(Business Lounge – Technology) Meta Platforms Inc. kembali menunjukkan keseriusannya dalam perlombaan pengembangan kecerdasan buatan tingkat tinggi dengan merekrut tiga peneliti senior dari OpenAI. Langkah ini menandai eskalasi terbaru dalam kompetisi merekrut talenta AI terbaik dunia, ketika raksasa-raksasa teknologi berlomba-lomba membangun sistem kecerdasan buatan yang bukan hanya cerdas, tetapi mendekati atau bahkan melampaui kecerdasan manusia.
Tiga nama yang pindah dari OpenAI ke Meta adalah Lucas Beyer, Alexander Kolesnikov, dan Xiaohua Zhai—tiga peneliti top di bidang pembelajaran mesin dan visi komputer. Ketiganya sebelumnya bekerja di Google Brain sebelum bergabung ke OpenAI, dan dikenal luas di komunitas ilmiah sebagai arsitek utama di balik proyek-proyek model skala besar berbasis data visual.
Menurut laporan The Wall Street Journal, ketiganya kini akan bekerja di bawah tim Fundamental AI Research (FAIR) milik Meta, khususnya dalam upaya membangun sistem superintelligence—AI dengan kemampuan pemahaman dan pengambilan keputusan yang melampaui kapasitas manusia rata-rata. Langkah Meta ini datang tidak lama setelah Mark Zuckerberg mengumumkan bahwa perusahaan akan menyatukan seluruh infrastruktur AI-nya—termasuk model bahasa, robotika, dan metaverse—dalam satu inisiatif besar untuk membangun apa yang disebutnya sebagai “open superintelligence”.
Meta tampaknya semakin yakin bahwa AI adalah medan tempur strategis berikutnya. Di tengah stagnasi pertumbuhan iklan digital dan ambiguitas arah metaverse, perusahaan ini mengalihkan sumber daya besar-besaran ke proyek AI generatif dan foundation models. Rekrutmen dari OpenAI menunjukkan bahwa Meta tidak hanya membangun dari dalam, tetapi juga siap mengimpor keahlian eksternal demi mempercepat jalur teknis dan memperkuat legitimasi riset mereka.
Beyer, Kolesnikov, dan Zhai dikenal sebagai pionir dalam pengembangan model ViT (Vision Transformer), yang merevolusi pendekatan terhadap pengenalan gambar menggunakan arsitektur serupa transformer yang sebelumnya hanya digunakan dalam pemrosesan bahasa alami. Kontribusi mereka telah banyak digunakan dalam pengembangan model multimodal—sistem AI yang bisa mengolah dan memahami input berupa teks, gambar, dan suara secara bersamaan.
Ketiganya juga berperan penting dalam eksperimen skalabilitas model, optimisasi efisiensi training, dan pengujian keamanan model terhadap bias algoritmik serta kebocoran data. Kehadiran mereka di Meta dapat memperkuat daya saing perusahaan dalam menghadapi model multimodal buatan pesaing seperti GPT-4o dari OpenAI, Gemini dari Google, dan Claude dari Anthropic.
Sumber internal yang dikutip oleh Bloomberg menyebut bahwa proses rekrutmen ini berlangsung cepat dan melibatkan tawaran kompensasi yang sangat kompetitif, termasuk kebebasan riset, infrastruktur superkomputer berbasis chip Nvidia H100 dan pelatihan model berskala triliunan parameter. Meta sendiri baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka akan memiliki lebih dari 350.000 chip GPU canggih pada akhir tahun ini—kapasitas yang sebanding dengan ambisi membangun sistem AI setingkat manusia.
Namun langkah Meta ini juga memperkuat kekhawatiran yang berkembang di kalangan peneliti AI global: bahwa talenta AI terbaik dunia kini tersedot ke dalam ekosistem tertutup perusahaan besar, meninggalkan komunitas akademik dan riset terbuka dengan kekurangan sumber daya. Banyak suara dalam komunitas riset menyerukan perlunya kerangka etika dan regulasi untuk memastikan bahwa pengembangan superintelligence tidak hanya dikuasai oleh segelintir entitas korporat yang termotivasi oleh nilai pasar.
Perebutan talenta AI telah menjadi medan kompetisi strategis sejak 2022, ketika model besar seperti ChatGPT dan DALL·E mulai menarik perhatian publik secara luas. Sejak itu, perusahaan teknologi seperti Microsoft, Amazon, Google, dan Meta terus menaikkan taruhan, baik dalam bentuk dana riset miliaran dolar, kerja sama dengan universitas, hingga akuisisi startup kecil yang menyimpan aset intelektual berharga.
Khusus bagi Meta, langkah ini merupakan bagian dari transformasi lebih luas untuk memosisikan dirinya sebagai pemimpin di era AI, menggantikan ketergantungan historis pada pertumbuhan media sosial dan platform periklanan. Zuckerberg bahkan telah menyatakan dalam berbagai forum internal bahwa ia ingin menjadikan AI sebagai “lapisan dasar” dari seluruh produk dan layanan Meta, dari WhatsApp hingga headset VR.
Rekrutmen dari OpenAI juga menimbulkan pertanyaan seputar dinamika internal di dalam OpenAI sendiri, yang tahun ini mengalami berbagai ketegangan terkait arah perusahaan, kepemimpinan, serta pengaruh Microsoft sebagai investor terbesar. Meskipun tidak ada indikasi bahwa ketiga peneliti tersebut keluar karena konflik internal, fakta bahwa mereka memilih Meta—perusahaan pesaing langsung—mengisyaratkan adanya pergeseran daya tarik di antara para elite riset AI.
Bagi Meta, keberhasilan merekrut Beyer, Kolesnikov, dan Zhai bukan hanya soal memperkuat tim teknis, tetapi juga sinyal kuat ke pasar bahwa mereka siap bermain dalam liga tertinggi dalam pengembangan superintelligence. Dengan tim FAIR yang diperluas, infrastruktur komputasi masif, dan visi terbuka untuk merilis model sumber terbuka (open-source), Meta berambisi memengaruhi arah masa depan AI tidak hanya secara teknis, tetapi juga secara filosofis.
Langkah ini dapat mempercepat integrasi AI multimodal ke dalam layanan konsumen seperti Meta AI di WhatsApp dan Instagram, serta memperkuat pengembangan agen AI personal yang mampu berinteraksi lintas platform dengan tingkat pemahaman yang mendekati manusia. Visi ini tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga mencerminkan keyakinan Meta bahwa AI dapat menjadi asisten utama dalam kehidupan digital sehari-hari.
Dengan persaingan yang semakin intens di medan superintelligence, pertanyaan besar ke depan bukan lagi siapa yang memiliki teknologi paling canggih, tetapi siapa yang mampu menjaga keseimbangan antara kekuatan komputasi, etika, dan kepercayaan publik. Dalam perlombaan ini, Meta tampaknya telah mengambil satu langkah lebih maju—dengan membawa serta otak-otak terbaik dari rival terdekatnya.