita utama bisa menjadi kesalahan besar.

“Jika Anda sudah memiliki rencana yang diarahkan untuk memenuhi tujuan keuangan jangka panjang Anda, saya akan mengatakan bahwa mengubah toleransi risiko Anda secara substansial atau menjual sejumlah besar saham pada saat-saat itu adalah kesalahan besar,” kata Veenhuis. Ia menunjukkan bahwa rata-rata pengembalian pasar saham untuk AS dua tahun setelah resesi dimulai “sebenarnya positif 8,8%.”

Di Indonesia, para ahli keuangan juga sepakat bahwa disiplin dan kesabaran adalah kunci utama dalam investasi jangka panjang, terutama saat pasar bergejolak. DBS menekankan pentingnya tidak tergoda untuk melakukan perubahan impulsif saat melihat fluktuasi pasar dan tidak memusingkan hal-hal kecil seperti pergerakan harga harian, melainkan fokus pada gambaran besar pertumbuhan jangka panjang.

Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) juga menyarankan untuk mempertahankan perspektif jangka panjang dan memanfaatkan kemunduran pasar untuk membangun portofolio yang tangguh, tanpa berusaha memprediksi waktu pasar dengan sempurna. Mereka juga menyarankan diversifikasi portofolio untuk mengurangi risiko, yaitu dengan menyebarkan investasi ke berbagai sektor dan jenis aset, seperti uang tunai, obligasi, saham, reksa dana, mata uang asing, emas, atau properti, seperti yang dijelaskan oleh Manulife Indonesia.

Sementara itu, Bisaro menekankan pentingnya memahami toleransi risiko Anda. “Anda harus memahami strategi jangka panjang apa yang paling cocok untuk Anda […], dan menolak godaan untuk mengubahnya secara radikal berdasarkan hal-hal yang mungkin ada di luar sana.”

4. Fokus pada Apa yang Bisa Anda Kontrol: Anggaran dan Pengeluaran

Dengan biaya kebutuhan sehari-hari yang mungkin meningkat, meninjau kembali pengeluaran yang tidak penting menjadi penting. “Anda tidak bisa berhenti makan, Anda tidak bisa berhenti pergi ke dokter,” kata Bisaro, menambahkan bahwa melakukan pemotongan pengeluaran sementara dapat memberikan ruang napas yang sangat dibutuhkan dalam anggaran bulanan Anda.

Veenhuis menyarankan untuk melihat biaya kendaraan dan perjalanan sebagai area potensial untuk memotong pengeluaran. Tujuannya adalah hidup sesuai kemampuan Anda dan “mengadopsi gaya hidup yang benar-benar selaras dengan penghasilan Anda,” katanya. Ini adalah tentang memastikan Anda memiliki fleksibilitas finansial jika ada perubahan pendapatan.

5. Diversifikasi Sumber Pendapatan Anda

Meskipun pekerjaan Anda saat ini stabil, memiliki lebih dari satu sumber pendapatan dapat memberikan keamanan finansial tambahan. Itu sebabnya memiliki banyak aliran pendapatan dapat membantu memperkuat posisi keuangan Anda sehingga Anda tidak kelabakan jika kehilangan pekerjaan utama Anda, kata Veenhuis.

Pertimbangkan untuk memulai usaha sampingan (side hustle) yang sesuai dengan minat Anda, seperti fotografi lepas, konsultasi, atau menulis. Pendapatan tambahan ini bisa dialokasikan untuk memperkuat tabungan atau melunasi utang.

Selain itu, selalu siapkan diri Anda untuk peluang karier di masa depan. Veenhuis merekomendasikan untuk menjaga resume Anda tetap terbaru dan rapi, meningkatkan keterampilan dengan berinvestasi dalam sertifikasi, dan bahkan menggunakan alat AI untuk menemukan sertifikasi atau pelatihan yang relevan di bidang karier Anda. Ini akan membantu Anda tetap relevan dan siap menghadapi perubahan.

6. Hindari Mencoba Memprediksi Pasar Properti

Bagi Anda yang berencana membeli rumah, mungkin tergoda untuk menunggu “waktu yang tepat” di pasar properti. Namun, setiap analis perumahan akan memberi tahu Anda bahwa menunggu suku bunga hipotek secara ajaib turun atau penurunan harga rumah yang didorong resesi adalah tindakan yang sia-sia, baik di AS maupun di Indonesia. Di Amerika Serikat, menurut data Freddie Mac, suku bunga hipotek tetap berada di atas 6,5% sejauh ini pada tahun 2025 dan diproyeksikan akan tetap di sana meskipun proyeksi awal menunjukkan akan berakhir di bawah 6%. Kondisi di sana juga menunjukkan apresiasi harga rumah nasional telah melambat, namun ketersediaan rumah terjangkau masih menjadi tantangan.

