(Business Lounge Journal – Global News)
Google kembali menunjukkan keseriusannya dalam membangun dominasi di pasar komputasi awan. Setelah membukukan pendapatan kuartal kedua yang melampaui ekspektasi analis, Alphabet Inc.—induk usaha Google—mengumumkan rencana investasi tambahan sebesar USD 10 miliar (sekitar Rp160 triliun) untuk mempercepat pertumbuhan Google Cloud hingga akhir tahun 2025.
Langkah ini menandai komitmen Alphabet terhadap segmen cloud yang kian strategis dalam lanskap digital global. Pada kuartal kedua 2025, Google Cloud mencatat pendapatan sebesar USD 13,6 miliar, tumbuh 32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tak hanya itu, perusahaan juga mengungkapkan backlog atau proyek yang telah dikontrak namun belum ditagihkan senilai USD 106 miliar.
“Permintaan terhadap layanan cloud kami meningkat signifikan. Dengan momentum ini, kami meningkatkan belanja modal (capex) untuk tahun 2025 menjadi sekitar USD 85 miliar,” ungkap CEO Alphabet, Sundar Pichai.
Belanja Infrastruktur Besar-Besaran
Alphabet mencatatkan belanja modal sebesar USD 22,4 miliar di kuartal ini, dengan dua pertiga dialokasikan untuk server dan sisanya untuk pembangunan pusat data serta perangkat jaringan. CFO Google, Anat Ashkenazi, menjelaskan bahwa lonjakan investasi ini akan berdampak langsung pada tekanan laba-rugi perusahaan, terutama dalam bentuk depresiasi yang meningkat. Depresiasi naik USD 1,3 miliar dibanding tahun lalu menjadi USD 5 miliar, naik 35% secara tahunan.
Namun demikian, Ashkenazi menekankan bahwa pertumbuhan Google Cloud tidak dapat dilihat secara linier karena banyak faktor, termasuk waktu penyelesaian infrastruktur baru. Ia juga mencatat bahwa pasar cloud akan tetap berada dalam “kondisi permintaan yang ketat” hingga memasuki tahun 2026.
Google Cloud: Pemain Ketiga yang Kian Serius
Meskipun saat ini Google Cloud masih berada di posisi ketiga dalam pangsa pasar cloud global, di bawah Amazon Web Services (AWS) dan Microsoft Azure, potensi pertumbuhan masih terbuka lebar. “Dengan tingkat penetrasi cloud di kalangan enterprise baru 15–20% dan potensi penerapan AI, peluang Google sangat besar,” kata analis dari Pivotal Research Group, Jeffrey Wlodarczak.
Namun ia juga mengingatkan akan tantangan yang dapat memperlambat adopsi cloud, seperti risiko keamanan dan biaya transisi yang tidak kecil.
Reaksi Pasar
Di tengah kabar baik dari pertumbuhan pendapatan cloud, pasar saham sempat bereaksi fluktuatif. Saham Alphabet ditutup di angka USD 191,51 pada hari Rabu, sempat naik ke USD 197,89 keesokan harinya, namun kembali turun dan ditutup di USD 193,20.
Meskipun belanja modal yang meningkat mengejutkan banyak analis, sebagian pelaku pasar melihat hal ini sebagai sinyal positif atas kepercayaan Google terhadap potensi masa depan layanan cloud-nya. “Kuartal ini luar biasa bagi Google. Lompatan capex mungkin mengejutkan, tapi itu juga menunjukkan betapa seriusnya mereka dalam bersaing,” ujar Dave Wagner dari Aptus Capital Advisors.