(Business Lounge – Medicine) Perusahaan farmasi asal Denmark, Novo Nordisk, merilis hasil awal dari uji klinis terhadap obat eksperimental baru bernama amycretin, yang menunjukkan potensi penurunan berat badan melebihi Wegovy, produk andalan perusahaan saat ini. Dalam uji fase 1/2 yang melibatkan pasien obesitas, amycretin menghasilkan rata-rata penurunan berat badan hingga 24,3% dalam 36 minggu penggunaan, dibandingkan dengan sekitar 17% yang dicapai oleh Wegovy pada periode yang sama.
Amycretin merupakan terapi injeksi mingguan yang menggabungkan dua mekanisme aktif: agonis GLP-1 seperti yang digunakan pada Wegovy, serta agonis amylin, hormon yang juga berperan dalam mengontrol nafsu makan dan memperlambat pengosongan lambung. Kombinasi ini diyakini memberi efek ganda dalam menurunkan berat badan secara lebih cepat dan konsisten.
Uji klinis dilakukan pada 96 peserta dengan berbagai tingkat obesitas. Peserta yang menerima dosis injeksi 60 mg amycretin menunjukkan penurunan berat badan sebesar 24,3%, sedangkan kelompok dengan dosis 20 mg kehilangan rata-rata 22% dari berat badannya. Sementara itu, bentuk oral harian obat ini juga diuji, dan menghasilkan penurunan sekitar 13,1% dalam jangka waktu 12 minggu.
Menurut publikasi di jurnal The Lancet, sebagian besar efek samping yang dialami peserta bersifat ringan hingga sedang, seperti mual, muntah, dan gangguan pencernaan—efek yang umum ditemukan pada terapi GLP-1 lain seperti semaglutide atau tirzepatide. Tidak ditemukan laporan efek samping serius yang berhubungan langsung dengan penggunaan amycretin dalam uji ini.
Rencana pengembangan selanjutnya mencakup uji klinis fase 3 yang lebih besar dan terkontrol, yang dijadwalkan dimulai pada tahun 2026. Jika hasilnya konsisten, Novo Nordisk berpotensi mengajukan permohonan persetujuan penggunaan amycretin secara komersial pada kisaran tahun 2028 hingga 2029. Ini akan menjadi senjata baru dalam persaingan ketat di pasar obat penurun berat badan global yang saat ini bernilai lebih dari US$100 miliar dan diperkirakan akan terus tumbuh.
Para analis melihat amycretin sebagai langkah strategis untuk memperkuat dominasi Novo Nordisk di tengah tekanan dari pesaing utama seperti Eli Lilly, yang telah meluncurkan Zepbound (tirzepatide) dan sedang mengembangkan kandidat berbasis triple agonis. Meskipun Wegovy telah menjadi blockbuster bagi Novo, kemampuan amycretin untuk menghasilkan penurunan berat badan yang lebih besar dan kemungkinan bentuk pil membuatnya sangat menjanjikan.
Menurut kepala pengembangan obesitas Novo Nordisk, Martin Holst Lange, kombinasi GLP-1 dan amylin dalam satu molekul adalah pendekatan baru yang bisa merevolusi terapi obesitas ke depan. “Ini adalah fondasi dari generasi berikutnya terapi obesitas,” ujarnya dalam presentasi pada pertemuan tahunan American Diabetes Association.
Meskipun demikian, para ahli juga mengingatkan bahwa hasil uji awal tidak selalu berbanding lurus dengan efektivitas jangka panjang. Masih diperlukan pembuktian dalam uji fase lanjut untuk mengetahui keamanan jangka panjang, dampak metabolik lanjutan, serta sejauh mana pasien bisa mempertahankan penurunan berat badan setelah terapi dihentikan.
Pakar endokrinologi dari Cleveland Clinic menyatakan bahwa tantangan terbesar bukan hanya pada efikasi, tetapi juga akses dan keterjangkauan. Obat semacam Wegovy dan Zepbound saat ini memiliki harga tinggi dan tidak selalu ditanggung asuransi kesehatan, membuat ketersediaannya terbatas bagi sebagian besar populasi. Jika amycretin bisa dikembangkan dalam bentuk oral yang stabil, ini bisa menjadi faktor pembeda penting dalam hal skala dan distribusi.
Novo Nordisk saat ini masih menjadi pemimpin pasar untuk terapi obesitas berbasis GLP-1. Namun munculnya pemain baru, tuntutan terhadap transparansi klinis, dan ketergantungan pada data jangka panjang akan menjadi tantangan strategis. Amycretin memberi harapan baru, namun kesuksesannya akan sangat bergantung pada strategi jangka panjang dan persaingan dengan terapi baru yang terus bermunculan di industri farmasi global.

