AI

Laporan Deloitte: Pusat Data AI Akan Butuh 30 Kali Lipat Energi pada 2035

(Business Lounge Journal – News and Insight)

Laju investasi masif di pusat data untuk kecerdasan buatan (AI) menjadi sorotan dunia teknologi saat ini. Namun menurut laporan terbaru Deloitte, tantangan sebenarnya bukan hanya pada tahun ini, melainkan pada lonjakan kebutuhan energi jangka panjang yang berpotensi mengganggu lintasan pertumbuhan AI secara global.

Deloitte memperkirakan konsumsi listrik pusat data AI akan naik dari 4 gigawatt (GW) saat ini menjadi 123 GW pada tahun 2035 — setara dengan pertumbuhan 30 kali lipat dalam waktu 10 tahun.

“Ketika klien kami berinvestasi, mereka melihat jauh ke depan, bukan sekadar siklus tahunan,” ujar Kelly Marchese, pemimpin infrastruktur di Deloitte sekaligus penulis laporan tersebut.

Tantangan Infrastruktur: Bukan Sekadar Membangun Gedung

Pusat data mungkin bisa dibangun dalam hitungan 1–2 tahun. Namun, infrastruktur pendukung seperti pembangkit listrik gas, koneksi jaringan, dan teknologi kelistrikan membutuhkan waktu jauh lebih lama — bahkan hingga 7 tahun untuk proses penyambungan jaringan baru. Proyek pembangkit listrik yang belum memesan peralatan, menurut laporan, baru akan tersedia pada awal 2030-an.

Masalah lain yang krusial adalah kesenjangan koordinasi antara operator pusat data dan penyedia listrik. Hanya 15% eksekutif pusat data dan 8% eksekutif perusahaan listrik menilai kerja sama mereka “sangat efektif”. Padahal, 72% dari kedua belah pihak menyebut kapasitas jaringan listrik sebagai tantangan paling serius.

Krisis Tenaga Kerja dan Biaya Material

Di tengah perlombaan pembangunan pusat data, sektor ini menghadapi krisis tenaga kerja terampil. Sekitar 63% eksekutif pusat data menyebut kekurangan SDM sebagai tantangan utama, seiring meningkatnya persaingan dengan sektor lain. Sementara itu, biaya bahan bangunan telah melonjak 40% dalam lima tahun terakhir, memperburuk tekanan pada rantai pasokan dan proyek pembangunan.

Komponen penting seperti turbine pembakaran dan sistem pendingin masih terhambat tarif impor dan ketergantungan global — memperlambat kelengkapan infrastruktur energi kritikal.

Investasi Triliunan Dolar Sudah Dipercepat

Untuk mengatasi hambatan ini, skala investasi pun luar biasa besar:

  • Perusahaan listrik dan gas diperkirakan akan mengucurkan lebih dari USD 1 triliun dalam lima tahun ke depan.
  • Sementara itu, perusahaan teknologi skala besar (hyperscalers) dapat mencapai angka yang sama hanya dalam tiga tahun.
  • Industri chip dan superkomputer juga berencana berinvestasi lebih dari USD 1 triliun dalam empat tahun ke depan di sektor manufaktur berbasis AI.

AI Membantu Menjawab Tantangan yang Diciptakannya Sendiri

Meski tantangannya besar, potensi solusi juga berasal dari tempat yang sama: AI itu sendiri. Sekitar 83% eksekutif industri percaya teknologi peningkat jaringan listrik (grid-enhancing technologies) akan memainkan peran kunci untuk memenuhi kebutuhan pusat data ke depan. Sebanyak 68% bahkan terbuka untuk fleksibilitas operasional sebagai pertukaran demi percepatan koneksi listrik.

Kolaborasi Lintas Sektor adalah Kunci

Deloitte menilai krisis infrastruktur ini bisa menjadi titik balik. Untuk pertama kalinya, industri-industri besar yang selama ini berjalan dalam silo — seperti penyedia listrik dan raksasa teknologi — dipaksa untuk berkolaborasi secara aktif. Inilah titik di mana tantangan berubah menjadi peluang bagi inovasi bentuk baru.

“Ini bisa menciptakan jenis inovasi berbeda,” pungkas Marchese, “karena sekarang, solusi tidak bisa datang dari satu pihak saja.”

Lonjakan pusat data AI bukan hanya soal ekspansi teknologi, melainkan ujian kesiapan infrastruktur energi, SDM, dan regulasi. Bagi pelaku bisnis dan pengambil keputusan, ini saatnya untuk melihat transformasi digital secara menyeluruh — tidak hanya dari sisi perangkat lunak atau data, tapi juga energi, logistik, dan strategi lintas industri.

Karena di balik AI yang cerdas, ada ekosistem fisik yang harus cukup tangguh untuk menopangnya.