united airlines

United Hentikan Starlink di Jet Regional Setelah Masalah Statis

(Business Lounge – Global News) United Airlines mengambil langkah mengejutkan dengan memutuskan untuk menonaktifkan layanan internet satelit Starlink dari SpaceX pada beberapa armada jet regionalnya, setelah mendeteksi adanya gangguan teknis. Menurut laporan The Wall Street Journal, perusahaan penerbangan besar asal Amerika Serikat ini menghentikan sementara penggunaan Starlink setelah sistem tersebut menyebabkan interferensi listrik yang berpotensi mengganggu sistem elektronik penerbangan.

Keputusan ini muncul setelah sekitar dua lusin pesawat regional United mengalami masalah terkait gangguan statis setelah perangkat keras Starlink dipasang. Laporan menyebutkan bahwa gangguan tersebut tampaknya berasal dari komponen Starlink yang belum sepenuhnya kompatibel dengan sistem kelistrikan pesawat kecil yang dioperasikan oleh maskapai mitra regional United, seperti SkyWest dan Republic Airways.

United, dalam pernyataan resmi yang dikutip oleh Reuters, menyatakan bahwa mereka mengambil tindakan preventif demi keselamatan penumpang dan awak. Mereka menegaskan bahwa tidak ada insiden keselamatan besar yang terjadi, tetapi karena sifat gangguan ini berkaitan dengan sistem elektronik pesawat, keputusan untuk mencabut layanan Starlink dipandang sebagai tindakan kehati-hatian yang tepat.

Langkah ini menjadi pukulan kecil bagi SpaceX, yang telah mempromosikan Starlink sebagai solusi konektivitas udara masa depan. Layanan internet berbasis satelit milik perusahaan milik Elon Musk ini telah diadopsi oleh sejumlah maskapai penerbangan di seluruh dunia, dengan janji kecepatan tinggi dan latensi rendah yang mendekati layanan broadband rumahan. Namun, kasus United menjadi contoh nyata bahwa adopsi teknologi canggih tidak selalu berjalan mulus di dunia penerbangan komersial yang sangat ketat regulasinya.

Menurut Bloomberg, United telah memasang sistem Starlink pada lebih dari 70 pesawat, termasuk jet-jet berukuran kecil yang biasanya melayani rute domestik jarak pendek. Namun, setelah investigasi awal menemukan bahwa sistem tersebut memicu gangguan elektromagnetik pada pesawat tertentu, maskapai memilih untuk mencabut sistem tersebut dan bekerja sama dengan SpaceX guna mencari solusi jangka panjang.

Masalah interferensi ini diduga berkaitan dengan “grounding” atau pentanahan sistem di pesawat, di mana perangkat Starlink mungkin tidak membuang muatan statis dengan benar, sehingga menciptakan risiko arus liar yang dapat mengganggu sistem avionik. Seorang teknisi penerbangan yang dikutip oleh CNBC menyatakan bahwa pada pesawat regional yang lebih kecil, toleransi terhadap fluktuasi kelistrikan memang lebih ketat, dan teknologi baru harus diuji dengan lebih hati-hati dibandingkan pada pesawat berbadan lebar.

Dalam konteks yang lebih luas, masalah ini membuka diskusi tentang kecepatan dan keamanan dalam pengadopsian teknologi baru oleh industri penerbangan. Pihak regulator seperti Federal Aviation Administration (FAA) belum memberikan komentar resmi, tetapi sumber yang mengetahui proses sertifikasi perangkat keras menyebutkan kepada The Verge bahwa setiap sistem baru harus lulus uji gangguan elektromagnetik secara menyeluruh sebelum diizinkan digunakan secara komersial.

Sementara itu, SpaceX dalam pernyataannya tetap menyatakan optimisme terhadap masa depan Starlink di industri penerbangan. Mereka mengatakan bahwa insiden dengan United merupakan “kasus terbatas” dan tidak berdampak pada pengoperasian Starlink di maskapai lain. The New York Times mencatat bahwa Starlink telah digunakan dengan sukses oleh maskapai seperti Hawaiian Airlines dan JSX, tanpa adanya laporan gangguan serupa.

