LVMH, konglomerat barang mewah terbesar di dunia, sedang menjajaki opsi untuk menjual salah satu merek modenya, Marc Jacobs, dengan nilai transaksi yang diperkirakan mendekati satu miliar dolar AS. Diskusi mengenai potensi penjualan ini sedang berlangsung dengan sejumlah pihak, termasuk Authentic Brands Group yang saat ini juga memiliki Reebok, Bluestar Alliance, serta WHP Global, pemilik merek Vera Wang. Seperti diberitakan oleh The Wall Street Journal dan dikonfirmasi oleh Financial Times, pembicaraan ini masih berada dalam tahap awal, dan belum ada keputusan final yang diambil oleh LVMH.
Langkah ini dianggap sebagai bagian dari upaya LVMH untuk lebih menyederhanakan portofolionya dan fokus pada merek-merek dengan skala global serta margin yang lebih tinggi. Marc Jacobs, meskipun dikenal luas dan memiliki pengikut setia di industri mode, belum sepenuhnya menjadi pendorong pendapatan utama bagi grup asal Prancis tersebut. Sejak diakuisisi pada tahun 1997, Marc Jacobs telah melalui beberapa fase transformasi, termasuk peluncuran lini produk parfum seperti Daisy serta popularitas aksesori seperti Tote Bag yang menjadi fenomena viral dalam beberapa tahun terakhir. Meski begitu, performa finansialnya masih tertinggal dibandingkan dengan merek-merek ikonik lain di bawah LVMH seperti Louis Vuitton, Dior, atau Celine.
Menurut laporan Business of Fashion, penjualan Marc Jacobs pada tahun 2023 hampir mencapai €600 juta. Kinerja ini tergolong stabil, terutama di tengah tantangan global yang dihadapi sektor barang mewah akibat perlambatan ekonomi, terutama di China dan Amerika Serikat. Namun bagi LVMH, yang telah menargetkan pertumbuhan berkelanjutan dari merek unggulan, menjaga merek yang tidak sepenuhnya mendukung ambisi skala global mereka mungkin tidak lagi menjadi prioritas strategis.
Konteks industri juga memperlihatkan tren konsolidasi, di mana perusahaan investasi seperti Authentic Brands dan WHP Global aktif mengakuisisi merek-merek yang memiliki nilai warisan dan potensi untuk direvitalisasi secara komersial. Jika akuisisi ini terjadi, Marc Jacobs kemungkinan akan beralih ke strategi lisensi dan distribusi global yang agresif, sejalan dengan pendekatan yang dilakukan Authentic Brands terhadap Reebok dan Forever 21. Dalam jangka pendek, langkah ini bisa membuka peluang baru bagi Marc Jacobs untuk menumbuhkan basis konsumen di luar pasar tradisionalnya.
Dari sisi pasar keuangan, langkah ini dibaca sebagai upaya LVMH dalam mempertahankan kekuatan neraca dan efisiensi operasional. Saham LVMH sendiri telah mengalami koreksi sekitar 19 persen sepanjang tahun ini, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap ketahanan konsumsi barang mewah di tengah tekanan ekonomi global dan tingkat suku bunga yang tinggi. Meski demikian, LVMH tetap mencatatkan margin operasional yang sehat dan berhasil mempertahankan laba dari divisi fashion & leather goods di atas €9 miliar pada semester pertama 2025.
Jika kesepakatan ini terealisasi, maka ini bukanlah kali pertama LVMH melepas kepemilikan merek fesyen. Sebelumnya, LVMH menjual Donna Karan dan DKNY pada tahun 2016 kepada G-III Apparel Group seharga US$650 juta. Dalam beberapa tahun terakhir, LVMH juga telah merampingkan portofolionya dengan berpisah dari merek seperti Off-White dan Stella McCartney. Strategi ini mencerminkan filosofi Bernard Arnault dalam mengelola hanya merek yang memberikan nilai tambah jangka panjang terhadap portofolio utama grup.
Langkah untuk melepas Marc Jacobs juga dapat dilihat sebagai respons terhadap lanskap kompetitif baru di mana merek-merek mewah menengah menghadapi tantangan dalam mempertahankan eksklusivitas sekaligus menjangkau pasar yang lebih luas. Posisi Marc Jacobs sebagai merek affordable luxury membuatnya berada di titik rawan, terutama di tengah bergesernya preferensi konsumen menuju brand yang memiliki narasi kuat, inovasi desain, dan ekosistem digital yang canggih.
Dengan latar belakang tersebut, keputusan LVMH untuk mengevaluasi kembali kepemilikan terhadap Marc Jacobs merupakan cerminan dari dinamika bisnis yang lebih luas dalam industri barang mewah. Dalam dunia di mana kejelasan merek, efisiensi modal, dan daya saing global menjadi faktor utama, hanya merek-merek dengan visi jangka panjang yang akan bertahan. Marc Jacobs, yang pernah menjadi jantung kreativitas LVMH, kini berada di ambang fase baru yang dapat mendefinisikan ulang perjalanannya di pasar global.