Home Depot

Home Depot Pertahankan Harga Stabil di Tengah Ancaman Tarif Baru

(Business Lounge – Global News) Di tengah kekhawatiran global atas potensi inflasi baru akibat kebijakan tarif Amerika Serikat terhadap produk impor dari China, Home Depot Inc., ritel perlengkapan rumah terbesar di dunia, mengambil posisi berani: mempertahankan harga stabil. Perusahaan ini memilih untuk menahan lonjakan harga meskipun ancaman kenaikan tarif atas barang-barang dari China berpotensi mengerek biaya impor mereka secara signifikan.

Langkah ini, seperti dilaporkan oleh The Wall Street Journal, merupakan bagian dari strategi jangka panjang Home Depot untuk menjaga daya beli konsumen, khususnya di tengah melambatnya permintaan untuk proyek renovasi besar. Sementara banyak pesaingnya memilih menaikkan harga atau menunda pengadaan barang, Home Depot justru mendorong para pemasok untuk mencari sumber produksi di luar China dan tetap berkomitmen pada efisiensi operasional.

Menurut eksekutif Home Depot, perusahaan tidak berniat meneruskan beban tarif kepada pelanggan, setidaknya dalam waktu dekat. Chief Financial Officer Richard McPhail menyatakan bahwa strategi utama Home Depot saat ini adalah “menstabilkan harga dan mempertahankan loyalitas pelanggan, sambil tetap menjaga margin melalui efisiensi rantai pasokan.”

Home Depot memiliki alasan kuat untuk memilih jalur ini. Pasar perbaikan rumah mengalami perlambatan setelah lonjakan besar pada era pandemi. Lonjakan permintaan pada 2020–2021 didorong oleh konsumen yang mengalihkan anggaran liburan dan hiburan ke proyek rumah tangga. Namun, saat ini kondisi berbeda. Kenaikan suku bunga hipotek, ketidakpastian ekonomi, serta inflasi yang masih terasa pada kebutuhan pokok membuat konsumen lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang untuk proyek rumah jangka panjang.

Dalam laporan kuartal terbarunya, Home Depot mencatat penurunan pendapatan sebesar 2 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan proyek-proyek bernilai besar seperti renovasi dapur dan kamar mandi mengalami penurunan signifikan. Ini menjadi pertanda bahwa konsumen lebih memilih menunda pengeluaran besar hingga situasi ekonomi menjadi lebih pasti.

Namun, bukan berarti Home Depot kehilangan arah. Perusahaan tetap mencatat margin laba yang stabil berkat strategi diversifikasi sumber produksi dan efisiensi logistik. Menurut laporan Bloomberg, Home Depot secara aktif membantu mitra pemasok untuk memindahkan jalur produksi dari China ke negara-negara seperti Vietnam, India, dan Meksiko. Langkah ini memperkecil ketergantungan pada rantai pasokan dari satu negara dan sekaligus menghindari risiko kenaikan tarif secara langsung.

Salah satu pemasok besar Home Depot, yang enggan disebutkan namanya, mengonfirmasi bahwa perusahaan telah diberi insentif logistik untuk mengalihkan produksi ke Asia Tenggara. “Home Depot membantu kami dengan akses ke logistik dan pembiayaan awal jika kami bisa memindahkan sebagian operasi dari China ke Vietnam. Ini bukan sekadar tuntutan, tetapi kemitraan,” ujarnya kepada Bloomberg.

Langkah ini menunjukkan bagaimana Home Depot mengelola risiko geopolitik melalui pengelolaan rantai pasok yang strategis. Di tengah meningkatnya ketegangan dagang antara AS dan China, serta potensi kebijakan tarif baru dari pemerintahan Washington, perusahaan ritel yang sangat bergantung pada impor harus cepat beradaptasi.

Bahkan, seperti dijelaskan oleh para analis di Raymond James, langkah Home Depot untuk tidak langsung meneruskan tarif kepada konsumen bisa menjadi pembeda utama di pasar ritel saat ini. “Konsumen sudah lelah dengan harga yang terus naik. Retailer yang mampu menawarkan stabilitas harga akan menang dalam jangka panjang, terutama jika kualitas dan pasokan barang tetap terjaga,” tulis analis mereka dalam sebuah catatan riset.

Namun, strategi ini tentu tidak datang tanpa risiko. Menjaga harga tetap rendah di tengah biaya input yang meningkat dapat menekan margin keuntungan. Meskipun efisiensi bisa mengompensasi sebagian tekanan tersebut, namun dalam jangka panjang akan ada batas pada seberapa banyak perusahaan bisa menyerap biaya.

Untuk itu, Home Depot juga melakukan efisiensi internal secara agresif. Mereka memanfaatkan teknologi seperti kecerdasan buatan dalam manajemen inventaris, memperkuat sistem distribusi terintegrasi, serta merampingkan jaringan toko agar lebih fokus pada produk-produk dengan rotasi tinggi. Perusahaan juga terus mengembangkan platform digital dan aplikasi seluler untuk meningkatkan pengalaman pelanggan dan efisiensi penjualan online.

Selain itu, Home Depot meningkatkan fokus pada segmen pelanggan profesional—kontraktor dan tukang bangunan berskala kecil—yang meskipun lebih sedikit jumlahnya dibanding pelanggan rumahan, namun menyumbang porsi belanja lebih besar. Perusahaan menyediakan layanan khusus seperti pengantaran proyek, kredit usaha, dan pusat layanan eksklusif di toko untuk pelanggan kategori ini.

Segmen profesional terbukti lebih tahan terhadap fluktuasi ekonomi, karena proyek-proyek mereka cenderung terikat kontrak jangka panjang. Dalam periode volatil seperti saat ini, fokus ke pelanggan profesional menjadi salah satu strategi mitigasi risiko utama.

Di sisi makro, keputusan Home Depot untuk tidak menaikkan harga memberi sinyal penting bagi perekonomian AS. Sebagaimana dicatat oleh Bloomberg Economics, jika sejumlah ritel besar seperti Home Depot berhasil menyerap tarif tanpa mendorong harga naik, maka dampak inflasioner dari kebijakan tarif terhadap ekonomi konsumen bisa diredam secara signifikan.

Namun, jika tekanan biaya terus meningkat dan ritel mulai menyerah, gelombang inflasi baru bisa muncul. Hal ini dapat menempatkan Federal Reserve dalam posisi sulit, karena mereka saat ini berusaha menyeimbangkan antara menurunkan inflasi dan tidak menekan pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.

Bagi Home Depot, musim panas mendatang akan menjadi penentu apakah strategi stabilisasi harga ini akan berhasil atau tidak. Periode ini biasanya merupakan musim belanja renovasi rumah tertinggi di AS. Jika permintaan meningkat namun tekanan tarif tetap membayangi, Home Depot akan diuji apakah mampu mempertahankan margin sambil memenuhi ekspektasi pasar.

Saham Home Depot sendiri telah menunjukkan ketahanan relatif dibanding pesaingnya seperti Lowe’s dan Menards. Analis di Morgan Stanley memperkirakan bahwa “jika perusahaan berhasil mempertahankan strategi ini hingga akhir 2025 tanpa kehilangan pangsa pasar atau margin signifikan, maka Home Depot akan memperkuat posisinya sebagai pemimpin sektor.”