(Business Lounge Journal – General Management)
Di tengah arus disrupsi yang terus mengubah lanskap bisnis global, hanya sedikit perusahaan yang mampu menjaga relevansi tanpa kehilangan akarnya. Procter & Gamble (P&G), perusahaan multinasional yang telah eksis lebih dari 180 tahun, membuktikan bahwa ukuran besar tidak harus menjadi penghambat inovasi. Melalui InQbet, pusat akselerator inovasi yang mereka dirikan di Brussels, P&G memberikan contoh konkret bagaimana perusahaan besar dapat bersinergi dengan startup untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan, cerdas, dan konsumen-sentris.
InQbet: Strategi Inovasi Terbuka yang Terstruktur
P&G tidak hanya memposisikan InQbet sebagai pusat inovasi, tetapi sebagai katalis disrupsi konstruktif (constructive disruption)—sebuah prinsip yang menjadi bagian dari filosofi manajemen P&G saat ini. Prinsip ini mengajak seluruh lini organisasi untuk tidak takut merombak cara kerja lama demi menjawab tantangan baru, namun tetap dengan pendekatan yang sistematis dan terukur.
Melalui model venture-client, P&G membuka diri terhadap kolaborasi dengan perusahaan rintisan dan UKM teknologi yang memiliki solusi inovatif. Berbeda dengan model inkubator biasa, venture-client memungkinkan P&G menjadi klien pertama dari startup tersebut, memberikan ruang uji coba nyata bagi teknologi mereka dalam konteks industri FMCG. Jika berhasil, kerja sama ini dapat berlanjut ke tahap integrasi yang lebih dalam, bahkan menciptakan produk baru bersama.
Ini memberikan pelajaran penting bagi ekosistem bisnis Indonesia: inovasi tidak harus dibangun sendiri. Justru dengan membangun jembatan kolaborasi, perusahaan besar dapat mengakses ide-ide segar, teknologi mutakhir, dan kelincahan operasional yang seringkali hanya dimiliki oleh startup.
Fasilitas Nyata untuk Eksperimen Nyata
Salah satu kekuatan utama InQbet terletak pada infrastrukturnya. Ini bukan sekadar ruang kerja bersama atau laboratorium teknologi tinggi, tetapi lingkungan eksperimen terpadu yang menggabungkan riset konsumen, prototyping, hingga produksi skala kecil. Di antara fasilitas yang tersedia, tiga yang paling mencolok adalah:
- Consumer Lounge: Di sini, tim pengembang dapat mengamati langsung bagaimana konsumen menggunakan produk dalam konteks rumah tangga mereka. Observasi ini menjadi dasar untuk memahami kebutuhan yang belum terungkap dan mengembangkan solusi yang benar-benar relevan.
- Prototyping Space: Merupakan ruang untuk menciptakan versi awal produk dan melakukan iterasi cepat. Inilah tempat di mana ide bertemu realitas.
- Pilot Production Facility: Fasilitas ini memungkinkan uji coba produksi dalam skala terbatas, yang menjadi jembatan antara pengembangan dan komersialisasi. Di sinilah inovasi diuji di pasar nyata.
Bagi perusahaan Indonesia, terutama yang sedang mengembangkan unit R&D, pendekatan ini menegaskan pentingnya membangun kapabilitas uji coba yang terintegrasi. Terlalu banyak ide yang gagal bukan karena buruk, tetapi karena tidak pernah sempat diuji di lingkungan nyata.
Empat Proyek Masa Depan: Ketika Inovasi Menyentuh Isu Global
InQbet bukan hanya tentang menciptakan produk baru, tetapi juga menjawab isu-isu besar seperti perubahan iklim, efisiensi energi, dan krisis air. Berikut adalah empat proyek unggulan mereka yang layak dicermati:
- i-SUHO (Irresistibly Superior and Sustainable Home): Proyek ini menciptakan rumah masa depan yang dilengkapi sensor pintar untuk merekam kebiasaan konsumen saat mencuci pakaian, mencuci piring, atau membersihkan rumah. Data ini akan digunakan untuk menciptakan produk yang lebih efisien air dan energi—sejalan dengan inisiatif global 50L Home yang mendorong penghematan air di kota-kota besar.