United sendiri belum mengumumkan apakah mereka akan kembali menggunakan Starlink setelah perbaikan sistem, atau akan mencari alternatif layanan internet lain. Namun, keputusan mereka menonaktifkan sistem di seluruh armada regional yang terkena dampak menunjukkan tingkat keseriusan mereka dalam menjaga reputasi keselamatan operasional.

Sektor penerbangan selama ini sangat hati-hati dalam mengintegrasikan sistem elektronik baru ke dalam pesawat, karena setiap perubahan dapat mempengaruhi sertifikasi dan standar keamanan. Oleh karena itu, meskipun teknologi seperti Starlink menjanjikan pengalaman pelanggan yang lebih baik melalui konektivitas internet di udara, sistem tersebut harus membuktikan keandalannya dalam lingkungan yang paling ketat.

Beberapa analis melihat keputusan United sebagai bagian dari dinamika alami dalam pengadopsian teknologi baru. Seperti yang dikemukakan oleh seorang analis aviasi kepada Financial Times, gangguan teknis pada tahap awal implementasi adalah hal yang biasa dan merupakan bagian dari kurva pembelajaran. Namun, yang penting adalah bagaimana perusahaan teknologi dan maskapai meresponsnya dengan cepat dan transparan.

Sementara itu, pelanggan maskapai yang sempat menikmati layanan Starlink menyampaikan kekecewaan mereka di media sosial. Banyak dari mereka mencatat bahwa layanan internet yang sebelumnya disediakan oleh maskapai lain sering kali lambat dan tidak andal, sementara Starlink menawarkan pengalaman berselancar yang jauh lebih baik di ketinggian 35.000 kaki. Namun, mereka juga mengakui bahwa keselamatan penerbangan tetap harus menjadi prioritas utama.

Masih menurut Reuters, United kini sedang menguji alternatif sistem konektivitas lain dari penyedia berbeda, sambil terus berdialog dengan SpaceX mengenai kemungkinan modifikasi sistem yang bisa mengatasi masalah interferensi tersebut. Dalam jangka pendek, para penumpang di beberapa rute regional harus kembali menghadapi penerbangan tanpa koneksi internet yang cepat.

Di sisi lain, langkah ini memberikan pelajaran penting bagi SpaceX yang sedang membidik pasar penerbangan sebagai salah satu pilar pertumbuhan Starlink. Meskipun layanan ini telah membuktikan kapabilitasnya di darat dan laut, penerbangan tetap menjadi medan yang paling menantang secara teknis dan regulatif.

Seorang eksekutif senior di industri aviasi yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada WSJ bahwa ke depannya, penyedia layanan seperti Starlink harus lebih banyak bekerja sama dengan produsen pesawat dan otoritas penerbangan dalam tahap desain dan pengujian. Hal ini penting agar sistem baru dapat menyatu dengan mulus ke dalam ekosistem teknis dan operasional maskapai.

Dengan meningkatnya permintaan akan konektivitas yang andal di udara—terutama dari pelancong bisnis dan generasi muda yang terbiasa online sepanjang waktu—tekanan bagi maskapai dan penyedia teknologi untuk menghadirkan solusi yang aman dan efisien akan terus meningkat. CNBC juga menyoroti bahwa konektivitas telah menjadi faktor pembeda dalam kompetisi maskapai, sehingga keputusan seperti yang diambil United bisa berdampak pada loyalitas pelanggan.

Untuk saat ini, United tetap menjadi maskapai besar pertama yang secara terbuka menonaktifkan layanan Starlink karena gangguan teknis. Ini menjadi pengingat bahwa inovasi di sektor penerbangan memerlukan pendekatan konservatif dan berbasis data, agar keselamatan dan keandalan tetap menjadi yang utama.