(Business Lounge – Automotive) Ferrari mengawali tahun 2025 dengan laju yang lebih cepat dari ekspektasi pasar. Meskipun kondisi ekonomi global penuh tantangan, produsen mobil mewah asal Italia ini berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang signifikan pada kuartal pertama, berkat meningkatnya permintaan pengiriman mobil serta lonjakan minat terhadap layanan kustomisasi. Perusahaan juga mempertahankan panduan keuangan untuk setahun penuh, yang dinilai sebagai sinyal kepercayaan terhadap ketahanan segmen pasar ultra-premium.
Dalam laporan keuangan yang dirilis awal Mei, Ferrari mengumumkan bahwa laba bersih kuartalan naik 11 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 352 juta euro. Pendapatan perusahaan juga tumbuh 10 persen menjadi 1,59 miliar euro. Angka ini melampaui estimasi para analis yang dikumpulkan oleh Bloomberg, yang memperkirakan pendapatan sekitar 1,55 miliar euro. CEO Benedetto Vigna menyatakan kepada Reuters bahwa hasil ini mencerminkan “daya tarik kuat merek Ferrari yang tidak hanya bertahan, tetapi justru meningkat di tengah ketidakpastian global.”
Ferrari mengirimkan 3.560 kendaraan selama tiga bulan pertama tahun ini, selisih sedikit dari 3.567 unit pada periode yang sama tahun lalu. Meski selisih angka terlihat kecil, yang menjadi sorotan adalah komposisi produk dan nilainya. Model-model dengan margin lebih tinggi seperti 296 GTB dan SF90 Stradale menjadi kontributor utama. Selain itu, portofolio kustomisasi Ferrari kini mencakup hingga 100 fitur yang bisa dipilih pembeli, mulai dari warna interior, jenis kulit, serat karbon hingga desain pelek unik.
Kustomisasi kini menjadi salah satu pilar pertumbuhan Ferrari. Menurut laporan Financial Times, hampir 90 persen pelanggan baru memilih setidaknya satu opsi kustom, dan jumlah pemesan dengan spesifikasi kompleks meningkat dua digit dibandingkan tahun lalu. Head of Commercial & Marketing Ferrari, Enrico Galliera, menyatakan bahwa layanan personalisasi menciptakan “ikatan emosional yang mendalam antara produk dan pemiliknya,” yang tidak hanya mendorong margin keuntungan tetapi juga loyalitas merek.
Pasar utama Ferrari tetap stabil, dengan Eropa, Timur Tengah dan Afrika (EMEA) menyumbang 42 persen dari total pengiriman, diikuti oleh Amerika (29 persen), China dan Asia-Pasifik (29 persen). Namun Ferrari mengakui bahwa pasar Tiongkok kini menunjukkan gejala perlambatan permintaan kendaraan mewah, terutama akibat pergeseran preferensi konsumen dan tekanan regulasi lokal. Kendati demikian, peningkatan permintaan di Amerika Serikat dan Timur Tengah menutupi kelemahan tersebut.
Di tengah ketegangan geopolitik dan perlambatan ekonomi global, keputusan Ferrari untuk mempertahankan panduan keuangan 2025 dinilai sebagai sinyal kepercayaan diri. Perusahaan tetap menargetkan pendapatan tahunan sebesar 6,4 miliar euro, margin EBITDA sekitar 38 persen, serta belanja modal senilai 850 juta euro. Dalam wawancara dengan CNBC, Vigna menekankan bahwa permintaan terhadap kendaraan Ferrari tetap kuat dan antrean pemesanan masih melampaui kapasitas produksi hingga akhir 2025.
Ferrari juga melanjutkan strategi ekspansi produk elektrifikasi secara bertahap. Meskipun perusahaan belum meluncurkan kendaraan listrik penuh, model hybrid seperti SF90 dan 296 GTB telah berkontribusi lebih dari 50 persen terhadap total penjualan. Ferrari menegaskan bahwa mobil listrik pertamanya akan diluncurkan pada kuartal keempat 2025. Fasilitas produksi baru di Maranello, yang disebut-sebut sebagai “e-building”, hampir rampung dan akan menjadi pusat pengembangan teknologi elektrifikasi Ferrari.
Strategi elektrifikasi Ferrari berbeda dari pesaing seperti Porsche atau Mercedes-Benz yang mengejar volume EV lebih cepat. Ferrari memilih pendekatan eksklusif dan berbasis performa tinggi. Dalam presentasi kepada investor, Vigna menjelaskan bahwa mereka akan “menghadirkan kendaraan listrik yang tetap mempertahankan DNA emosional Ferrari.” Pendekatan ini bertujuan untuk menjaga nilai merek dan eksklusivitas, meskipun memperlambat transisi dibanding kompetitor.
Dari sisi operasional, Ferrari juga menunjukkan efisiensi yang konsisten. Margin operasional naik menjadi 27 persen, tertinggi di antara produsen mobil mewah global. Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) mencapai 430 juta euro, naik dari 400 juta euro pada kuartal yang sama tahun sebelumnya. Hal ini mencerminkan keberhasilan Ferrari mengelola biaya produksi, logistik, serta harga jual rata-rata kendaraan yang kini melampaui 300.000 euro.