- ICO₂NIC: Mengubah limbah CO₂ industri menjadi bahan kimia bernilai lewat teknologi carbon capture dan synthetic biology. Proyek ini tidak hanya membantu mengurangi jejak karbon P&G, tetapi juga membuka kemungkinan baru dalam ekonomi sirkular.
- RADAR: Proyek bersama Uni Eropa untuk menciptakan senyawa terbarukan yang dapat menggantikan bahan kimia tradisional pada deterjen. Pendekatan ini mengintegrasikan prinsip Safe and Sustainable by Design (SSbD), yang mengedepankan keselamatan lingkungan sejak tahap awal desain produk.
- SurfToGreen: Fokus pada pengembangan surfaktan dan polimer dari limbah pertanian dan kehutanan, untuk digunakan dalam produk pewangi rumah. Inilah bentuk inovasi berbasis bio yang memperlihatkan bagaimana limbah bisa menjadi sumber daya baru.
Beberapa keberhasilan InQbet: pada Juli 2025, postingan resmi P&G di LinkedIn menyitir InQbet sebagai komponen penting dalam transformasi digital dan inovasi berkelanjutan perusahaan. Disebutkan sejumlah teknologi baru telah diuji—mulai dari AI untuk memprediksi perilaku konsumen hingga sensor untuk meningkatkan keselamatan manufaktur dan penggunaan teknologi terbarukan—melalui InQbet Accelerator.
Selain itu, P&G melaporkan merek-mereknya telah mendominasi daftar “New Products Pacesetters” tahun 2024, dengan empat produk masuk ke Top 10 di AS, termasuk Charmin Ultra Soft Smooth Tear di peringkat pertama dari 200 produk non-makanan. Sementara ini bukan dampak langsung dari InQbet, perannya dalam menjaring teknologi baru (misalnya AI dan sustainable materials) turut menopang lini produk konsumen ini.
Dari proyek-proyek yang dimiliki P&G ini, jelas bahwa inovasi masa depan tidak bisa lepas dari prinsip keberlanjutan. P&G tidak hanya menyesuaikan diri dengan regulasi lingkungan, tetapi menjadikan keberlanjutan sebagai sumber daya strategis untuk diferensiasi produk dan nilai merek.
Implikasi Bagi Dunia Bisnis Indonesia
Apa yang dilakukan P&G melalui InQbet dapat menjadi inspirasi langsung bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia—baik perusahaan besar, BUMN, maupun startup teknologi. Ada lima pelajaran strategis yang bisa diambil:
- Buka Pintu Kolaborasi: Jangan menutup diri dari ekosistem luar. Kolaborasi dengan startup bisa menghasilkan solusi yang lebih cepat, fleksibel, dan hemat biaya.
- Bangun Infrastruktur Eksperimen: Inovasi tanpa uji coba hanya akan berakhir di atas kertas. Investasi dalam fasilitas prototyping dan observasi konsumen bisa mempercepat siklus belajar.
- Sisipkan Sustainability sejak Awal: Jangan menjadikan keberlanjutan sebagai tambahan, melainkan sebagai bagian dari desain dan strategi produk sejak awal.
- Berani Mengadopsi Model Baru: Venture-client adalah model yang belum banyak diadopsi di Indonesia. Namun ini bisa menjadi cara efektif bagi korporasi untuk ‘belanja teknologi’ tanpa perlu akuisisi.
- Inovasi Bukan Proyek, Tapi Budaya: P&G menanamkan pola pikir constructive disruption sebagai budaya organisasi. Ini adalah investasi jangka panjang dalam mindset, bukan hanya teknologi.
Siapkah Kita Membangun InQbet versi Indonesia?
Dengan sumber daya manusia yang besar, jumlah startup yang terus bertumbuh, dan kebutuhan untuk beradaptasi terhadap tantangan iklim serta digitalisasi, Indonesia memiliki potensi besar untuk membangun pusat-pusat inovasi kolaboratif seperti InQbet. Namun keberhasilan tidak akan datang dari infrastruktur semata. Diperlukan komitmen, pola pikir terbuka, dan keberanian untuk mengubah cara kita menjalankan bisnis.
P&G melalui InQbet telah membuktikan bahwa disrupsi tidak harus merusak—jika diarahkan dengan benar, ia bisa menjadi kekuatan konstruktif yang menciptakan masa depan yang lebih baik.
Apakah bisnis Anda siap menyambut era constructive disruption?

