Konsep “Unbossing” Menjadikan Peran Manajer Lebih Strategis

(Business Lounge Journal – General Management)

Peran manajer di Indonesia dan secara global saat ini mengalami perubahan yang signifikan. Banyak perusahaan mengurangi atau menghilangkan posisi manajer menengah karena fokus pada efisiensi, kelincahan, dan otomatisasi melalui AI. Meskipun demikian, aspek penting seperti pengembangan dan bimbingan karyawan masih membutuhkan peran manajer.

AI memungkinkan otomatisasi pekerjaan administratif dan membantu manajer fokus pada tugas strategis, inovasi, dan pengembangan sumber daya manusia. Sebagai solusi, bisnis harus melakukan reinventasi peran manajer secara menyeluruh agar tetap relevan dalam dunia kerja yang semakin kompleks dan berbasis teknologi.

Konsep “unbossing” melibatkan pengurangan atau penghapusan manajemen menengah untuk menciptakan tim yang lebih otonom dan terkelola sendiri. Pendekatan ini bertujuan meningkatkan kendali karyawan, memperbaiki efisiensi, dan meningkatkan kelincahan, sehingga menguntungkan pemegang saham dengan penghematan biaya dan pengambilan keputusan yang lebih cepat.

Namun, meskipun beberapa organisasi berhasil dengan model ini, banyak yang menghadapi tantangan. Kepemimpinan dan pengaruh manusia tetap ada meskipun tanpa jabatan resmi, yang menyebabkan munculnya “pemimpin bayangan” dan hak keputusan yang tidak jelas, sehingga bisa menyebabkan keterlambatan dan kebingungan. Usaha untuk menerapkan sistem yang benar-benar terdesentralisasi, seperti holacracy, terkadang malah menciptakan birokrasi baru atau komplikasi lainnya.

Holacracy adalah sistem manajemen organisasi yang menerapkan struktur desentralisasi dan otomatisasi proses pengambilan keputusan. Dalam model ini, tidak ada hierarki tradisional seperti manajer atau atasan, melainkan kekuasaan didistribusikan ke dalam berbagai peran yang dikelola secara standar dan otomatis mengikuti aturan tertentu.

Tujuan utama holacracy adalah menciptakan organisasi yang lebih fleksibel, adaptif, dan mandiri, dimana setiap anggota dapat mengambil keputusan sesuai dengan peran mereka tanpa harus menunggu izin dari atasan. Sistem ini juga menggunakan aturan formal yang disebut “aturan pier” dan proses rapat khusus untuk memastikan kegiatan berjalan secara terorganisir.

Meskipun menawarkan keunggulan seperti meningkatkan inovasi dan kecepatan pengambilan keputusan, holacracy juga bisa menimbulkan tantangan seperti komplikasi dalam implementasi dan potensi munculnya birokrasi baru jika tidak dijalankan dengan baik.

Studi menunjukkan bahwa organisasi yang lebih datar sering kali tetap mempertahankan kontrol lebih besar di tingkat atas, bertentangan dengan tujuan memberdayakan pengambilan keputusan ke bawah, yang dapat merusak manfaat yang diharapkan dari konsep unbossing.

Diagram dibawah  ini menunjukkan bahwa sebagian besar waktu manajer dihabiskan untuk tugas administratif dan menyelesaikan masalah, sementara sebagian kecil waktu digunakan untuk pengembangan karyawan dan kolaborasi. Sumber data berasal dari analisis Deloitte tentang Tren Sumber Daya Manusia Global Maret 2025.

Gambar ini adalah diagram batang yang menunjukkan bagaimana manajer saat ini menghabiskan waktunya dalam pekerjaan. Persentase waktu yang dihabiskan dibagi ke dalam beberapa kategori:

  • 21% untuk menyelesaikan masalah hari ini.
  • 15% untuk berinteraksi dengan pemangku kepentingan dan pemimpin.
  • 14% untuk berkolaborasi dengan tim lain.
  • 16% untuk menyelesaikan tugas administratif.
  • 13% untuk mengembangkan orang-orang yang bekerja untuk mereka.
  • 6% untuk tugas lain-lain.

Ini menunjukkan bahwa, meskipun peran manajer seharusnya fokus pada pengembangan orang dan kolaborasi strategis, kenyataannya mereka masih banyak terfokus pada tugas rutin dan operasional. Hal ini memperlihatkan perlunya peningkatan efisiensi dan fokus pada kegiatan yang lebih strategis dan bernilai tambah.

Grafik ini menegaskan perlunya pergeseran tersebut agar peran manajer menjadi lebih strategis dan berkontribusi secara lebih efektif sesuai prinsip unbossing, membebaskan manajer dari tugas administratif dan memfokuskan mereka pada kegiatan bernilai tinggi, seperti mentransformasi organisasi, meningkatkan agility, dan mengembangkan sumber daya manusia.