Bagaimana dengan Indonesia? Situasinya memiliki beberapa kemiripan. Pasar properti di Indonesia juga sangat dipengaruhi oleh suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan kebijakan perbankan. Meskipun ada keinginan untuk menunggu suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) turun atau harga properti koreksi, para ahli menyarankan kehati-hatian. Menurut Bank Indonesia, suku bunga acuan (BI-Rate) saat ini masih dipertahankan pada level yang cukup tinggi untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan mengendalikan inflasi. Hal ini berdampak langsung pada suku bunga KPR yang cenderung stabil atau bahkan naik. Menunggu penurunan signifikan bisa menjadi penantian yang panjang dan tidak pasti.

Selain itu, permintaan akan properti, terutama di segmen menengah ke bawah, tetap tinggi di kota-kota besar Indonesia, meskipun ada perlambatan pertumbuhan harga di beberapa area. Ketersediaan lahan dan biaya konstruksi yang terus meningkat juga menjadi faktor yang menahan penurunan harga properti secara drastis.

Mike Bisaro dari Straightline Financial Planning mengatakan, “Tidak hanya sangat tidak mungkin, Anda juga tidak menginginkan kondisi ekonomi yang dibutuhkan agar hal itu terjadi.” Pernyataan ini berlaku universal; penurunan harga properti yang drastis seringkali disertai dengan kondisi ekonomi yang sulit, seperti peningkatan PHK atau ketidakpastian pendapatan, yang justru membuat kepemilikan rumah menjadi lebih menantang.

Jadi, daripada mencoba memprediksi pasar, fokuslah pada kesiapan finansial pribadi Anda. Pertimbangkan kemampuan membayar cicilan, kondisi keuangan jangka panjang, dan kebutuhan akan tempat tinggal, bukan semata-mata menunggu kondisi pasar yang sempurna yang mungkin tidak pernah datang.

7. Tetap Tenang dan Rasional

Kesalahan terbesar yang sering terjadi adalah mengambil keputusan berdasarkan ketakutan. “Membuat keputusan yang terinformasi adalah bagian terpenting,” kata Veenhuis. “Jika Anda menjual pada titik terendah, Anda akan kehilangan pemulihan yang akan datang setelahnya.”

Bisaro mencatat bahwa sebagian besar perannya sebagai perencana keuangan melibatkan “menenangkan orang dan menjelaskan bagaimana sejarah bekerja dalam situasi ini.”

Terlepas dari itu, jika Anda merasa khawatir tentang situasi keuangan Anda, selalu lebih baik untuk menghadapinya dengan kepala dingin daripada terbawa emosi.

Langkah Selanjutnya

Mempersiapkan diri menghadapi ketidakpastian ekonomi bukanlah tentang meramal masa depan. Ini tentang membangun ketahanan finansial sehingga guncangan seperti kehilangan pekerjaan atau resesi tidak menempatkan Anda dalam posisi yang genting.

“Banyak pekerjaan itu dilakukan sejak awal dalam hal mempersiapkan diri Anda untuk momen seperti itu,” kata Veenhuis. “Ambil langkah-langkah yang memadai sementara itu untuk membangun dana darurat yang sehat, melunasi utang bunga tinggi itu, tetap perbarui resume Anda, tambahkan sertifikasi baru. Semua faktor tersebut digabungkan akan membuat Anda melewati jalan bergelombang di depan.”

Yang terpenting dari semuanya? Jangan biarkan ketidakpastian melumpuhkan Anda. Mulailah dari mana Anda berada, dengan apa yang Anda miliki, dan bangun dari sana. Jika Anda membutuhkan panduan lebih lanjut, mencari perencana keuangan yang bekerja sebagai fidusia (yang mengutamakan kepentingan terbaik Anda) bisa menjadi langkah yang sangat membantu.

“Penasihat yang baik adalah seorang guru, jadi jangan meremehkan perasaan Anda dan perasaan yang disampaikan orang itu kepada Anda, karena hal-hal itu penting,” kata Bisaro. “Jika mereka tidak meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan Anda dengan benar dan lengkap dengan cara yang Anda pahami, itu bukan dasar yang baik untuk hubungan tersebut.”