(Business Lounge Journal – Global News)
Di tengah tekanan geopolitik dan persaingan teknologi yang makin ketat, Apple akhirnya mencatatkan angin segar dari pasar Tiongkok. Laporan terbaru dari Counterpoint Research menunjukkan bahwa penjualan iPhone di China tumbuh sebesar 8% secara tahunan pada kuartal kedua 2025—pertumbuhan pertama sejak kuartal kedua 2023.
Namun, euforia ini perlu dibaca dengan cermat. Pasalnya, Huawei, pesaing utama Apple di pasar domestik China, berhasil mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi, yaitu 12% di periode yang sama. Ini menunjukkan bahwa meskipun Apple mulai bangkit, dominasi Huawei belum tergoyahkan.
Strategi Diskon dan Momentum Festival 618
Apple bukan tanpa strategi. Pada bulan Mei, perusahaan asal Cupertino ini menurunkan harga iPhone di China, hanya sepekan menjelang festival belanja besar-besaran 618—salah satu momen ritel tahunan paling penting di China, selain Singles’ Day (11.11).
“Penyesuaian harga iPhone di bulan Mei dilakukan dengan waktu yang tepat dan mendapat sambutan positif dari pasar,” ujar Ethan Qi, Associate Director di Counterpoint Research.
Apple bahkan menawarkan diskon hingga 2.530 yuan (setara US$351) untuk iPhone 16 di berbagai platform e-commerce China, menurut laporan Reuters. Tidak hanya itu, Apple juga menaikkan nilai trade-in untuk iPhone lama, memberikan insentif tambahan bagi pengguna yang ingin upgrade.
Hasilnya, selama periode festival 618, Apple berhasil meraih posisi puncak dalam penjualan smartphone. Namun perlu dicatat, ini adalah kemenangan taktis—sementara secara strategis, Huawei terus mengokohkan pijakannya.
Loyalitas Pengguna Jadi Senjata Huawei
Keberhasilan Huawei mempertahankan laju pertumbuhan di pasar domestik banyak dikaitkan dengan loyalitas basis pengguna mereka. Di tengah keterbatasan akses terhadap teknologi AS yang dialami sejak sanksi diberlakukan, Huawei mampu mengembangkan chip dan ekosistem sendiri yang makin kompetitif.
“Huawei masih menikmati dukungan tinggi dari basis penggunanya, yang kini mulai mengganti perangkat lama mereka dengan rilisan terbaru dari Huawei,” jelas Ivan Lam, Senior Analyst di Counterpoint.
Faktor lain yang memperkuat posisi Huawei adalah persepsi nasionalisme teknologi di kalangan konsumen China. Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak konsumen lokal yang secara sadar memilih produk dalam negeri sebagai bentuk dukungan terhadap industri teknologi nasional.
Peta Kompetisi yang Berubah
Secara keseluruhan, pasar smartphone China mengalami pertumbuhan positif. IDC mencatat pengiriman smartphone meningkat sebesar 8,9% secara tahunan pada kuartal kedua 2024, didorong oleh performa kuat dari berbagai brand lokal seperti Huawei, Xiaomi, dan Honor.
Sementara itu, kompetitor seperti Vivo mengalami penurunan penjualan sebesar 9%, menunjukkan bahwa lanskap kompetisi di pasar ini sangat dinamis.
Bagi Apple, ini berarti tantangan ganda: selain harus menjaga momentum pertumbuhan, mereka juga perlu beradaptasi dengan realitas pasar yang terus berubah—di mana konsumen semakin sensitif terhadap harga, sangat aktif di platform digital lokal, dan makin tertarik dengan brand yang menawarkan ekosistem menyeluruh, termasuk layanan berbasis AI dan 5G.
Apa yang Bisa Dipelajari?
Kisah ini mencerminkan pentingnya pemahaman mendalam terhadap perilaku konsumen lokal. Apple, dengan kekuatan global brand dan loyalitas tinggi di pasar premium, tetap harus merespons dinamika lokal dengan cermat—baik melalui strategi penetapan harga, kerja sama platform lokal, maupun pendekatan komunikasi yang lebih membumi.
Sementara Huawei menunjukkan bahwa keberhasilan di pasar domestik bukan hanya soal harga atau spesifikasi, tetapi juga soal identitas, keterikatan emosional, dan kemampuan membangun ekosistem teknologi yang terintegrasi.
Pertarungan ini belum selesai—dan justru makin menarik. Pertumbuhan Apple menunjukkan bahwa merek global masih memiliki tempat di China, tetapi untuk tetap relevan, pendekatannya harus lebih lokal dari sebelumnya.