Para analis menyambut positif hasil ini. Jefferies menyatakan dalam catatan risetnya bahwa “Ferrari membuktikan ketahanan model bisnisnya, bahkan ketika tekanan inflasi dan perlambatan ekonomi mengguncang sektor otomotif.” Goldman Sachs juga menyoroti kekuatan strategi kustomisasi Ferrari yang dianggap sebagai “sumber diferensiasi dan pertumbuhan margin jangka panjang.”
Namun, tidak semua pengamat optimistis sepenuhnya. Beberapa analis memperingatkan bahwa ketergantungan Ferrari pada segmen super-wealthy bisa menghadapi tantangan jika kondisi makro global memburuk tajam. Selain itu, peluncuran kendaraan listrik pertama pada akhir 2025 dipandang sebagai ujian strategis. “Kalau EV pertama Ferrari gagal memenuhi ekspektasi pelanggan dari sisi performa dan emosi, itu bisa mencoreng reputasi perusahaan,” ujar analis dari Morgan Stanley.
Meski demikian, Ferrari tetap melanjutkan investasinya dalam pengembangan pengalaman pelanggan yang lebih eksklusif. Perusahaan membuka lebih banyak acara Ferrari Classiche dan program personal track experience di lokasi-lokasi seperti Fiorano dan Abu Dhabi. Hal ini bertujuan untuk mengubah kepemilikan Ferrari menjadi gaya hidup, bukan sekadar kepemilikan kendaraan. Beberapa pembeli bahkan dilaporkan mengantri hingga dua tahun untuk mendapatkan model dengan spesifikasi tertentu.
Selain itu, Ferrari terus memperluas lini produk gaya hidup seperti fashion dan aksesori, meskipun kontribusi unit ini masih kecil. Ferrari Style, divisi mode perusahaan, berkolaborasi dengan desainer ternama dan telah meluncurkan beberapa koleksi eksklusif yang dijual terbatas. Tujuannya adalah memperluas jangkauan merek kepada penggemar yang tidak memiliki kendaraan Ferrari, sekaligus memperkuat identitas brand sebagai simbol status global.
Secara internal, Ferrari juga menjaga budaya perusahaan tetap ramping dan berbasis inovasi. Dalam laporan tahunan, perusahaan menyebutkan bahwa jumlah karyawan global meningkat menjadi 5.300 orang, dengan lebih dari 1.000 insinyur riset dan pengembangan. Ferrari mengalokasikan hampir 12 persen pendapatan untuk R&D, angka yang tinggi untuk industri otomotif, guna mempertahankan keunggulan teknologi di bidang mesin, aerodinamika, serta material ringan.
Investor pun tampak percaya diri. Harga saham Ferrari yang terdaftar di bursa Milan dan New York mengalami kenaikan hampir 8 persen sepanjang tahun berjalan. Kapitalisasi pasar perusahaan kini melampaui 100 miliar dolar, menempatkan Ferrari di atas General Motors dan Ford, meskipun skala produksinya jauh lebih kecil. Ini mencerminkan premi yang diberikan pasar terhadap model bisnis eksklusif dan margin tinggi yang ditawarkan Ferrari.
Ferrari juga mengambil langkah hati-hati dalam mengelola pasokan dan logistik global. Setelah gangguan yang terjadi selama pandemi, perusahaan memperkuat kontrak dengan pemasok utama dan membangun kapasitas cadangan untuk komponen penting seperti chip dan baterai. Ferrari menekankan bahwa ketahanan rantai pasok adalah bagian integral dari strategi kelangsungan bisnis mereka.
Meskipun tidak banyak berbicara tentang kebijakan geopolitik secara langsung, Ferrari menyatakan bahwa mereka memantau risiko dari eskalasi konflik di Timur Tengah dan ketegangan dagang AS-Tiongkok. Namun mereka yakin bahwa basis pelanggan ultra-kaya cenderung memiliki daya tahan ekonomi yang lebih tinggi terhadap guncangan global. “Mereka tetap membeli Ferrari karena ini adalah simbol pencapaian pribadi,” ujar Galliera kepada Wall Street Journal.
Dengan semua faktor ini, Ferrari tampaknya berada dalam posisi kuat untuk menghadapi sisa tahun 2025. Perusahaan ini tidak hanya berhasil mempertahankan momentum finansialnya, tetapi juga terus membangun narasi eksklusivitas dan inovasi yang menjadi jantung identitas mereknya. Di tengah gejolak industri otomotif yang didominasi oleh disrupsi teknologi dan pergeseran regulasi, Ferrari menunjukkan bahwa strategi diferensiasi tinggi, kontrol ketat atas pasokan, serta pengelolaan merek yang hati-hati bisa menghasilkan hasil luar biasa.
Ferrari telah membuktikan bahwa dalam dunia di mana skala sering kali menjadi senjata utama, keunggulan bukan hanya soal volume. Dalam dunia supercar, nilai personalisasi, tradisi teknis, dan prestise tetap menjadi mata uang utama. Dan Ferrari, seperti biasa, tetap berada di garis depan — melaju lebih cepat, lebih eksklusif, dan lebih tangguh dari pesaing mana pun.