(Business Lounge Journal – Human Resources)
Stres di tempat kerja merupakan isu global yang memengaruhi produktivitas dan kesejahteraan karyawan. Namun, data terbaru menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tingkat stres kerja harian terendah di Asia Tenggara. Meskipun demikian, penting untuk memahami konteks di balik angka ini dan mengeksplorasi tantangan serta solusi yang relevan.
Statistik Stres Kerja di Indonesia
Menurut laporan State of the Global Workplace 2024 oleh Gallup, hanya 16% pekerja di Indonesia yang melaporkan mengalami stres harian akibat pekerjaan. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat stres kerja harian terendah di Asia Tenggara dan keempat terendah secara global, setelah Uzbekistan (12%), Kirgizstan (12%), dan Kazakhstan (15%)
Sebagai perbandingan, berikut adalah persentase pekerja yang mengalami stres harian di beberapa negara ASEAN:
- Myanmar: 48%
- Filipina: 46%
- Singapura: 38%
- Kamboja: 38%
- Thailand: 31%
- Laos: 31%
- Vietnam: 22%
- Malaysia: 21%
- Indonesia: 16%
Rata-rata tingkat stres harian di kawasan ASEAN adalah 25%, sedangkan rata-rata global mencapai 41% .
Berdasarkan data yang diberikan, terdapat beberapa poin penting yang dapat dianalisis:
- Indonesia memiliki tingkat stres harian terendah di Asia Tenggara dan secara global, dengan hanya 16%. Ini menunjukkan bahwa pekerja di Indonesia relatif lebih minim mengalami stres akibat pekerjaan dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan dan secara global. Faktor ini bisa berkaitan dengan budaya kerja, sistem kerja, atau kondisi ekonomi dan sosial yang berbeda.
- Perbandingan regional dan global menunjukkan variasi besar:
- Rata-rata ASEAN adalah 25%, artinya sebagian besar negara di kawasan ini mengalami tingkat stres harian yang lebih tinggi dibanding Indonesia.
- Rata-rata global mencapai 41%, menunjukkan bahwa secara umum, stres harian pekerja di seluruh dunia cenderung lebih tinggi daripada di Indonesia.
- Negara-negara tetangga ASEAN yang memiliki tingkat stres lebih tinggi:
- Myanmar (48%), Filipina (46%), Singapura (38%), dan Kamboja (38%) memiliki tingkat stres yang jauh lebih tinggi daripada Indonesia.
- Ini mungkin menunjukkan faktor-faktor seperti beban kerja, tekanan ekonomi, atau budaya kerja di negara-negara tersebut yang lebih menekan pekerja.
- Faktor ekonomi dan budaya:
- Tingkat stres rendah di Indonesia bisa jadi berkaitan dengan budaya kerja yang lebih santai, jam kerja yang tidak terlalu panjang, atau keberadaan dukungan sosial yang kuat.
- Sebaliknya, di negara dengan angka lebih tinggi, mungkin ada tekanan pekerjaan yang lebih besar, jam kerja yang panjang, atau kultur kerja yang lebih kompetitif.
- Dampak dan peluang:
- Tingkat stres yang rendah bisa menjadi indikator bahwa kondisi kerja di Indonesia relatif sehat, namun juga perlu diingat bahwa angka ini tidak selalu menunjukkan kualitas kehidupan secara menyeluruh.
- Ada peluang untuk memahami faktor pelindung di Indonesia yang dapat diterapkan di negara lain.
- Pemerintah dan perusahaan dapat memanfaatkan data ini untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja dengan mengurangi stres kerja di negara-negara dengan angka yang lebih tinggi.
Secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa Indonesia berhasil menjaga stres harian pekerja pada tingkat yang relatif rendah, yang merupakan indikator positif. Namun, penting juga untuk memperhatikan faktor lain yang mempengaruhi kesejahteraan pekerja secara menyeluruh.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Rendahnya Tingkat Stres
Beberapa faktor yang diduga berkontribusi terhadap rendahnya tingkat stres kerja di Indonesia antara lain:
- Budaya Kerja yang Fleksibel
Budaya kerja di Indonesia cenderung lebih santai dan tidak terlalu menekan, terutama di sektor informal atau usaha kecil dan menengah. Banyak pekerja yang memiliki jam kerja yang lebih fleksibel, misalnya, pedagang pasar tradisional atau wiraswasta yang bisa menentukan sendiri jadwal kerjanya. Bahkan di perusahaan formal, budaya kekeluargaan dan kekompakan sering kali lebih diutamakan daripada kompetisi yang ketat, mengurangi tekanan kompetitif dan menimbulkan rasa nyaman. Contohnya, banyak perusahaan keluarga yang menerapkan jam kerja yang tidak terlalu kaku dan memberi ruang lebih untuk pengaturan waktu, sehingga pekerja merasa tidak terbebani secara berlebihan.
- Dukungan Sosial yang Kuat
Nilai-nilai kekeluargaan dan komunitas yang erat menjadi penguat utama di Indonesia. Banyak pekerja mendapatkan dukungan emosional dari keluarga dan lingkungan sekitar saat menghadapi tekanan pekerjaan. Misalnya, seorang pekerja di desa bisa mendapatkan motivasi dan bantuan secara langsung dari keluarga saat merasa lelah atau stres, sehingga beban emosionalnya berkurang. Selain itu, budaya gotong-royong yang masih kuat memunculkan rasa kebersamaan di lingkungan kerja maupun masyarakat, membantu mengurangi rasa isolasi dan stres.
- Struktur Ekonomi
Banyak pekerja di Indonesia bekerja di sektor informal, seperti pedagang, petani, atau usaha kecil lainnya. Kondisi ini biasanya tidak menimbulkan tekanan yang sama seperti lingkungan kerja korporat besar dan kompetitif. Misalnya, seorang pedagang kecil di pasar tradisional biasanya tidak merasa tertekan oleh target or KPI tinggi, dan memiliki kontrol lebih besar terhadap pekerjaan dan penghasilannya. Sektor ini juga cenderung memiliki tekanan visual dan fisik yang berbeda, sering kali lebih santai dan berdasarkan hubungan personal, yang membantu mengurangi tingkat stres.
Secara keseluruhan, kombinasi budaya yang fleksibel, dukungan sosial, spiritualitas, dan struktur ekonomi yang berbeda dari negara lain memberikan kontribusi besar terhadap tingkat stres kerja yang lebih rendah di Indonesia. Masing-masing faktor saling terkait dan memperkuat keadaan yang nyaman dan mendukung kesejahteraan emosional pekerja.
Tantangan yang Masih Ada
Meskipun tingkat stres harian rendah, Indonesia menghadapi tantangan lain terkait kesejahteraan emosional pekerja. Sebanyak 20% pekerja di Indonesia dilaporkan sering merasa marah saat bekerja, menempatkan Indonesia di peringkat keempat tertinggi di ASEAN dalam hal ini
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun stres harian rendah, ada aspek lain dari kesejahteraan emosional yang perlu diperhatikan, seperti manajemen emosi negatif dan konflik di tempat kerja.
Solusi untuk Meningkatkan Kesejahteraan Pekerja
Untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja secara keseluruhan, perusahaan dan pemerintah dapat mempertimbangkan langkah-langkah berikut:
- Program Kesehatan Mental: Menyediakan akses ke konseling dan pelatihan manajemen stres bagi karyawan.
- Pelatihan Manajemen Emosi: Mengadakan workshop untuk membantu karyawan mengelola emosi negatif seperti kemarahan.
- Lingkungan Kerja yang Positif: Menciptakan budaya kerja yang inklusif dan mendukung, dengan komunikasi yang terbuka antara manajemen dan staf.
- Fleksibilitas Kerja: Memberikan fleksibilitas dalam jam kerja atau opsi kerja jarak jauh untuk membantu karyawan menyeimbangkan kehidupan kerja dan pribadi.
Indonesia menunjukkan tingkat stres kerja harian terendah di Asia Tenggara pada tahun 2024, yang merupakan pencapaian positif. Namun, perhatian terhadap aspek lain dari kesejahteraan emosional, seperti manajemen kesehatan mental tetap penting. Dengan pendekatan holistik yang mencakup program kesehatan mental, pelatihan manajemen emosi, dan lingkungan kerja yang mendukung, Indonesia dapat terus meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas pekerjanya.